[VoB2020] The Principle Formula for the Prophetic Success


بسم الله الرحمن الرحيم

Voice of Bayyinah (VoB) Hari 161

Topik: Leadership

Minggu, 29 November 2020

Materi VoB Hari ke-161 Pagi | The Principle Formula for the Prophetic Success

Oleh: Heru Wibowo

#SundayLeadershipWeek23Part1

Part 1

Kadang-kadang ustaz merasa bahwa ada proyek yang besar di hadapannya. Ada tugas yang besar di depan beliau. Ustaz harus membawa Bayyinah ke level yang lebih tinggi. 

Dan kadang-kadang ustaz merasa bahwa proyeknya itu terlalu besar. 

Tapi ustaz juga sadar bahwa ada proyek yang jauh lebih besar lagi dari itu. Proyek apakah itu? Makan waktu berapa tahun? Atau, berapa puluh tahun?

Proyek itu adalah proyek upgrade moral. Dari bangsa yang tadinya moralnya paling bobrok (the most bankrupt nation). Dengan infrastruktur yang juga paling primitif saat itu. Belum ada jalan raya, universitas dan perpustakaan.

Sementara itu, tetangganya sudah lumayan canggih: kekaisaran Persia dan Romawi. 

Tidak ada masalah dengan mengubur bayi hidup-hidup. Saat itu. Tidak ada yang protes soal itu. Qur’an datang dan memprotes itu. 

Mengubah orang dan budaya seperti itu, dalam waktu 23 tahun, menjadikannya sebagai standar moral untuk seluruh penghuni planet bumi lainnya, bagaimana pendapat Anda, apakah itu proyek yang besar?

Yes.

Itu proyek yang sangat-sangat besar. 

Proyek yang boleh dibilang tidak mungkin terlaksana (impossible task).

Bagaimana caranya menjalankan proyek perbaikan moral bangsa yang sangat besar itu? 

وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَیۡهِ تَبۡتِیلࣰا

(Surah Al-Muzzammil, 73:8)

This is the principle formula for the prophetic success.

Ini adalah rumus dasar untuk sukses kenabian.

Fokus.

Fokus kepada tugas yang diberikan.

Orang-orang di sekelilingnya menghargai fokus itu. 

Dan mereka ikut-ikutan fokus ke tugas itu juga.

Mereka memiliki kejelasan arah dan langkah.

Semua melakukannya dengan sepenuh hati.

Mereka punya visi.

Tentang apa yang harus dilakukan.

Tentang apa yang harus diselesaikan.

Tapi kalau organisasinya makin besar, tidak bolehkah fokus ke program yang lebih banyak?

Kita bahas insyaa Allaah ba’da zhuhur.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV / Quran / Courses / Leadership / 04. Leadership Workshop (18:36 – 20:30)[End]


Diskusi & Tanggapan VoB Hari ke-161 Pagi | The Principle Formula for the Prophetic Success

Ilmi:

MasyaAllah, Fokus. Punya visi. 🎯

Barakallah fiik


Materi VoB Hari ke-161 Siang | Let It Go

Oleh: Heru Wibowo

#SundayLeadershipWeek23Part2

Part 2

Bisa gak ya, kita fokus bukan ke satu program saja? Tapi ke banyak program?

Itulah dia. Ustaz sudah mengamati hal ini. Kelemahan di banyak institusi. Meski ustaz tetap mendoakan semua institusi itu. Supaya sukses semua.

Tapi begitulah. Banyak institusi yang mencoba untuk melakukan terlalu banyak hal sekaligus. Terlalu memaksakan diri.

Bagaimana jika organisasinya makin besar? Bagaimana jika manpower kita jumlahnya banyak? 

Bisa.

Kita bisa fokus ke banyak hal. 

Kita bisa bagi-bagi tugas.

Karena organisasinya besar, kita bisa bikin kelompok-kelompok. 

Kelompok yang ini, fokus ke program ini.

Kelompok yang itu, fokus ke program itu.

Kelompok anu, fokus ke program anu.

Tidak ada masalah dengan hal itu. Fokus ke beberapa hal sekaligus. Karena masing-masing kelompok fokus dengan proyeknya masing-masing. Meski tidak tertutup kemungkinan adanya kerjasama antar kelompok dalam satu atau beberapa hal.

Tapi jika satu orang harus bertanggung jawab atas empat proyek besar, itu berarti kita sedang menunggu saat-saat kehancurannya. Sulit diharapkan bahwa proyek-proyek itu akan berjalan semuanya.

Jika satu orang harus mengerjakan lima proyek yang berbeda, lima fokus yang berbeda, lima arah yang berbeda, lima tumpuk masalah yang berbeda, itu tidak boleh terjadi.

That is not the way to go.

Bukan seperti itu cara menjalankan organisasi.

Selanjutnya ustaz menceritakan sebuah success story.

Ustaz tidak mengutarakan rinciannya, tapi kita bisa mengambil hikmah dari ceritanya.

Ada sebuah acara yang digelar yaitu musabaqah tilawatil qur’an yang diselenggarakan di masjid. Yang fokus mengurusi acara itu hanya beberapa gelintir orang saja. Dan beberapa orang itu sangat menyukai apa yang mereka kerjakan.

Kecintaan itu membuat beberapa gelintir orang itu mengerjakannya setiap tahun. Makin lama acaranya berlangsung makin sempurna.

Tulang punggung acara itu bukan 20 apalagi 50 orang. Tapi hanya empat sampai lima orang. Kelima orang ini akan terus melakukannya, dengan melakukannya dengan sangat baik.

Mereka berlima bisa bekerja. Mereka berlima bisa bekerja sama. Mereka berlima saling membantu. Dan mereka berlima sangat fokus mengerjakan proyek itu.

Ini adalah semacam study case. Dari sebuah success story. Sekaligus true story. Proyeknya berjalan dengan sukses. Dan terus berjalan serta makin sukses dari tahun ke tahun.

Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari kisah ini? 

Ketika kita membiarkan beberapa orang fokus ke satu proyek, maka beberapa orang yang penuh dedikasi itu akan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Proyek yang mereka berhasil dan penuh pujian.

Dan apa yang mereka lakukan menjadi semacam magnet sehingga ada yang datang ke mereka, “Tahun depan, aku boleh ikutan bantu?”

Orang-orang mulai tertarik untuk ikut bergabung, menawarkan diri secara sukarela untuk menjadi bagian dari proyek tersebut.

Ide-ide pun berdatangan untuk makin menyempurnakan proyek itu. 

Ada orang-orang yang baru, datang dengan ide-ide yang baru. Yang muncul kemudian dan tak terbendung adalah: keberhasilan yang baru.

Dari sinilah kita bisa membangun momentum. Dari keberhasilan sebuah proyek. Kemungkinannya, dari proyek ini, katakanlah proyek A, muncul ide proyek baru: proyek B.

Lalu ada orang-orang yang berbeda yang menangani proyek B. Mungkin ada satu dua orang dari proyek A yang ikut membidani proyek B, yang masih meluangkan waktunya untuk proyek B. Ikut berkeringat demi kesuksesan proyek B. 

Maka proyek B pun berjalan dengan sukses, dan kita juga bisa membangun momentum yang baru dari keberhasilan proyek B.

Ustaz masih ingat tentang masjid kampus Bayyinah di Dallas, Texas. Awalnya, masjid itu hanya seperti etalase toko. Digerakkan oleh hanya beberapa gelintir aktivis, yang alhamdulillah sampai sekarang, orang-orang itu masih ada.

Bayyinah dibesarkan dari proyek-proyek kecil. Bisa dikatakan tadinya mirip seorang bayi. Lalu proyek-proyek baru bermunculan. Saat itu rasanya ustaz ingin terlibat dalam setiap urusan bayi dan cucu-cucu itu. 

Tapi ustaz belajar satu hal. Sebuah pelajaran yang penting yang ustaz bagi untuk kita semua.

You’ve got to learn to let go.

Kita harus belajar untuk melepas bayi dan cucu-cucu itu untuk menemukan jalan kesuksesannya sendiri. 

Kita harus belajar untuk tidak bertanggung jawab terhadap terlalu banyak proyek. 

Let it go.

Kita harus belajar untuk mengikhlaskan tanggung jawab itu dipegang oleh orang lain. Yang mungkin sebenarnya jauh lebih kompeten dari kita.

Bayi itu bernama Bayyinah. Dan cucu-cucunya lumayan banyak. Proyek-proyek yang lahir dari rahim Bayyinah terlalu banyak untuk dipegang hanya oleh seorang penanggung jawab.

Ada berapa banyak sih proyek-proyek Bayyinah itu?

Kita temukan jawabannya, dan lanjutkan bahasannya, insyaa Allaah ba’da ‘ashar.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV / Quran / Courses / Leadership / 05. Leadership Workshop (00:00 – 03:12)


Diskusi & Tanggapan VoB Hari ke-161 Siang | Let It Go

Siti Badriyah:

Like this👍👍

🔖⤵️⤵️🏷️

” Ketika kita membiarkan beberapa orang fokus ke satu proyek,  maka beberapa orang yang penuh dedikasi itu akan menghasilkan sebuah karya yang luar biasa.   Proyek yang mereka berhasil dan penuh pujian.

Dan apa yang mereka lakukan menjadi semacam magnet sehingga ada yang datang ke mereka, “ Tahun depan, aku boleh ikutan bantu?”

🎧🎻

Ilmi: 

📝📝📝

🍎 Jadi kita mesti fokus dengan diri kita sendiri dulu dalam mengerjakan sebuah project, berdedikasi di situ, lalu ketika project tersebut sukses, orang-orang akan melirik dan tertarik bergabung serta membantu. Dari situ baru muncul ide project2 baru dari orang2 baru yang bergabung, kemudian bisa bagi tugas dan kewajiban untuk ide project yang banyak itu karena cukupnya dan relevannya SDM. 

🍎 Ada saatnya para perintis project itu akan pensiun dan mau nggak mau mesti diteruskan oleh anak buahnya. Istilahnya kaderisasi. Oleh karena itu kita mesti ikhlas kepemimpinan dan kepengurusan kita akan diambil alih dan diteruskan oleh anak buah kita. Dan kita juga mesti ikhlas kalau project2 baru dan lainnya akan lebih bagus dari project induknya. 

– Fokuslah hanya bertanggung jawab hanya pada 1 atau sedikit project saja  karena kita tidak mungkin handle banyak hal sekaligus :’)

– Ikhlaslah dengan anak project yang di-handle oleh anak buah. Dan Ikhlaslah juga jika project mereka lebih bagus, atau lebih jelek jika merasa kita lebih berkompeten untuk meng handle nya.

Yasarallahulanaa 🌷

Siti Badriyah:

Jazaakillaahihu khayran Mba ilmi …🎶🍩👍

Fokuss first yaa

Ilmi: 

Semoga Allah mudahkan kita ❤️


Materi VoB Hari ke-161 Sore | Para Aktivis yang Loyal dan Berdedikasi

Oleh: Heru Wibowo

#SundayLeadershipWeek23Part3

Part 3

Ada sekitar 15 proyek besar di Bayyinah. Dari 15 proyek itu, proyek yang mana yang ustaz tahu persis rincian detailnya? Tidak satu pun.

Padahal ada berbagai keputusan yang diambil di kelimabelas proyek itu setiap harinya. Keputusan yang besar. Keputusan yang strategis. Tapi ustaz tidak campur tangan di dalamnya. Dan tidak perlu.

Ustaz bukan diktator. Ustaz tidak ambil bagian dalam setiap keputusan yang diambil di organisasi. Ustaz adalah CEO yang happy bahwa keputusan-keputusan penting itu diambil oleh karyawan-karyawan beliau.

Boleh dibilang, ustaz tidak terlibat sama sekali. Kalau pun toh ustaz dilibatkan, 70 persennya bisa dipastikan bahwa kendali keputusannya dipegang karyawan-karyawannya.

Mengapa ustaz begitu percaya kepada mereka? Karena, alhamdulillah, tsumma alhamdulillah, mereka adalah orang-orang yang, ketika mereka terlibat dalam sebuah proyek, mereka memilikinya. Mereka menjadikan proyek itu fokus mereka.

Itulah yang mereka lakukan. Mereka sangat jujur dengan panggilan jiwa mereka. Sehingga ketika mereka menyumbangkan pendapat mereka tentang proyek itu, ustaz menilai bahwa pendapat mereka lebih berharga dari pendapat ustaz sendiri.

Karena ustaz tahu dedikasi yang telah mereka tunjukkan selama ini. Ustaz juga tahu apa saja yang telah mereka lakukan. Ustaz tahu apa saja yang telah mereka capai.

Sehingga ustaz merasa perlu untuk menghargai itu semua.

Ini adalah sebuah sikap yang membuat Anda bertumbuh. 

Kadang-kadang kita mengamati, dalam sebuah organisasi, ada orang-orang yang senior di organisasi itu. Atau merasa senior. Ketika mereka memutuskan untuk melakukan sebuah proyek baru, orang-orang ‘senior’ ini menahan mereka.

“Tunggu, kamu harus dapat approval saya dulu.”

“Kalian harus dapat approval dari 10 orang komite senior, yang kemungkinannya 9 dari 10 itu tidak sependapat dengan proyek baru itu.”

“Jangan ada yang memulai proyek baru itu dulu. Tunggu sampai 10 anggota komite senior mengemukakan pendapatnya semuanya.”

Komite senior tidak serta merta menyetujui setiap usulan proyek baru. Meski mereka mungkin jauh lebih paham tentang apa yang diinginkan umat daripada komite senior yang biasa duduk di belakang meja.

Ada yang tetap bersemangat untuk mengajukan program dan proyek baru. Proposalnya diserahkan ke komite senior.

“Wow! Bagus nih proposalnya. Akan saya bawa ke meeting komite senior. Insya Allah.” 

Tapi meeting itu belum tentu ada. Kalau pun ada, belum tentu secepat yang diharapkan.

Tak kunjung ada jawaban dan konfirmasi, aktivis yang semangat ini pun menemuinya lagi, “Pak, bagaimana kabar Bapak, dan bagaimana kabar proposal proyek kami?”

Yang ditanya sebenarnya agak sedikit gugup, tapi tidak dia tampakkan, “Oh iya, kelewat, tidak sempat dibahas di meeting komite senior, insya Allah dibahas di meeting berikutnya. Saat ini ada berbagai masalah yang lebih penting. Insya Allah brother, sabar ditunggu dulu sampai meeting berikutnya.”

Hmmm.

Model ‘komite senior’ ini akhirnya memadamkan api dan semangat aktivis yang awalnya berkobar-kobar. 

Padahal hasrat untuk berkontribusi dari para sukarelawan adalah aset yang paling berharga dari sebuah komunitas nirlaba. Antusiasme mereka adalah aset yang paling berharga.

Uang bukan aset yang paling berharga. Tapi loyalitas. Hasrat yang membara untuk berkontribusi. Mereka yang percaya akan manfaat investasi akhirat.

Selanjutnya ustaz membuka sedikit rahasia bagaimana beliau mendapatkan pribadi-pribadi yang luar biasa. Yang di kemudian hari menjadi pemilik proyek-proyek penting di Bayyinah. Bagaimana ceritanya?

Kita beberkan insyaa Allaah minggu depan.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV / Quran / Courses / Leadership / 05. Leadership Workshop (03:12 – 06:30)


Diskusi & Tanggapan VoB Hari ke-161 Sore| Para Aktivis yang Loyal dan Berdedikasi

Siti Badriyah: 

Like it… 💙🤍💜🤎.

🧕👳‍♀️🧕👳‍♂️💎 “Uang bukan aset yang paling berharga.💎💎💎 . Tapi loyalitas. Hazrat yang membara untuk berkontribusi. Mereka yang percaya akan investasi akhirat.

Aset loyalitas manusia….Bukan hanya aset terpenting utama dalam organisasi nirlaba.. tapi dalam perusahaan pun, aset utama adalah loyalitas dan kualitas SDM nya…

Can’t wait for the next week story 🎶

Ajeng Izura: 

Maasya Alloh Tabaarokalloh💕💕

***


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s