بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-239
Topik: Al Fatihah
Senin, 15 Februari 2021
Materi VoB Hari ke-239 Pagi | Duhai Para Pencari Keadilan
Oleh: Ayu S Larasaty
#MondayAlFatihahWeek35Part1
Part 1
Pagi ini, Ustaz Nouman menyampaikan perihal hal yang paling kuat dalam kitab Allah, Al-Qur’an.
Apakah hal itu?
Sebelum mengetahuinya, mari kita uraikan faktor utama yang biasanya menimbulkan masalah atau konflik di dunia ini. Sepanjang peradaban manusia, kehidupan manusia selalu dipenuhi dengan masalah dan konflik. Usai satu masalah, akan datang masalah berikutnya. Pun demikian halnya dengan konflik, bahkan tak jarang pihak-pihak tertentu sengaja mendatangkan masalah dan konflik untuk mencapai atau melindungi kepentingan dirinya, segelintir kelompok atau bahkan sanak saudaranya.
Benar bukan? Kadang saat kita melihat berita di TV, tak jarang kita dipusingkan dengan berita ketimpangan sosial, konflik antara warga, antar pekerja dan perusahaan, hingga pada puncaknya beberapa kali terjadi konflik antara masyarakat dan pemerintah.
Masalah dan konflik sosial seringkali terjadi karena ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan, tiap harinya pengadilan agama harus mengadili permasalahan perihal rumah tangga. Ketidakadilan ternyata sudah terjadi di institusi terkecil dalam negara yakni keluarga. Si istri merasa sudut pandangnya lah yang benar, demikian pula si suami. Dimana keadilan?
Kehidupan antara anak dan orangtua juga seperti itu, terkadang anak yang belum mampu melihat dunia ini dengan perspektif yang luas sering mengatakan bahwa orangtua mereka tidak adil bahkan sanggup menyematkan istilah ‘toxic parent’ kepada mereka yang telah bersusah payah melahirkan dan merawat dengan baik. Lalu dimana keadilan?
Kemudian, kita kerap melihat aksi yang dilakukan buruh jalanan. Jika tidak terjadi di depan kantor para dewan, kita akan melihatnya terjadi di depan perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja. Para buruh merasa perusahaan tidak adil karena upah mereka tak sebanding dengan apa yang mereka kerjakan. Para pengusaha perlu tetap menjalankan usaha yang telah mereka rintis untuk mendapatkan keuntungan. Dimana letak keadilan?
Lalu pemerintah dan rakyatnya, hari-hari ini kita kerap mendengar ketidakadilan itu justru dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara belahan dunia. Hingga pertanyaan ‘dimanakah keadilan?’, ‘kepada siapa saya mencari keadilan?’ itu pasti dilontarkan oleh banyak orang.
Kita pasti selalu menanyakannya, bukan?
Belum usai masalah tersebut, kita malah harus terlebih dahulu menangani ketidakadilan yang tersulit.
Wah apa itu?
Keadilan terhadap diri sendiri.
Sudah adilkah kita dengan jiwa dan badan kita?
Di saat jiwa kita mengatakan ‘Jangan lakukan itu…’
Nafsu kita justru melawan dan mengatakan, ‘Loh memangnya kenapa? apa salahnya? enggak kenapa, kok! Lakukan saja…’
Tak usah jauh-jauh atau keras-keras bersuara.
Ternyata menghadapi diri sendiri kita semua masih terjebak dalam ketidakadilan.
Lalu siapakah hakim yang paling adil?
Kepada siapa kita akan menuntut keadilan?
Ustaz Nouman menutup pertanyaan itu dengan kalimat pendek, “Allah is the only judge who can do fairness.”
Namun, konflik-konflik dan permasalahan ketidakadilan itu akan selalu kita temukan, bahkan kita lakukan. Hingga akhirnya kita kembali kepada Allah.
Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm adalah upaya kita memohon kepada Rabb semesta alam agar menunjukkan jalan yang lurus, membimbing agar setidaknya kita dijauhi dari ketidakadilan, atau berusaha untuk adil kepada diri sendiri.
Wallahu’alam
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Deeper Look – 1. Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah – A Deeper Look (1:05:02 – khatam).
