Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-202
Topik : Parenting
Sabtu, 09 Januari 2021
Materi VoB Hari ke-202 Pagi | Yaa Waalid VS Yaa Ab
Ditulis oleh: Wina Wellyanna
#SaturdayParentingWeek29Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sekarang kita memasuki ilmu parenting di dalam Al-Qur’an, dalam surat apa saja di Al-Qur’an ilmu tentang parenting ini bisa diambil pelajarannya?.
Ada dua surat yang darinya terlihat gambaran interaksi antara orang tua dan anaknya agar kita bisa mengambil pelajaran, yaitu pada surat Yusuf (surat ke-12) dan surat Al-Qasas (surat ke-28).
Pada surat ke-12 atau surat Yusuf, mendiskusikan empat ayat saja sudah cukup banyak mengajarkan ilmu parenting.
Iż qāla yụsufu li`abīhi (Q.S Yusuf ayat 4)
“ketika Yusuf berkata kepada ayahnya…”
Berapa banyak sih anak lelaki yang curhat pada ayahnya?
Tidak ada anak lelaki yang curhat pada ayahnya?
Well, berarti memang ada masalah dengan hubungan ayah-anak lelakinya.
Dalam bahasa Arab, kata ayah bisa diwakili oleh dua kata:
waalidi (وَالِدِ) dan ab (أب)
Waalidi digunakan ketika ada hubungan genetik, hubungan biologis antara ayah dan anak.
Tetapi ab adalah kata untuk menggambarkan seorang ayah yang menyayangi anaknya, menjaga buah hatinya, mendidik anaknya dan membesarkan anak-anak sesuai fitrahnya.
Ada miliaran waalid di dunia, tapi hanya ada sedikit ab untuk anak-anaknya.
Ketika Yusuf, a.s datang kepada ayahnya, ia mendeklarasikan perasaan sayangnya:
يَٰٓأَبَتِ
’yaa, aba *ti’*
“Wahai, Ayahku”
Penambahan ‘ta’ ini begitu istimewa, jarang seorang anak menambahkan ‘ta’ ketika memanggil ayahnya ‘yaa aba’.
Mungkin kalau dalam bahasa indonesia, ketika seorang anak laki-laki mau memanggil ayahnya dengan panggilan:
“Ayahku sayang,”
Mengekspresikan rasa sayang kepada ayahnya, kemudian mengungkapkan isi hatinya.
Selain mendapat gambaran hubungan keduanya (Nabi Yusuf, a.s dan Nabi Ya’qub, a.s) yang begitu kuat, panggilan tersebut memperlihatkan respect atau rasa hormat dari Yusuf kecil kepada ayahnya.
Interaksi mereka tidak kebablasan sehingga sang anak kehilangan rasa hormat.
Apa yang Yusuf kecil mau sampaikan kepada ayahnya?
Sepertinya hal yang berat di hatinya, sehingga ingin ia tumpahkan.
In syaa Allah dilanjutkan ba’da Zhuhur
———-
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 14. Parental Psychology Part 1 – Parenting (00:10 – 03:10)
Materi VoB Hari ke-202 Siang | Raaituhum
Ditulis oleh: Wina Wellyanna
#SaturdayParentingWeek29Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
👦🏻: “Aku melihat sebelas bintang”
👨🏻🦱: “Oke, jadi kamu melihat sebelas bintang, keren”
👦🏻: “Dan juga ada matahari”
👨🏻🦱: “Oh, ada matahari juga, keren”
Padahal matahari dan bintang tidak mungkin bisa dilihat bersamaan bukan?
(terlepas dari matahari adalah sebetulnya bintang, tapi tentu kita paham yang dimaksud bintang disini adalah bintang di langit malam).
Sehingga dalam hatinya, si ayah akan berpikir ‘oh, ini cuma mimpi seorang anak, tidak terlalu ada artinya’.
Meski begitu, sang Ayah tetap menunjukkan perhatiannya.
👦🏻: “Dan Aku melihat bulan juga”
👨🏻🦱: “Oke, Nak, jadi ada bulan juga ya, pasti keren deh”
Mendengar cerita anaknya yang tidak masuk akal, apakah kemudian membuat sang ayah memandang ceritanya tidak penting?
Tidak, ayahnya tetap menyimak dengan seksama dan menunggu anaknya melanjutkan kisahnya.
Pernahkan anak kita ingin mengatakan yang serius tapi takut tidak dianggap, biasanya ia akan berkata:
🧒🏼: “Beneran Ibu, aku ngeliat ondel-ondel tadi, beneran!”
Yusuf kecil pun begitu.
*innī*
*”Sungguh, Ayah”*
Ra`aitu aḥada ‘asyara kaukabaw wasy-syamsa wal-qamara,
“aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan.”
Di mimpinya, matahari ini melakukan hal yang aneh, sehingga Yusuf kecil berhenti sejenak.
Ragu-ragu ingin melanjutkan.
Kemudian ia mengulanginya lagi.
*ra`aituhum*
“Aku melihat mereka.”
Ketika seorang anak gugup, ia akan mengulang ucapannya.
🧒🏼: “Beneran Ibu, aku ngeliat ondel-ondel tadi, beneran!.”
🧒🏼: “Ondel-ondelnya…ondel-ondelnya…”
Ustaz mencontohkan, ketika anaknya gugup, ia akan memanggil ayahnya berkali-kali
🧒🏼: “Aba, Aba, Aba, Aba”
🧒🏼: “Aba, Aba, Aba, Aba”
Setelah ia berhenti ustaz NAK akan bertanya
👨🏻: “Ada apa?”
🧒🏼: “Tidak ada apa-apa”
Sehingga ustaz harus mencari tahu sendiri, karena polanya ketika anaknya memanggil ‘Aba’ lebih dari enam kali, ia pasti telah melakukan sesuatu.
Yusuf kecil juga sama, merasa gugup karena mimpinya, sehingga ia memulainya dengan:
Innī.
Sungguh.
Beneran.
Seriusan.
Seolah ingin berkata
“Ayah harus percaya padaku, aku sayang banget sama Ayah”
“Sungguh, aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan;”
Berhenti sejenak.
Kemudian melanjutkan.
Ra`aitu *hum*
“Aku melihat *mereka”*
Ada yang aneh disini,
Hum?
Dalam bahasa Arab hum tidak bisa digunakan disini, lazimnya adalah ha atau hunna.
Hum adalah jamak untuk mengganti manusia.
Yusuf kecil sudah tau kalau bintang, matahari dan bulan itu adalah manusia jadi tidak aneh kalau ia menggunakan hum dan bukannya ha atau hunna.
lī sājidīn
“Sujud kepadaku”
Bahkan dalam mimpi pun ketika ayahnya yang nabi, ibunya dan sebelas saudaranya sujud kepada Yusuf kecil merupakan hal yang mengejutkan.
In syaa Allah berlanjut ba’da Ashar
———-
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 14. Parental Psychology Part 1 – Parenting (03:10 – 06:30)
Materi VoB Hari ke-202 Sore | Seorang Ayah yang Seperti di Surat Yusuf Ayat 4
Ditulis oleh: Wina Wellyanna
#SaturdayParentingWeek29Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ra`aituhum lī sājidīn
“Semuanya sujud kepadaku.”
Melihat bintang dan bulan, ini bisa diterima.
Kemudian pagi datang, dan matahari terbit, ini juga urutan yang bisa diterima.
Tetapi, melihat sebelas bintang bersama matahari dan bulan dalam waktu yang bersamaan.
Tidak masuk akal.
Melihatnya dalam mimpi.
Menjelaskan kenapa lebih tidak masuk akal, karena ini mimpi kan? Tentu tidak ada yang masuk akal.
Selain itu, Yusuf kecil mengganti benda-benda itu dengan sebutan untuk jamak manusia hum.
Lebih sangat tidak masuk akal.
Matahari, bulan dan bintang berubah jadi manusia begitu?
Selain hum, sājidīn kata yang menjelaskan yang dimaksud adalah manusia.
Sājidīn pelaku sujud adalah mahluk hidup.
Cerita mimpi yang dijabarkan seorang anak, sering kali kita menganggapnya ‘tidak penting’, alih-alih malah mengatakan:
“Kamu sebelum tidur makan apa memang?”
“Main melulu sih, kecapean jadi mimpi, kan.”
Sebelum kita sampai ke reaksi ayahnya, Ustaz mengingatkan, Yusuf ini seorang anak lelaki kecil yang baru saja mengalami mimpi aneh.
Siapa orang pertama ia datangi untuk mencurahkan hatinya?
Ayahnya.
Bukan Ibunya, seperti lazimnya anak-anak, menceritakan segala hal pada Ibu.
Padahal biasanya, Ibu lah yang menjadi pendengar setia anak-anaknya, ia pasti akan mendengarkan seaneh apa pun cerita anaknya.
“Aku mengalami hari yang buruk, aku mau cerita sama Ayah”
“Aku mengalami mimpi yang aneh, aku harus cerita sama Ayah”
Hikmahnya apa?
Seperti itu peran seorang ayah yang Allah ingin ajarkan kepada hamba-Nya, meneladani nabi Ya’qub.
Seorang anak laki-laki jarang sekali mencurahkan isi hatinya.
Ikatan yang kuat antara ayah dan anak ini, menjadikan ayah adalah tempat pertama yang ia andalkan.
Ia tau, ayahnya tidak akan meremehkan ucapannya, meski tidak masuk akal.
Ayahnya tidak akan menganggap ia hanya membuang-buang waktu karena mendengar ceritanya yang tidak masuk akal.
Ataupun berteriak kepadanya dan menyuruhnya pergi.
Ayahnya menganggapnya penting.
Seorang ayah yang memiliki kesan seperti itu di mata anak-anaknya yang Allah ingin ajarkan melalui ayat ini.
Bukan harapan yang mudah dipenuhi memang, ustaz NAK sendiri pun mengakui kesulitan.
Lalu harus bagaimana?
In syaa Allah berlanjut minggu depan.
————
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 14. Parental Psychology Part 1 – Parenting (06:30 – 09:00)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah