Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-235
Topik: Divine Speech
Kamis, 11 Februari 2021
Materi VoB Hari ke-235 Pagi | Tidak : Interpretasi yang Berbeda
Tidak: Interpretasi yang Berbeda
Oleh: Rendy Noor Chandra
#ThursdayDivineSpeechWeek34Part1
Part 1
بسم الله الرحمن الرحيم
Ada beberapa penggunaan kata “tidak” dalam berbagai bahasa, termasuk dalam bahasa Arab. Maksudnya seperti apa?
Ustaz Nouman dulunya pernah menjadi seorang guru yang ramah kepada muridnya. Ketika beliau masuk ke dalam kelas, murid-murid sedang gaduh dan teriakan terdengar di mana-mana.
Ustaz Nouman kemudian berkata, “Semuanya! Tenang! Tidak ada yang berbicara!”
“Saya tidak mau satu pun dari kalian yang berbicara!” 😠
“Semuanya diam! Saya sekarang marah!” 😤
Ustaz Nouman kemudian di dalam pikiran berkata, ”Akhirnya, anak-anak akan menghormati saya. Saya didengar.” 😌
Tapi dengan begitu, Ustaz Nouman menghancurkan kepercayaan murid-murid beliau di menit pertama.
Kemudian ada seorang murid yang duduk persis di depan beliau sambil mengangkat tangannya dan berkata, “Bolehkah saya mengambil minum, Paaak? ” 😧
Dengan polosnya ia berkata dengan nada cempreng di depan Ustaz yang baru saja berkata tegas.
Ustaz pun hanya menggeleng-gelengkan kepala. 😪
Sepertinya bagi murid tadi, ketika Ustaz berkata tidak ada yang berbicara, menurutnya adalah berbicara kepada sesama murid tapi bukan ke sang guru.
😁😁😁
Sebenarnya kata “tidak” digunakan dengan derajat tertentu. Misalnya kita bisa berkata tidak, tapi sebenarnya maksudnya bukan begitu.
Ustaz Nouman memberikan contoh orang Pakistan, ketika seseorang menawarkan,
“Anda mau teh?” 😁
Orang Pakistan akan bilang, “Tidak..tidak…tidak usah.”
Yang sebenarnya maksudnya adalah “Tentu saja! Cepatlah bawakan!” 😤
Lisan berkata tidak tapi maksudnya adalah kebalikannya.
Ada contoh lain lagi, kali ini pengalaman Ustaz Nouman dengan anak-anak beliau. Seperti apa?
Insya Allah bersambung ba’da Zhuhur.
Sumber:
– Bayyinah TV – Quran – Courses – Divine Speech – 06. Transitions in the Quran (1:17:03-1:19:10)
Materi VoB Hari ke-235 Siang | Tidak : Interpretasi yang Berbeda
Tidak: Interpretasi yang Berbeda
Oleh: Rendy Noor Chandra
#ThursdayDivineSpeechWeek34Part2
Part 2
بسم الله الرحمن الرحيم
Ustaz Nouman akan menceritakan kisah lain yang berhubungan dengan kata “tidak” ini.
Kisahnya yaitu ketika Ustaz Nouman bermain bersama putri beliau, ia berkata,
“Aba, tangkap aku! Hehehe…”
Ustaz Nouman pun mengejar anaknya dan berkata, “Aba akan menangkapmu!”
“TIdaaaaaaaak!!!”
Ustaz Nouman langsung mematung ,
“Oke, Aba tidak akan mengejarmu.”
“Tidak… kejar aku, Aba!”
“????”
“Lalu kenapa bilang ‘tidak’ tadi?”
🤪🤪🤪
Atau ketika Ustaz Nouman menggelitik salah satu bayinya, bayinya berkata,
“Tidaaaak! Geliiii, Aba! Stooop..”
Kemudian Ustaz berhenti menggelitik, anaknya berkata,
“Ada apa, Aba? Kok berhenti”
Lha, kan tadi anaknya yang minta berhenti ya? Hehehehe…..
😁😁😁
Jadi, terkadang tidak atau jangan itu tidak selalu berarti mutlak. Terkadang jangan memang bermakna tidak boleh sama sekali.
Ketika istri sedang marah dan suaminya berkata,
“Hei, hei…. Kamu mau makan di luar?”
“Tidak!”
“Ayolah, kamu pasti lapar.”
“Tidak, aku enggak lapar, kok.”
“ Gimana kalau pesan pizza?”
“Jangan… Enggak usah.”
Hehehe… kira-kira ini masuk yang absolut atau tidak?
Jadi, tidak selamanya kata “tidak” berarti tidak yang sesungguhnya. Ada yang memang tidak boleh sama sekali.
Bapak-bapak mungkin mengerti tidak yang absolut ini. Misalnya, ketika istrinya berkata,
“Jangan ngomong apapun hari ini!”
Sang suami akan mundur teratur dan pergi, minum kopi atau semacamnya.
Nah, itu tadi penjelasan sederhana penggunaan kata tidak. Lalu di Al-Qur’an bagaimana?
Insya Allah bersambung ba’da Ashar.
Sumber:
– Bayyinah TV – Quran – Courses – Divine Speech – 06. Transitions in the Quran (1:19:10-1:20:23)
Materi VoB Hari ke-235 Sore | Tidak : Absolut atau Ada Celah?
Tidak: Absolut atau Ada Celah?
Oleh: Rendy Noor Chandra
#ThursdayDivineSpeechWeek34Part3
Part 3
بسم الله الرحمن الرحيم
Nah, sekarang kita masuk ke pembahasan kata “tidak” dalam bahasa Arab Al-Qur’an.
Di dalam Al-Qur’an, kata laa bermakna tidak atau jangan.
Ketika di dalam Al-Qur’an disebutkan,
لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
Tidak ada kekhawatiran atas mereka
-Q.S. Yunus:62
Contoh ini menunjukkan kata-kata setelah laa yang berakhiran –un.
Tetapi ada juga kata setelah laa yang tidak berakhiran –un, contohnya:
لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ
Tidak ada keraguan padanya
-Q.S. Al-Baqarah:2
Di kalimat ini, alih-alih berakhiran -un, kata setelah laa berakhiran -a.
Ini sebenarnya adalah materi tata bahasa Arab. Kalau kita membaca terjemahnya dalam bahasa Indonesia, dua-duanya bermakna tidak. Tetapi, sebenarnya ada bedanya. Bedanya apa?
Ketika kita mengatakan laa khoufun , yang berakhiran –un, artinya untuk sebagian besar tidak ada ketakutan, jika pun ada hanya sedikit. Pada hari Kiamat, bagi mukmin tidak ada sebagian besar ketakutan atas mereka. Akan tetapi, ketakutan itu masih ada, yaitu ketakutan akan selamat atau tidak di Hari Kiamat.
Tetapi ketika kita mengatakan laa rayba, yang berakhiran –a, artinya adalah tidak ada ruang sama sekali untuk keraguan, artinya tidak ada keragyan secara absolut.
Kemudian, contoh yang lain:
لَّا بَيْعٌ فِيْهِ
Pada hari itu tidak ada jual beli
-Q.S. Al-Baqarah:254
Di ayat ini, maknanya tidak ada sebagian besar jual beli pada Hari Kiamat. Akan tetapi, masih sesungguhnya masih ada jual beli. Yaitu jual beli Allah dan hamba-Nya. Allah membeli harta dan nyawa hamba-Nya yang beriman dengan jannah.
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
-Q.S. At-Taubah:111
Sebagian besar orang tidak akan berhasil menjual pada Hari Kiamat. Akan tetapi, akan ada jual-beli yang Allah Terima. Allah Berfirman tidak ada jual beli, tetapi tidak ada disini maksudnya adalah sebagian besar jual-beli.
وَلَا خُلَّةٌ
Dan tidak ada persahabatan. (di Hari Kiamat)
-Q.S. Al-Baqarah:254
Sama seperti bai’un, khullatun disini juga berakhiran –un, yang artinya sebagian besar persahabatan memang tidak ada, tetapi ketika seorang mukmin mendapat naungan Allah di Hari Kiamat, itu berarti ia bersahabat dengan Allah.
وَّلَا شَفَاعَةٌ
Dan tidak ada lagi syafaat.
-Q.S. Al-Baqarah:254
Tidak akan ada yang perantaraan di Hari Kiamat. Tidak akan ada yang datang dan membelamu. Tidak akan ada yang berkata, “Ya Allah, ampunilah ia. Masukkanlah ia ke jannah-Mu.”
Eh, tunggu… memangnya begitu? Beneran tidak ada?
Benarkah tidak akan ada yang membela kita?
Tidak akan ada yang memohon kasus kita diampuni?
Tidak ada yang mengatakan , “Umatku… umatku….”?
Siapa yang mengatakannya?
Dialah Rasulullah ﷺ.
Fakta bahwa ada ruang untuk syafaat oleh Rasulullah ﷺ, tersimpan dalam harakat –un dalam kata syafa’atun. Tidak akan ada sebagian besar syafaat. Tapi masih ada syafaat yang mungkin terjadi.
Bisakah kita membayangkan jika kalimatnya laa syafa’ata?
Tentu sangat mengerikan.
Insya Allah bersambung pekan depan.
Sumber:
– Bayyinah TV – Quran – Courses – Divine Speech – 06. Transitions in the Quran (1:20:23-1:23:43)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah