[VoB2020] Membahas Al-Kahfi, Dimulai dari Asbabun Nuzulnya


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-180

Topik: Pearls from Al-Kahfi

Jum’at, 18 Desember 2020

Materi VoB Hari ke-180 Pagi | Membahas Al-Kahfi, Dimulai dari Asbabun Nuzulnya

Ditulis oleh: Nurfitri Anbarsanti

#FridayAlKahfWeek26Part1

Part 1

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, washolatu wasalamu ala asyrofil anbiyai wal mursalin, wa ‘ala alihi washohbihi ajma’in. Tsumma amma ba’du,

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بسم الله الرحمن الرحيم

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok. (QS Al-Kahfi 18:1)

رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ

وَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ ۙ

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ ۙ

يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ ۖ

Wahai Rabbku, lapangkanlah dadaku,

dan mudahkanlah untukku urusanku,

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,

agar mereka mengerti perkataanku,

(QS Thaha 20: 25-28)

Berikut ini adalah catatan pribadi Ust. Nouman tentang Al-Kahfi. Setelah waktu yang cukup panjang membahas banyak pengantar surat Al-Kahfi, kita baru benar-benar akan mempelajari surat Al-Kahfi. Jadi insya Allah, ini adalah yang pertama dalam studi kita mengenai surat Al-Kahfi.

Ust. Nouman memiliki catatan sendiri, yang hanya sebagian yang ditampilkan saat kelas berlangsung. Mengapa hanya sebagian, karena catatan pribadi Ust. Nouman hanya makes sense bagi Ust. Nouman, dan Ust. Nouman menulisnya dalam bahasa-bahasa ‘sandi’. Mungkin hanya sebagian saja yang bisa makes sense bagi orang lain. Oleh karena itu hanya ditampilkan sebagian di hadapan orang lain.

Pertama-tama, mari kita memulainya dengan asbabun nuzul dari surat Al-Kahfi, yang menjelaskan beberapa konteks dari wahyu-wahyu dalam surat Al-Kahfi, yang sebagiannya adalah konteks bagaimana kondisi ketika wahyu turun.

Sebagian besar surat Al-Kahfi adalah ayat-ayat makkiyah, sebagian kecilnya adalah ayat-ayat madaniyah. Dan pada akhirnya, Al-Kahfi dianggap sebagai surat makkiyah sampai sekarang.

Ada sebuah narasi yang panjang, yang akan kita persingkat sedikit, yaitu perkataan Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a.

Orang-orang Quraisy yang diwakili Ibnu Harits dan Ibnu Aqbah meminta ibnu Abi Mu’ith untuk menggambarkan bagaimana kondisi Yahudi di Madinah.

Dalam hadits ini, dikatakan bahwa yahudi itu Al-Ahbari Yahud. Al-ahbar, secara bahasa artinya tinta. Jadi, Al-Ahbar artinya orang tinta, maksudnya adalah para ilmuwan, para ulama yang banyak menulis dengan tinta. Al-Ahbari Yahud berarti ‘ulama yahudi’ yang banyak menulis.

Dalam hadits ini, digunakan isim ma’rifat. Kita tahu perbedaan isim ma’rifat dan isim nakirah, yaitu isim ma’rifat lebih khusus dari isim nakirah.

Karena hadits ini menggunakan isim ma’rifat, maka hadits ini berbicara tentang ‘beberapa Yahudi’, bukan ‘semua Yahudi’. Kita tahu bahwa tidak ‘semua Yahudi’ punya pandangan yang benar-benar sama.

Selain itu,  Yudaisme di Madinah punya ‘brand’ yang berbeda dari Yudaisme lainnya.

Sumber: Bayyinah TV – Quran – Deeper Look  – 18. Al-Kahf – 06. Context of Revelation (00:00.00-00:02-42)


Materi VoB Hari ke-180 Siang | Wow Orang Kafir Quraisy Ternyata Hafal Ayat Al-Quran

Ditulis oleh:  Nurfitri Anbarsanti

#FridayAlKahfWeek26Part2

Part 2

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Yudaisme di Madinah punya ‘brand’ yang berbeda dari Yudaisme lainnya. Yudaisme yang bisa kita temukan di Babylon , atau yang mungkin kita temui di Palestina akan berbeda dengan Yudaisme di Madinah.

Lalu, mari kita lanjutkan hadits yang tadi dibahas di Part 1. Orang-orang kafir Quraisy dalam hadits tadi berkata kepada perwakilan mereka yang akan berangkat ke Madinah, “Coba tolong tanyakan kepada mereka (Yahudi Madinah) tentang Muhammad! Dan coba gambarkan ciri-ciri Muhammad ﷺ kepada mereka. Ceritakan kepada mereka dan bandingkan dengan bahasa Kitab mereka, bahasa yang mereka klaim sebagai bahasa dari Tuhan mereka. Kamu harus tanya mereka karena mereka adalah ahli Kitab, orang yang memiliki Kitab Pertama (Taurat). Dalam kitab mereka banyak diceritakan ciri-ciri Nabi selanjutnya. Mereka seharusnya lebih tahu tentang kenabian daripada kita.”

Sehingga, akhirnya perwakilan dari orang-orang Kafir Quraisy pergi kepada Al-Ahbari Yahud dari Mekah ke Madinah.

Begitu sampai, mereka bertanya tentang bagaimana Nabi Muhammad ﷺ itu berdasarkan teks yang dimiliki oleh para Yahudi. Mereka juga sebelumnya bercerita tujuan mereka dan bagaimana kondisi mereka di Mekah setelah Muhammad ﷺ aktif berdakwah.

Mereka juga membacakan sebagian ayat-ayat Al-Quran kepada kaum Al-Ahbari Yahud, yang telah mereka hafalkan di luar kepala.

Jadi, orang-orang Kafir Quraisy sudah mendengarkan Al-Quran dan menghafalkannya, baik dengan sengaja atau tidak, dan menanyakannya kepada para Yahudi. Menarik ya 😀😀 Kok bisa, orang-orang kafir Quraisy, yang belum menjadi muslim, sudah hafal sebagian ayat-ayat Al-Quran?

Ayat-ayat Al-Qur’an ternyata sangat berpengaruh (impactful), pesan-pesan dalam Al-Quran sangat menarik hati (captivating). Dan efek dari pesan-pesan yang menarik hati tersebut adalah, ayat-ayat Al-Quran itu sulit dilupakan.

Mungkin seperti epic lines di film-film bioskop atau iklan, yang mudah ‘terjebak’ dalam otak kita dan sulit kita lupakan dalam waktu lama.

Al-Qur’an itu mirip seperti itu, ada ungkapan-ungkapan yang benar-benar meresap di benak orang-orang. Apalagi ada banyak ekspresi yang berulang-ulang dalam Al-Qur’an, yang mudah diingat tapi juga powerful, jadi sudah benar-benar menjadi bagian yang familiar dalam hidup banyak orang.

Seperti ungkapan, ’innallaha bima ta’maluuna khabir’, bahkan bagi orang muslim yang bukan orang Arab pun, ungkapan itu sangat familiar. Atau ’la ilaha illa huwa,’ atau ‘wallahu ala kulli syai’in qodiir’.

Jadi ada beberapa ekspresi atau ungkapan dalam Al-Quran yang diulang-ulang, dan jika kita kumpulkan ekspresi-ekspresi tersebut, bisa jadi ringkasan dari keseluruhan agama Islam. Apa yang ingin kita tahu tentang Tuhan, ada dalam ungkapan-ungkapan itu.

Ungkapan itu mengagumkan orang, sehingga ekspresi-ekspresi itu menjadi sangat umum dan sangat mudah tersebar. Bahkan, orang-orang kafir Quraisy yang membenci Islam saja bisa membacakan Al-Quran kepada para Yahudi setelah perjalanan panjang menuju Madinah. 😀

Sumber: Bayyinah TV – Quran – Deeper Look  – 18. Al-Kahf – 06. Context of Revelation (00:02:42-00:05:23)


Materi VoB Hari ke-180 Sore | Saran Yahudi Al-Ahbar pada Kaum Kafir Quraisy

Ditulis oleh: Nurfitri Anbarsanti

#FridayAlKahfWeek26Part3

Part 3

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Perwakilan Quraisy berkata kepada kaum Yahudi Al-Ahbar, “Kalian adalah Ahlu (keluarga) Taurat, dan sebanarnya kami sudah datang di hadapan kalian sehingga kalian bisa bercerita kepada kami tentang orang ini (Muhammad ﷺ)”

Lalu, para Yahudi Al-Ahbar menjawab, “Coba kalian kembali kepada kaum kalian di Mekkah, dan tanya kepada kaum kalian, tiga hal yang akan kami beri tahu kemudian.”

Tiga hal tersebut sangat penting. Ini bisa dilihat dari bahasa kaum Yahudi Al-Ahbar dalam hadits yang menggunakan kata ‘bihinna’, bukan ‘biha’. ‘Bihinna’ adalah kata ganti yang digunakan untuk menujukkan penekanan bahwa tiga pertanyaan itu sangat penting.

Jika kaum kalian mampu menjawab tiga hal tersebut tentang orang itu, maka orang itu pasti, mutlak, adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah. Jika kamu kalian tidak mampu menjawab, maka orang itu hanya orang bermulut besar atau orang yang banyak membuat-buat cerita, atau banyak menyatakan hal yang salah.

Diksi dalam hadits ini adalah ‘Al-Mutaqawwil’, yang sebenarnya digunakan juga dalam Al-Qur’an.

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْاَقَاوِيْلِۙ

لَاَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِۙ

Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,

pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya.

(QS Al-Haqqah 44-45)

اَمْ يَقُوْلُوْنَ تَقَوَّلَهٗۚ بَلْ لَّا يُؤْمِنُوْنَۚ

Ataukah mereka berkata, “Dia (Muhammad) mereka-rekanya.” Tidak! Merekalah yang tidak beriman. (QS At-Thuur 52:33)

Nah, lanjut kembali ke kisah Quraisy bertemu Yahudi Al-Ahbar tadi. Yahudi berpesan kepada kafir Quraisy, bahwa sebaiknya orang kafir Quraisy tetap percaya pada opini mereka sendiri terhadap Nabi Muhammad ﷺ.

Jadi, para Raba Yahudi itu mengatakan dengan cerdas, kalau kaum Quraisy tidak bisa menjawab, maka orang Quraisy itu seharusnya memutuskan aja bagaimana pendapat mereka sendiri tentang orang itu (Muhammad ﷺ) . Jadi para Raba Yahudi Al-Ahbar tidak akan menyatakan ini atau itu, tapi membiarkan orang Quraisy memutuskan sendiri.

Misalnya, kita membawa seekor domba ke sebuah padang rumput. Lalu kita membiarkan domba itu berperilaku semaunya. Kalau memang domba itu makan rumputnya, maka kita bisa mengatakan, oh memang domba itu makan rumputnya. Kita tidak menyuruh domba itu apapun sama sekali kok. Domba itu sendiri yang makan.

Jadi, para Raba Yahudi itu seperti mengarahkan para Quraisy, untuk coba saja menanyakan ke kaum mereka, jika kaum Quraisy bisa menjawab, maka orang itu memang seorang Nabi. Jika kaum Quraisy tidak bisa menjawab, maka ya berpendapatlah dan putuskan sesuai pendapat mereka.

Para Raba Yahudi itu tidak bilang, oh orang itu penipu, bunuh dia, siksa dan eksekusi dia. Para Raba Yahudi itu ingin orang kafir Quraisy memutuskan sendiri karena kesalahan dan segala konsekuensi akan jatuh pada kafir Quraisy, bukan Raba Yahudi.

Jadi, bahasa orang Yahudi Al-Ahbar pada saat itu cerdas sekali.

Sumber: Bayyinah TV – Quran – Deeper Look  – 18. Al-Kahf – 06. Context of Revelation  (00:05:23-00:07:50)

***

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s