[VoB2021] Menjaga Hidayah


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-197

Topik: First Ayahs of Fatihah

Hari, tanggal: Senin, 04 Januari 2021

Materi VoB Hari ke-197 Pagi | Menjaga Hidayah

Ditulis oleh: Icha Farihah

#MondayAlFatihahWeek29Part1

Part 1

بسم الله الرحمن الرحيم

Yang terpenting untuk diminta kepada Allah dalam Al-Fatihah adalah sebuah hidayah atau petunjuk.

Hidayah itu seperti air. 

Setiap beberapa saat kita merasa haus dan membutuhkannya.

Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita hanya minum air sehari sekali. Karena itu adalah sesuatu yang sangat mustahil.

Sekitar 70% dari komposisi tubuh kita adalah air. Sehingga sangat wajar jika kita sering merasa haus dan membutuhkan asupan cairan.

Air adalah kebutuhan dasar bagi tubuh yang harus dipenuhi secara terus-menerus.

Seperti air, hidayah juga bekerja dengan cara yang sama.

Kita membutuhkan hidayah lagi dan lagi. Hidayah bukan sesuatu yang bisa disimpan seumur hidup.

Berbeda dengan keamanan, makanan, dan rezeki lainnya yang dapat diberikan Allah tanpa kita minta, hidayah hanya akan diberikan ketika kita memintanya. 

Maka demi kebaikan diri sendiri, kita harus berusaha untuk mencari dan meminta hidayah kepada Allah.

Kita perlu berdiri untuk shalat dan meminta kepada-Nya secara terus-menerus, lagi dan lagi.

Beberapa orang menganggap hidayah itu adalah sesuatu yang dapat dipertahankan.

“Alhamdulillah saya mendapat hidayah dari Allah, padahal dulu saya itu orang yang sesat. Saya jadi merasa kasihan dengan orang-orang yang tidak mendapatkan hidayah Allah.”

Kalau kita merasa sudah pasti dapat mempertahankan hidayah, maka untuk apa gunanya kita meminta itu di dalam shalat?

Bahkan seorang Rasul saja juga meminta hidayah di dalam shalatnya setiap saat.

Hidayah adalah sesuatu yang berharga dan mudah sekali untuk hilang. Kita tidak bisa menjaga, menyimpan, apalagi memilikinya.

InsyaAllah bersambung ba’da Zhuhur.

Sumber: Bayyinah TV – Surahs – Deeper Look – Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah A Deeper Look (00:19:30-00:21:12)


Materi VoB Hari ke-197 Siang | Cara Meminta Hidayah

Ditulis oleh: Icha Farihah

#MondayAlFatihahWeek29Part2

Part 2

بسم الله الرحمن الرحيم

Hidayah juga tidak bisa diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya.

Sebagian orang tua mungkin menginginkan anak-anak mereka menjadi seorang hafidz Al-Qur’an. Tapi, apa gunanya jika anak-anak hanya menghafal tanpa mengerti makna dari hidayah?

Bahkan yang lebih parahnya, mereka juga sebenarnya tidak menyukai aktivitas menghafal tersebut. Orang tua perlu marah-marah terlebih dahulu agar mereka mau menghafal. 

Dan pada akhirnya, mereka tumbuh sebagai individu yang membenci proses menghafal Al-Qur’an.

Dengan memberikan titel ‘hafidz/hafidzah‘ kepada anak-anak yang dipaksa menghafal, sebenarnya itu tidak memberi sesuatu manfaat apapun, termasuk tidak memberi sebuah hidayah apalagi rasa cinta pada proses menghafal Al-Qur’an.

Orang tua tidak bisa memberikan hidayah hanya karena anak-anak mereka diminta menghafal Al-Qur’an.

Begitu juga dengan ustadz Nouman. Ustadz tidak dapat memberikan hidayah kepada siapapun, termasuk anak dan istrinya.

Sehingga yang bisa dilakukan adalah bukan memberikan hidayah, melainkan membagikan apa yang kita temukan di dalam Al-Qur’an sembari berdoa agar Allah membukakan hati mereka.

***

Kita biasanya berpikir, orang yang menghafal Al-Qur’an sudah pasti dapat hidayah. Orang yang belajar di pesantren atau institusi pendidikan yang islami akan lebih banyak mendapat hidayah.

Padahal tidak. Hidayah tidak semudah dan semurah itu.

Hanya karena seseorang masuk ke sebuah sekolah atau kampus yang islami tidak berarti bahwa orang tersebut memiliki hidayah.

Hidayah tidak didapatkan dari hafalan.

Hidayah tidak juga didapatkan dari pendidikan.

Hidayah hanya datang dari satu tempat. Dan untuk mendapatkannya kita harus meminta kepada Allah semata.

***

Lalu, bagaimana sikap kita saat meminta hidayah?

Apakah kita meminta dengan mati-matian atau biasa saja?

Anggap saja, meminta hidayah itu seperti meminta air.

Misalnya, saat kita sedang bertamu dan merasa haus, kita meminta segelas air kepada sang pemilik rumah. 

Tapi, yang terjadi tuan rumah melupakan permintaan kita. Lima belas menit menunggu, air tetap tidak datang.

Kita pasti merasa kesal, tapi setidaknya rasa haus itu tidak membuat kita sekarat dan tersiksa.

Beda cerita ketika kita sedang mengalami dehidrasi berat misalnya, kita benar-benar membutuhkan air dengan segera. Menunggu air datang selama 15 menit itu seperti membunuh diri secara perlahan. 

Dari dua kasus tersebut, kita bisa melihat perbedaan kebutuhan dalam meminta air.

Kasus pertama meminta dengan biasa-biasa saja. Sedangkan kasus kedua menunjukkan permintaan yang disertai rasa putus asa. 

Keputusasaan yang dirasakan saat meminta air tersebut berwujud dalam bentuk perilaku, bukan sekadar kata-kata.

Sikap inilah yang seharusnya ada ketika kita meminta hidayah-Nya, terutama saat membaca “ihdinaa sirathal mustaqiim” di dalam Al-Fatihah.

Membaca dan menghafal Al-Fatihah adalah hal yang mudah. Dan Allah tidak memperhatikan apa yang terucap dari lisan saja.

Allah memperhatikan asal dari kata yang terucap itu lebih dalam, apakah berasal dari hati atau hanya tenggorokan.

Kita bisa menghafal Al-Fatihah dan membacanya dengan tajwid yang sempurna, tapi belum tentu kita meminta hidayah.

Kita bisa membuat orang terpana dengan bacaan Al-Fatihah yang indah, tapi belum tentu kita meminta hidayah.

Kita bisa berdiri di depan Ka’bah sambil membaca Al-Fatihah, tapi lagi-lagi, belum tentu kita meminta hidayah.

InsyaaAllah bersambung ba’da ashar.

Sumber: Bayyinah TV – Surahs – Deeper Look – Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah A Deeper Look (00:21:12-00:24:26)


Materi VoB Hari ke-197 Sore | Hidayah adalah Penghubung Hamba dengan Rabb

Ditulis oleh: Icha Farihah

#MondayAlFatihahWeek29Part3

Part 3

بسم الله الرحمن الرحيم

Ihdina sirathal mustaqim.

Kenapa kita perlu meminta petunjuk atau hidayah dari Allah? 

Ustadz Nouman memberikan jawabannya dari segi logika dan tentunya sangat kuat dan masuk akal.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, hubungan kita dengan Allah adalah antara budak (slave) dan Tuan (Rabb, Master).

Kita dapat mengetahui seseorang adalah budak melalui pengamatan terhadap tanda dan sikapnya.

Seorang budak tidak pernah melakukan sesuatu yang dia mau, semua yang dia lakukan adalah atas keinginan tuannya.

Misalnya, saat diajak untuk melakukan sesuatu, dia akan berkata, “sebentar ya, saya tanyakan tuan saya dahulu.”

Jika seorang budak tidak tahu apa yang tuannya inginkan dan tidak tahu petunjuk dari tuannya, maka orang itu malah akan bertindak semaunya sendiri dan bisa dikatakan sudah terbebas dari sistem perbudakan. Dia bukan seorang budak.

Jadi seharusnya budak mengerjakan apa yang tuannya inginkan. Budak menunggu diberi petunjuk dari sang tuan tentang apa yang harus dilakukan.

***

Di dalam Islam, ketika kita mengakui bahwa Allah adalah Rabb, Tuan. Maka secara otomatis, kita adalah budak atau hamba-Nya.

Sehingga kita harus mengetahui sesegera mungkin apa saja yang Tuan kita, Allah ta’ala, inginkan melalui petunjuk yang Dia berikan.

Kita menunggu petunjuk dari Allah  untuk melangkah dan bergerak. 

Itulah ihdinaa sirathal mustaqim

Permintaan kita atas hidayah (petunjuk) di dalam ayat ini menyatakan bahwa pada hakikatnya kita sebagai budak meminta panduan dari Tuan kita, Allah ta’ala.

Jadi,

Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in 

(hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan) adalah bentuk komitmen kita sebagai budak-Nya.

Sedangkan ihdinaa sirathal mustaqim (tunjukilah kami jalan yang lurus) adalah salah satu perwujudan dari komitmen tersebut. 

***

Di dalam Al-Qur’an sendiri, kata Rabb (tuan) dan hidayah (petunjuk) bersanding di beberapa tempat. Misalnya, pada surat Asy-Syu’ara ayat 62, Ash-Shaffat ayat 99, Az-Zukhruf ayat 27, dan lain-lain.

Dua kata ini berdampingan karena secara definisi seorang budak harus mendapat panduan atau petunjuk, jika tidak, berarti sudah tidak ada hubungan lagi antara Tuan dan budak.

Penghubung ikatan budak dengan Tuannya hanya digambarkan melalui hidayah.

InsyaaAllah bersambung minggu depan.

Sumber: Bayyinah TV – Surahs – Deeper Look – Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah A Deeper Look (00:24:26-00:26:32)

Penutup

Semoga Allah terangkan, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.

Mohon do’akan kami agar bisa istiqomah untuk berbagi mutiara-mutiaraNya. 🙏

Jazakumullahu khairan 😊

Salam,

The Miracle Team 

Voice of Bayyinah 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s