🌿🌿 *SSS NAK Indonesia* 🌿🌿
Bismillahirrahmanirrahim.
In syaa Allah hari ini kita ada agenda rutin sharing pekanan.

Teknisnya:
1️⃣ Tonton video ini ⬇️
**Kurang dari 30 menit. Ada subtitlenya.
2️⃣ Catat poin-poin menarik, insight, share ke sosial media/blog/podcast.
3️⃣ Kirim tanggapan/pertanyaan terkait video di grup wa/telegram NAKIndonesia.
🗓 SSS-nya in syaa Allah dilaksanakan tiap Sabtu paralel di grup whatsapp dan telegram NAK Indonesia.
Yuk ramaikan ^^
🌼🌼🌼
Kembali kepada topik khutbah, yang agak terkait dengan masalah ini, namun saya benar-benar ingin bicara tentang ayat ini meskipun saya sudah membicarakannya berulang kali, tapi saya kira tidak di masjid ini.
Allah ‘azza wa jalla berkata, “Wa laa taquulanna lisyai’in innii faa’ilun dzaalika ghodaa.” (QS Al Kahfi ayat 23)
Ini satu ayat. Kata Allah, jangan kamu berani berkata bahwa saya pasti akan melakukannya besok.
Dia tak hanya berkata, jangan berkata, “Laa taqul.” (Jangan katakan -red)
Dia berkata, “Laa taquulanna.” (Jangan PERNAH katakan -red)
Jangan pernah berani berkata (selamanya) tentang apapun bahwa saya pasti akan melakukannya besok.
https://nakindonesia.com/2016/07/02/pentingnya-insya-allah/
👤 Pak Heru
Alhamdulillah. _Jazaakallaah khayran_ Mas Agung.
Kita masih di Januari. Bulan di mana manusia dari berbagai belahan dunia membahas rencana-rencana.
Mungkin rencana-rencana itu sendiri sudah dibuat satu bulan sebelumnya: di bulan Desember.
Dulu juga pernah ada “demam resolusi”. Apa rencana-rencana yang akan dipasang selama setahun penuh.
Bermacam-macam rencana. Di berbagai bidang kehidupan.
Lulus kuliah, dapat pasangan hidup, dapat pekerjaan, hafal sekian juz, melunasi semua hutang, berangkat umrah, turun berat badan, dan sebagainya.
Kadang-kadang ada acara saling berbagi. Resolusi tahun lalu dan pencapaiannya. Lalu adakah yang belum terwujud, sehingga terjadi _carry over_ di tahun ini.
Seiring dengan situasi pandemi, mulai banyak yang “melepas” rencana-rencana.
Saking banyaknya rencana yang meleset di tahun 2020. Terutama rencana-rencana yang melibatkan interaksi dengan orang lain.
Salah satu contoh yang saya rasakan adalah salat lima waktu.
Ketika masjid sedang _locked down_, seharusnya salat masih tetap bisa dilakukan tepat waktu.
Tapi nyatanya tidak semudah itu. Karena saya pasti ingin salat bersama anak-anak saya di rumah. Orang tuanya WFH, anak-anaknya _learning from home_.
Tapi anak-anak _kan_ jadwalnya cukup padat. Kadang salat _zhuhur_ baru jam satu siang karena ada anak saya yang selesai pelajarannya jam satu.
Jadi rencana “salat tepat waktu” itu saja tidak selalu bisa dilakukan.
Maka wajar jika ada yang lantas mengizinkan dirinya sendiri untuk tidak usah bikin rencana. Hidup _ngalir aja_ di 2021. Masih pandemi juga.
Padahal ustaz di video ini jelas-jelas menegaskan:
_We still have to make a plan_.
Dan tentu saya sangat setuju dengan anjuran ustaz. Karena _imho_ menyusun rencana itu juga termasuk bagian dari _ikhtiyar_ kita.
Maka saya pun menyusun rencana-rencana. Untuk keluarga, untuk agama, untuk pekerjaan, untuk kesehatan, untuk kemasyarakatan.
Tentu saja saya, dan kita semua, peduli dengan “Hari Esok yang Lebih Baik”. Sebagaiman terjemahan dari judul asli video ini.
Yang bisa menarik untuk didiskusikan adalah: apa rencana-rencana Anda di 2021?
Yang juga menarik adalah judul video yang versi Indonesia: “Pentingnya Insya Allah”. Mengapa judulnya seperti itu, “agak jauh” dari terjemahan judul aslinya.
Lalu, menarik juga untuk saling berbagi, sejauh mana kita “disiplin” mengucapkan insya Allah. Atau _illaa an yasyaa-allaah_.
Sementara itu dulu dari saya. Salam hangat, salam hormat, dan salam sehat untuk semuanya.
_Wassalaamu ‘alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh_.
👤 Mba Vivin
Penghujung Desember 2020 sy pun menyusun resolusi pak. Resign membuat sy harus merekonstruksi mimpi. Masya Allah, ketemu video ust
QS Luqman 19:
وَاقۡصِدۡ فِىۡ مَشۡيِكَ
الْقَصْدُ، التَّقْصِيْدُ
To cut something in middle or to break something into two (Lughat-ul Qur’an vol III)
Ustadz berkata, _set your clear goals._ Setiap kali akan berjalan, setiap kali akan mengambil tindakan, tentukan dulu _clear goals_. Tujuan yg jelas dan terperinci.
Setelah menetapkan tujuan yg jelas dan terperinci itu, pecah menjadi bagian-bagian yg lebih sederhana dan lebih mudah tercapai. Lalu melangkahlah mencapai tujuan tersebut.
Misalnya punya target menghafal Al-Qur’an. Jangan sampe udah overwhelmed duluan karena melihat tebalnya Al-Qur’an. Dengan memecah target misalnya sehari setengah halaman atau bahkan satu ayat, tujuan itu akan lebih mudah unt terealisasi. _A journey of thousands miles begins with a single step._ Tak perlu melihat samuderanya, yg kita perlukan, memulai berenang dengan satu kayuhan.
Tujuan itu tidak akan datang dengan sendirinya ke kita, kitalah yg harus menghampiri. Seperti seorang balita yg sibuk menyusun lego, ia akan fokus dan tidak memperhatikan sekitarnya. Demikian pula kita, jika sudah menetapkan tujuan, fokuslah, tak perlu membandingkan diri sendiri dengan pencapaian orang lain.
Rasanya meleleh denger penjelasan ust. Biasanya yg kaya gini adanya di buku best seller seri motivasi, tapi ini di Al-Qur’an. Bismillah, 2021 getting closer to Al-Qur’an
👤 Mas Agung
Saya seumur-umur ga pernah mikir atau nulis tentang resolusi pak hehehe. Buat saya terlalu rigid, dan kurang agile aja rasanya.
Jadi inget pernah ikut salah satu seminar self development gitu, dikisahkan bahwa
Ada penelitian kepada para mahasiswa di Yale University tahun 1953, dan disebutkan bahwa 3% mahasiswa yang menuliskan secara detail rencana masa depannya ternyata 20 tahun kemudian lebih sukses secara finansial dibandingkan mahasiswa lainnya yang tidak menuliskan rencana
It sounds good, tapi sayangnya itu ternayata cuma mitos. Yang saya tahu Penelitian tersebut ga ada, kisah itu jadi populer gara gara diceritakan oleh Tony Robbins (motivator) aja.
Bisa di baca disini salah satunya
https://www.fastcompany.com/27953/if-your-goal-success-dont-consult-these-gurus
Yang terjadi justru sebaliknya, yang sukses justru orang-orang yang adaptive.
Kalau saya pribadi cuma nyiapin satu visi aja, sementara rencana cuma untuk 3 bulan kedepan (ini udah maksimal banget)
Saya kurang paham apakah ada hadis atau ayat yang berkaitan dengan cara menyusun rencana
Tapi yang saya tau cuma hadis ini aja, tapi sepertinya hadis ini dhaif. Cmiiw
“Barangsiapa yang harinya sekarang lebih baik daripada kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barangsiapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.”
👤 Mas Ario
Makkah itu tanah tandus, padang pasir. Bukan Hawaii yang memiliki pemandangan indah. Karena itu pastilah manusia yang berbondong-bondong ke sana harus punya alasan. Dan alasannya adalah untuk menyelamatkan akhirat mereka (haji, umrah).
Sekalipun Makkah sekarang sudah modern (ada hotel bintang 5) tetap saja alasan muslim ke sana bukan untuk menginap di hotel he he he, kalau niatnya benar pasti datang ke Makkah untuk menyelamatkan akhirat mereka
👤 Mas Ario Insya Allah sekarang ini sering jadi alasan alibi buat janji yang belum tentu akan kita tepati
Padahal insya Allah merupakan kata yang serius, rasulullah saw pernah tidak mengucapkan insya allah dan akibatnya wahyu tidak datang selama 6 bulan
Sampai-sampai Rasulullah saw merasa ditinggalkan Allah
👤 Kang Rendy Noor
ini yang surah Al Kahf bukan ya mas? Yang Rasulullah ditanya tentang kisah Ashabul Kahfi?
👤 Mas Ario
Iya videonya bahas insya allah yang di al Kahfi
👤 Mas Ario
Esensi Dari Illaa An Yasyaa-a’ Alloh
Kembali kepada topik khutbah, yang agak terkait dengan masalah ini, namun saya benar-benar ingin bicara tentang ayat ini meskipun saya sudah membicarakannya berulang kali, tapi saya kira tidak di masjid ini.
Allah ‘azza wa jalla berkata, “Wa laa taquulanna lisyai’in innii faa’ilun dzaalika ghodaa.” (QS Al Kahfi ayat 23)
Ini satu ayat. Kata Allah, jangan kamu berani berkata bahwa saya pasti akan melakukannya besok.
Dia tak hanya berkata, jangan berkata, “Laa taqul.” (Jangan katakan -red)
Dia berkata, “Laa taquulanna.” (Jangan PERNAH katakan -red)
https://nakindonesia.com/2016/07/02/pentingnya-insya-allah/
👤 Mas Andi
Izin share, sedikit tambahan aja tentang aspek praktis _InsyaAllah_ ini, setidaknya buat saya pribadi.
Esensi _InsyaAllah_ juga IMHO termasuk kepada rencana kita pribadi yang tidak diucapkan kepada orang lain. Misalnya, kita berniat dalam hati akan berolahraga besok pagi. Memahami _InsyaAllah_ berarti juga menyadari bahwa kita sebagai manusia sangat lemah dan terbatas pengetahuannya. Kita bersiap dengan ikhlas atas apapun yang Allah takdirkan besok pagi. Apakah mungkin cuaca hujan yang tidak mendukung, kondisi badan yang tiba-tiba kurang sehat, keperluan mendadak yang tidak terduga dll.
Bagian dari pemahaman terhadap _InsyaAllah_ adalah menerima dengan ikhlas apapun keputusan-Nya pada setiap kejadian di setiap waktu. Bersyukur ketika Allah mengijinkan kita menjalani aktivitas sesuai yang kita rencanakan. Tetap bersyukur bila ternyata tidak sesuai rencana; selalu berhusnudzon kepada Allah karena pastinya Ar-Rahman Yang Maha Bijaksana memiliki rencana yang lebih baik untuk hamba-hamba-Nya.
Wallahu’alam bishowwab.