Materi VoB Hari ke-239 Siang | Kampanye Anti Nabi
Oleh: Ayu S Larasaty
#MondayAlFatihahWeek35Part2
Part 2
Hari ini kita mengenal Al-Qur’an dalam bentuk buku untuk dibaca, lalu kita memahami isi Al-Qur’an dari terjemahan yang ada, sesekali kita mendengarkan tafsir yang disampaikan oleh guru-guru kita.
Banyak cara untuk memahami Al-Qur’an, meski tentu saja pengalaman kita yang memiliki keterbatasan dalam berbahasa Arab sangat berbeda dengan mereka yang memahami bahasa Arab.
Dengan perbedaan itu saja, sudah mereduksi kemungkinan kita bisa memahami Al-Qur’an sebagaimana dengan pengalaman yang dialami guru-guru kita dalam memahami Al-Quran.
Terlebih kalau kita masih malas belajar bahasa Arab.
Seperti tidak ada untungnya berbahasa Arab, padahal dengan belum memahami bahasa Al-Qur’an. Belum mau effort untuk belajar Bahasa Arab, itu sudah merupakan kerugian besar!
Semua orang Mekkah kala itu tidak memahami Al-Qur’an seperti kita memahami Al-Qur’an dari tulisan dengan membacanya.
Mereka memahami Al-Qur’an dengan cara mendengarkan pembacaannya, bacaan yang indah, ritmenya yang kala itu mencuri perhatian banyak orang, bukan hanya para sahabat melainkan juga al-Mukadzibiin.
Siapa Itu al-Mukadzibiin?
Ustaz Nouman menyampaikan bahwa al-Mukadzibiin adalah mereka yang telah sampai padanya Al-Qur’an namun mereka menolaknya.
Tapi, masa menolak saja sampai diberikan gelar begitu sih oleh Allah?
Bukannya wajar saja kalau ada penolakan terhadap suatu argumen?
Al-Mukadzibin ‘open minded’ kala itu jelas merasa penolakan mereka terhadap ayat-ayat Allah itu seperti mereka menolak hal yang biasa saja.
Tapi benarkah demikian??
Well, ternyata tidak.
Allah memberikan gelar al-Mukadzibiin kepada orang-orang ini karena ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka dengar demikian menggugah mereka, mereka mengetahui kebenaran itu.
Namun mereka justru menyerang Rasulullaah hingga melakukan kampanye melawan dan anti kepada beliau.
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang melawan Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wassalam.
Wallahu’alam
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Deeper Look – 01. An Naba (Ayat 1 -17) Concise Commentary (00.00 – 07.35)
Materi VoB Hari ke-239 Sore | Sindiran Allah
Oleh: Ayu S Larasaty
#MondayAlFatihahWeek35Part3
Part 3
Ustaz Nouman menjalaskan kata saa-ala pada QS. An-Naba : 1-2 ‘amma yatasaa-aluun ‘anin naba-il ‘adziim bukan hanya bermakna pertanyaan. Namun dapat berarti kata sindiran, pertanyaan yang sebenarnya bertujuan agar yang mendengarkan kata tersebut berpikir.
Ustaz Nouman mengatakan kita saat ini masih berada dalam pusaran propaganda media. Dimana-mana saat ini memberikan pernyataan berdasarkan logical fallacies untuk memperoleh keuntungan, semua hal yang dijadikan senjata tidak didasari pada logika yang lurus melainkan perasaan semata. Hal ini juga Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam alami.
Di saat Rasulullaah ‘diserang’ habis-habisan mulai dari dakwahnya yang sembunyi-sembunyi hingga dakwah terbuka, beliau sudah ditekan oleh orang-orang yang sejak kecil akrab dengannya. Petinggi-petinggi di kaum beliau, bahkan paman tercinta.
Lalu apa yang Allah balaskan kepada orang-orang yang menyerang Rasulullaah? Orang-orang yang menggunakan propaganda, logical fallacies, serangan verbal, tuduhan dan fitnah kepada Rasulullaah?
Allah memulainya dengan sebuah kalimat sindiran tentang hari akhir yang akan dihadapi oleh orang-orang itu, mereka yang sejatinya meyakini kebenaran tiap ayat yang turun kepada Rasulullaah.
Mereka gemetar ketakutan, namun ketakutan banyak dari mereka malah menjadikan mereka semakin menyerang Rasulullaah. Hingga mereka kembali kepada Allah, sesuai dengan apa yang telah Dia janjikan.
Wallahu’alam
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Deeper Look – 01. An Naba (Ayat 1 -17) Concise Commentary (07.35 – 13.02)
***
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah