﷽
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-237
Topik: Parenting
Sabtu, 13 Februari 2021
Materi VoB Hari ke-237 Pagi | Berinteraksi dengan Anak-Anak Kita Adalah Bisnis yang Sebenarnya
Oleh: Nurfitri Anbarsanti
#SaturdayParentingWeek34Part1
Part 1
————————————–
Ketika anak-anak tidur, biasanya Ust. Nouman menyisihkan waktu satu jam atau dua jam untuk menyelesaikan tugas-tugas yang harus diselesaikan. Dan sebenarnya waktu ini adalah waktu yang benar-benar bagus untuk menyelesaikan pekerjaan.
Di keluarga Ust. Nouman, anak-anak biasanya tidur setelah maghrib. Saat itu, Ust. Nouman biasanya kerja, menyelesaikan pekerjaan, dan juga pergi untuk sholat Isya ke masjid, membuat beberapa calls, dan lain sebagainya.
Tapi, jangan sampai kita sibuk mengerjakan pekerjaan kantor saat kita baru saja pulang ke rumah. Tinggalkan pekerjaan itu untuk dikerjakan di waktu kerja. Tinggalkan juga hal-hal lainnya, seperti teman, sosial media, bahkan di saat di mana anak-anak sudah tidur.
Ketika anak-anak bangun, mungkin kita hanya punya dua hari untuk anak-anak kita. Selain itu, anak-anak akan menghabiskan banyak waktu di sekolah, dan lalu mereka akan sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolah, dan mereka dalam kondisi lelah di siang hari.
Di jam lima sore sampai delapan malam, atau lima sore sampai sembilan malam, jangan biarkan anak-anak hanya main game. Jika mau, maka menurut Ust. Nouman berikan saja sekitar setengah jam untuk mereka bermain game.
Jika anak-anak mau bermain game Mario Cart, ya main saja Mario Cart. Itu tidak apa-apa. Atau anak-anak mau menonton kartun, Ust. Nouman juga tidak keberatan.
Mungkin ada banyak orang tua lain yang lebih concern mengenai hal ini dibanding Ust. Nouman, sedangkan menurut Ust. Nouman, kartun untuk anak-anak itu tidak apa-apa asalkan kartun yang sudah disensor.
Tapi, ini bukan fatwa. Jika ada orang tua yang menganggap kartun itu sepenuhnya haram, maka tidak apa-apa juga. Tapi Ust. Nouman tidak dalam posisi yang mengharamkan atau menganggap bahwa kartun atau game itu haram.
Juga jika ingin mengakses gadget elektronik, menurut Ust. Nouman juga boleh saja, maksimal dua puluh menit. Tapi usahakan juga jangan setiap hari. Karena anak-anak mudah kecanduan terhadap gadget.
Jika mau main board games itu bahkan ide yang menurut Ust. Nouman benar-benar cool, karena board games itu seru, juga melatih membangun tim, dan melatih untuk bermain bersama yang lain, bukan bermain untuk melawan yang lain, orang tua bisa bermain bersama anak-anak dengan seru.
Coba lakukan kegiatan, tidak apa-apa walaupun sedikit, tapi lakukanlah dengan seluruh anggota keluarga. Lakukan kegiatan yang bisa dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.
Coba juga untuk belajar menikmatinya. Mungkin di awal-awal kita melatih diri, kita merasa bahwa ini adalah tugas. Waduh, kita harus bermain sama anak-anak, padahal baru pulang dari kerja.
Padahal, pada hakikatnya ketika kita pulang dari kantor, kita sebenarnya bukan “pulang dari kerja”, tapi “datang ke rumah untuk kerja”.
Menurut Ust. Nouman, justru pekerjaan itu adalah “liburan”.
Pekerjaan kantor itu mudah kan? Mengajar, berdiskusi tentang sistem operasi baru, meng-upgrade sesuatu. Dan lalu kita dalam perjalanan pulang ke rumah, lalu kita harus mendengar berita-berita yang tidak semuanya berguna, tentang acara-acara industri – yang sebenarnya semua orang juga tidak mengerti tentang hal itu.
Begitu sampai rumah, “liburan” kita sudah berakhir. Jangan sampai kita masih terbayang-bayang tentang pekerjaan, merasa harus mengerjakan ini dan itu lagi.
Karena pekerjaan kita yang sebenarnya malah baru dimulai begitu kita sampai di rumah. Berikan waktu untuk anak-anak kita. Ini urutan pertama dalam “bisnis” kita yang sebenarnya.
———————————————–
(bersambung in sya Allah di Part 2)
Sumber:
– Bayyinah TV – Quran – Courses – Parenting – 17. Lessongs in Parental Psychology Part 1 (12:54-15:53)
Materi VoB Hari ke-237 Siang | Setiap Mereka Menginginkan Kita, Kita Selalu Ada
#SaturdayParentingWeek34Part2
Part 2
————————-
Mari kita rangkum lagi pembahasan sebelumnya.
1. Yang pertama, ayah harus mudah diakses atau mudah dihubungi oleh anak.
2. Yang kedua, waktunya harus tergantung pada anak, bukan tergantung pada orang tua. Kita tidak bisa mendiskriminasi waktu anak-anak.
3. Yang ketiga, biarkan anak-anak menyelesaikan pikiran mereka. Biarkan anak-anak merasa bahwa kita sebagai orang tua benar-benar mendengarkan seluruh ucapan mereka. Sebaliknya, anak-anak malah tidak punya rentang perhatian yang panjang untuk mendengarkan ucapan kita.
Biasanya setelah anak-anak mengucapkan dua atau tiga kalimat, mereka akan langsung seperti tupai, langsung lari atau seperti loncat dari pohon ke pohon. Anak-anak sebenarnya hanya butuh satu atau dua menit perhatian penuh dari kita, dan tidak butuh tiga puluh menit.
Jadi, usahakan setiap mereka menginginkan kita, kita selalu ada untuk mereka. Kapanpun mereka ingin kita, kita ada untuk mereka.
Hal ini akan jadi hal yang penting sekali. Karena di masa-masa awal pertumbuhan mereka, jika kita tidak melakukan itu, anak-anak akan perlahan-lahan menjadi jauh. Mereka akan mulai mencari perhatian atau pemenuhan kebutuhan mereka dari sosok yang lain atau alat yang lain.
Begitu anak-anak menjadi terbiasa dengan fakta bahwa mereka sering diabaikan oleh orang tua, menurut Ust. Nouman hal ini adalah hal terburuk yang terjadi antara anak dan orang tuanya. Untuk anak berumur empat tahun, lima tahun, enam tahun, tujuh tahun, hal tersebut parah sekali.
Kita bisa bayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya?
Anak-anak akan mencari pemenuhan dari mainan-mainan, permen, atau akan terus merajuk minta ini dan itu terus menerus, atau akan minta nonton ini dan nonton itu terus menerus.
Mereka melakukannya bukan karena mereka rakus, serakah atau materialistik. Tapi itu terjadi karena kita sebagai orang tua tidak memenuhi tangki cinta dan perhatian mereka.
Mereka akan mencari hal lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, apalagi saat ini kita berada di dunia modern. Jika orang tua tidak memberi waktu untuk anak-anak, maka jelas pasti anak-anak akan terpaku di depan layar. Itu yang akan mereka lakukan.
Atau ketika orang tua terus memberikan mainan supaya anak-anak bisa membiarkan orangtua sendiri. Sehingga kamar anak-anak sangat penuh dengan mainan, bahkan mungkin sampai orangtua tidak bisa melangkah saking penuhnya lantai dengan mainan tokoh-tokoh heroik. Banyak orangtua melakukan hal itu.
Tapi apa yang akan terjadi, ketika anak-anak berbicara dengan kita, mereka bukan membicarakan tentang kita, tapi sibuk membicarakan mainan-mainan mereka. Mereka hanya akan bicara dengan kita supaya dapat mainan. Cuma itu yang mereka bicarakan.
Apakah itu hal yang baik? Tentunya bukan.
Sebenarnya tidak apa-apa anak-anak itu bicara dengan orang tua tentang apa yang mereka inginkan. Tapi masa sih kalau hanya itu yang mereka bicarakan terus menerus?
Itu menandakan bahwa hubungan antara anak dan orang tua semakin menjadi redup dan mati perlahan-lahan.
Itulah yang menyebabkan karakter anak tumbuh menjadi pribadi yang serakah dan rakus, posesif, hanya memikirkan satu hal yang menurut mereka penting saja, sedangkan menurut mereka hal lain tidak penting.
Lalu selanjutnya ketika mereka bermain ke rumah anak yang lain, mereka jadi jahat ke anak yang lain, dan seterusnya. Berbagai akibat lainnya akan muncul.
———————————————–
(bersambung in sya Allah di Part 3)
Sumber:
– Bayyinah TV – Quran – Courses – Parenting – 17. Lessongs in Parental Psychology Part 1 (15:53-18:31)
Materi VoB Hari ke-237 Sore | Tidak Menyerah pada Anak
#SaturdayParentingWeek34Part3
Part 3
————————————–
Akibat lain dari tangki cinta anak yang tidak terpenuhi adalah mereka mulai mudah berteriak-teriak, dan juga sangat mudah marah atas apa-apa yang mereka tidak bisa ubah.
Kitalah sebagai orang tua yang harus berubah. Jangan berekspektasi pada anak-anak bahwa mereka akan bisa berubah. Begitu kita mulai mengubah diri kita, maka perlahan-lahan kita juga akan melihat perubahan dari anak-anak kita ke arah yang lebih baik. In sya Allah.
Hal selanjutnya adalah, tidak semua anak-anak kita sama. Sehingga kita tidak bisa berkhayal tentang masalah anak-anak kita.
Kisah Al-Qur’an favorit Ust. Nouman yang dapat dilihat dari sudut pandang parenting adalah surat Yusuf.
Nabi Yaqub a.s. punya anak-anak yang sangat berbeda. Bukankah begitu? Ada anak yang fantastis luar biasa seperti Yusuf a.s., namun ada juga – bahkan bisa dikatakan banyak -anak Nabi Yaqub yang bermasalah.
Yang menarik adalah, ketika Nabi Yaqub a.s. berbicara dengan anak-anaknya yang “jahat”, Nabi Yaqub tidak pernah memanggil anak-anaknya dengan gelar yang buruk. Ini hal yang menarik karena ketika kita membahas sosok-sosok yang buruk dalam sejarah para Nabi, mungkin kita akan terpikir anak-anak Nabi Yaqub a.s. yang menceburkan Yusuf a.s. ke sumur.
Nabi Yaqub a.s. tidak pernah memanggil anak-anaknya dengan gelar “setan”, “buruk”, “kadzib” (pembohong). Nabi Yaqub a.s. tidak pernah memanggil mereka dengan buruk, seburuk apapun perilaku anaknya.
Apa artinya?
Artinya, Nabi Yaqub a.s. tidak menyerah pada anak-anaknya. Begitu juga Nabi Nuh a.s., tidak menyerah menghadapi anaknya sampai Allah ﷻ- lah yang mengatakannya. Jika Allah tidak mengatakan tentang anak Nabi Nuh, Nabi Nuh tidak akan menyerah terhadap anaknya.
———————————————–
Bersambung in sya Allah minggu depan.
Sumber:
– Bayyinah TV – Quran – Courses – Parenting – 17. Lessongs in Parental Psychology Part 1 (18:31-19:47)
👶🏻👧🏻🧒🏻👦🏻
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah