[VoB2021] Dosa Juga Bagi Orang-Orang yang Tidak Tahu dan Tidak Mau Tahu


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-225
Topik: First Ayahs of Fatihah
Hari, tanggal: Senin, 01 Februari 2021

Materi VoB Hari ke-225 Pagi | Dosa Juga Bagi Orang-Orang yang Tidak Tahu dan Tidak Mau Tahu

Ditulis oleh: Nurfitri Anbarsanti

#MondayAlFatihahWeek33Part1

Part 1

بسم الله الرحمن الرحيم

غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ

“bukan (jalan) mereka yang dimurkai (menerima murka)” (QS Al-Fatihah : 7)

Salah satu contoh dari ayat ini adalah, ketika seseorang menerima tawaran. Begitu kita mendengar hal tersebut, itu berarti seseorang itu menerima tawaran dari sepuluh orang, dua puluh orang, atau seratus orang? Kita tidak tahu. 

Bisa saja orang tersebut menerima tawaran dari banyak orang. Pokoknya orang itu menerima tawaran, dan kita tidak tahu menerima tawaran oleh seberapa banyak orang dan dengan nilai berapa rupiah. 

Sehingga, di ayat disebutkan bahwa “jalan orang yang menerima kemurkaan”, kita tidak tahu mereka itu menerima kemarahan dari siapa saja dan berapa banyak. 

Kita memohon kepada Allah ﷻ, Ya Allah, janganlah sampai Allah menjadikan kita sebagai orang yang sudah tahu ilmunya, tapi masih saja melakukan hal yang melanggar syariat Islam. Jangan sampai Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang seperti itu. 

 وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

“dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS Al-Fatihah : 7)

Dan di sisi lain, kita juga memohon kepada Allah ﷻ agar tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang tersesat. 

Di frasa sebelumnya, kita memohon kepada Allah ﷻ agar tidak termasuk ke dalam orang-orang yang sudah tahu tapi masih saja melanggar syariat Allah ﷻ (yaitu orang yang mendapat murka). Di frasa ini, kita memohon kepada Allah ﷻ agar kita juga tidak termasuk ke dalam orang-orang yang bahkan tidak tahu dan tidak mau belajar, sehingga kita lebih suka menjadi tersesat. 

Kasus di ayat ini bukan tersesat karena tidak ada petunjuk sama sekali, bukankah saat ini petunjuk itu sudah tersedia di mana-mana kan? 

Jadi, fakta bahwa kita tersesat sementara petunjuk sudah tersedia dan datang di depan mata, maka itu tanggung jawab siapa? Tentu saja tanggung jawab kita. 

Kita bahkan enggak mau tahu, enggak mau belajar, lebih suka jadi orang yang enggak tahu. 

“Jangan kasih tau aku deh, nanti aku jadi dosa kalau begitu tahu kalau itu salah”. Pernah dengar ungkapan seperti ini ya?

Ungkapan itu seperti, “Aku enggak mau jadi maghdubi ‘alaihim, mendingan jadi dhollin aja”. Lucu kan?

Jika kita hanya tahu bahwa murka itu diterima oleh orang-orang maghdubi ‘alaihim, kita akan takut dan kita tidak mau belajar. Kita takut, karena kita tahu bahwa orang-orang maghdubi ‘alaihim itu orang yang tahu, tapi tetap melanggar. 

Tapi, dalam surat Al-Fatihah, Allah ﷻ juga berfirman kepada kita, bahwa kita jangan sampai hanya menjaga diri agar tidak termasuk ke dalam maghdubi ‘alaihim saja, tapi kita juga harus berusaha agar tidak termasuk ke dalam orang-orang yang dhollin juga, yaitu orang-orang yang bahkan enggak mau tahu dan enggak mau belajar. 

Jangan sampai kita masuk ke kedua golongan tersebut. 

Jadi kita harus belajar, mengedukasi diri dengan ilmu-ilmu Islam, kita harus menghargai ilmu, menyerap ilmu dan berhijrah, mengubah diri sesuai dengan ilmu tersebut.

Allahu akbar, betapa seimbangnya ayat-ayat dalam surat Al-Fatihah ini. 

غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

“bukan (jalan) mereka yang menerima murka, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS Al-Fatihah: 7)

Bersambung insya Allah di Part 2

Sumber: Bayyinah TV  – Quran – Deeper Look – 1. Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah – A Deeper Look (54:00 – 56:00)


Materi VoB Hari ke-225 Siang | Al-Fatihah Menggambarkan Keseimbangan

Ditulis oleh: Nurfitri Anbarsanti

#MondayAlFatihahWeek33Part2

Part 2

بسم الله الرحمن الرحيم

Seluruh karya Allah ﷻ menggambarkan keseimbangan yang luar biasa. Begitu juga di surat Al-Fatihah, adalah karya Allah ﷻ yang paling dalam, paling indah. 

Ust. Nouman membayangkan ada keseimbangan yang benar-benar sempurna di dalam Al-Qur’an. Dan Al-Fatihah mempunyai keseimbangan yang tidak mungkin dibuat oleh manusia. Tidak mungkin dibuat oleh manusia. 

Ust. Nouman akan menunjukkan kembali apa yang membuat surat Al-Fatihah ini begitu seimbang, dengan keseimbangan yang sempurna. 

Saat kita memuji, biasanya kita tidak berterima kasih. Begitu juga ketika kita berterima kasih, biasanya kita tidak memuji. Namun dalam kata ‘hamd’, ada keseimbangan antara ungkapan pujian dan terima kasih.

Jika dalam Al-Fatihah hanya diucapkan Ar-Rahman Ar-Rahim, maka orang-orang akan mengambil untung saja dari sifat Allah tersebut. Namun ada penyeimbangnya, yaitu ‘Maliki Yaumi Ad-Diin’. Ada keseimbangan di sini. 

Lalu dari ayat kedua sampai ke empat, yaitu 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

Semuanya adalah tentang Allah ﷻ . Sedangkan di ayat kelimanya, 

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

adalah tentang kita dan Allah ﷻ. Frasa pertama adalah tentang apa yang kita lakukan untuk Allah (dengan mengabdi kepada Allah), dan frasa kedua adalah tentang apa yang kita lakukan untuk diri kita sendiri (dengan meminta pertolongan-Nya).

Lalu di dua ayat terakhir, yaitu 

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ

, kedua ayat ini adalah tentang kita. 

Sehingga, bagian pertama surat Al-Fatihah adalah tentang Allah, bagian kedua surat Al-Fatihah adalah tentang kita dengan Allah, dan bagian terakhir surat Al-Fatihah adalah tentang dan untuk kita. 

Jadi, terlihat seimbang kan ya? Satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk kita, dan satu bagian untuk keduanya. 

Ada lagi keseimbangan yang lebih jauh jika dikaji dari isim dan fi’il. Bagaimanakah itu?

————————-

Bersambung insya Allah di Part 3

Sumber: Bayyinah TV  – Quran – Deeper Look – 1. Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah – A Deeper Look (56:00 – 58:00)

🌓📖🌓📖🌓📖


Materi VoB Hari ke-225 Sore | Perfect Halves dalam Al-Fatihah

Oleh: Nurfitri Anbarsanti

#MondayAlFatihahWeek33Part3

Part 3

Dalam bahasa Arab, ada kalimat-kalimat berjenis kata benda (jumlah ismiyah/noun sentences) dan ada juga kalimat-kalimat berjenis kata kerja (jumlah fi’liyah/verb sentences).

Karakter atau kualitas dari jumlah ismiyah (noun sentences) adalah timeless, tidak dibatasi oleh waktu. Sedangkan karakter atau kualitas dari jumlah fi’liyah (verb sentences) adalah temporer, dibatasi oleh waktu. 

Nah di bagian pertama, yaitu ayat ke dua sampai ayat ke empat yang berbicara tentang Allah ﷻ, seluruhnya adalah jumlah ismiyah. Sedangkan di bagian terakhir, yaitu dua ayat terakhir, yang berbicara tentang kita, seluruhnya adalah jumlah fi’liyah.

Di bagian tengah, yaitu ayat kelima, yang berbicara tentang Allah dan tentang kita, adalah jumlah fi’liyah yang dimulai dengan isim (noun), sehingga isim dan fi’il ada di bagian ini. 

Jadi, bagian pertama seluruhnya adalah jumlah ismiyah, bagian kedua adalah kalimat campur (jumlah fi’liyah  yang dimulai dengan isim), dan bagian akhir seluruhnya adalah jumlah fi’liyah.

Mari kita cek selanjutnya. 

Jumlah ismiyah di bagian pertama di surat Al-Fatihah berbicara tentang Allah, selayaknya Allah sebagai suatu Dzat yang timeless. Jumlah fi’liyah di bagian akhir di surat Al-Fatihah berbicara tentang kita, selayaknya kita sebagai makhluk yang temporer dan hidup sementara saja. 

Sedangkan bagian tengah, yang berbicara tentang Allah dan kita, adalah kombinasi dari keduanya, yang dimulai dengan isim walaupun kalimatnya adalah jumlah fi’liyah.

Bahkan jika dilihat dari segi linguistik pun, Al-Fatihah sungguh sempurna, dan karakter bahasanya sangat sesuai dengan karakter subjek yang sedang dibicarakan oleh kalimat-kalimatnya. 

Siapa yang berbicara seperti ini?

Siapa yang mampu membuat kalimat-kalimat seperti ini?

Masih ada yang lebih jauh dari ini. 

Di bagian pertama, yaitu di ayat kedua sampai ayat keempat, 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

seluruh ayat di bagian ini yang berbicara tentang kebesaran Allah ﷻ, ternyata menggiring kita kepada sebuah kesimpulan yang ada di frasa pertama di ayat selanjutnya, yaitu 

اِيَّاكَ نَعْبُدُ.

Sehingga, menurut Ust. Nouman, kesimpulan dari 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

adalah اِيَّاكَ نَعْبُدُ.

Lalu, separuh selanjutnya dimulai dengan 

وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

di mana kita meminta tolong kepada Allah ﷻ . Dan seluruh ayat seterusnya sampai akhir adalah apa saja bentuk permintaan tolong kita kepada Allah ﷻ.

Sehingga, kesimpulan dari bagian pertama adalah اِيَّاكَ نَعْبُدُ,

sedangkan pendahuluan dari bagian terakhir adalah وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ.

*Sungguh, pembagian yang sempurna* _*(perfect halves).*_

Ini belum selesai, masih ada lagi yang lebih dahsyat!

————————-

Bersambung insya Allah minggu depan.

Sumber: Bayyinah TV  – Quran – Deeper Look – 1. Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah – A Deeper Look (58:00 – 1:00:16)

🌓📖🌓📖🌓📖

Penutup

Semoga Allah terangkan, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon do’akan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s