[VoB2020] Hati, Mata dan Telinga


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-142

Topik: Pearls from Al Baqarah

Selasa, 10 November 2020

Materi VoB Hari ke-142 Pagi | Hati, Mata dan Telinga

Oleh: Muchamad Musyafa’

#TuesdayAlBaqarahWeek21Part1

Part 1

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

***

🖤❤️🖤❤️🖤

Seseorang yang menolak kebenaran, seseorang yang menyangkal petunjuk, seseorang yang tidak mampu lagi berkontemplasi dari dunia sekeliling mereka, meski matanya sanggup melihat keindahan yang Allah ciptakan, tapi hatinya tidak akan mampu menemukan hikmahnya.

Allah ﷻ akan membiarkan orang tersebut melihat dunia, namun Allah ﷻ akan menutup matanya untuk melihat petunjuk.

Pada semua makhluk ciptaan Allah ﷻ, di dalamnya ada tanda-tanda yang Allah ﷻ  tampakkan, terdapat ayat-ayat Allah ﷻ yang nyata di sana.

Pada pohon kokoh, pada pohon yang mati tersimpan ayat Allah ﷻ.  Pada langit yang luas terhampar ayat Allah ﷻ. Pada burung-burung yang terbang bebas terdapat ayat Allah ﷻ.

Dengan mata yang tertutup itu, ketika seseorang melihat pohon, langit, burung-burung mereka tidak akan mampu menangkap kandungan ayat Allah ﷻ di dalamnya. Seseorang tersebut tidak akan paham apa yang sesungguhnya ditunjukkan pada pohon itu, langit itu, burung-burung itu.

Seperti seseorang yang melihat sebuah pintu, namun dia tidak tahu apa yang ada di balik pintu itu.

🖤❤️

Ada tiga yang bisa kita perhatikan di ayat ini. Hati yang terkunci, penglihatan yang tertutup, pendengaran yang tertutup. Tetapi hanya kata pendengaran (سمع) yang dituliskan dalam bentuk tunggal. Sedangkan hati dan penglihatan dituliskan dalam bentuk jamak di ayat ini.

Sangat indah bagaimana Allah ﷻ menggambarkan hal ini.  Masing-masing orang memiliki perbedaan sudut pandang. Tidak hanya satu cara pandang, tetapi ada berbagai cara pandang. Hati kita berada di dalam kondisi yang berbeda-beda. Ada hati yang sangat ingin mempelajari ayat Allah ﷻ, tapi ada juga hati yang enggan belajar. Berbagai macam kondisinya.

Tetapi jika kita bercerita tentang pendengaran, masing-masing orang mendengarkan sesuatu yang sama persis. Suara yang kita dengar sama yang orang lain dengar juga. Begitulah Al-Quran yang dari penamaannya saja berkaitan dengan sesuatu yang untuk didengar. Satu suara Al-Qur’an itu akan mengena pada pendengaran semua manusia.

🖤❤️

Pesan Al-Qur’an tetaplah sama dan berlaku untuk semua orang yang memiliki berbagai macam kondisi hati, dan berbagai macam sudut pandang. Lalu kemudian tiap orang tersebut akan merespons Al-Qur’an dengan cara yang berbeda-beda.

Bagaikan gambaran sebuah hujan, hujannya sama tetapi apa yang tumbuh dari bumi itu berbagai macam jenisnya. Air yang turun sama, tapi hasilnya berbeda.

Setiap manusia yang mendengar ayat Allah ﷻ, apa yang dirasakan seseorang akan berbeda dengan yang dirasakan orang lain. Kandungan mutiara ayat yang diperoleh oleh seseorang akan berbeda dengan yang diperoleh orang lain.

Itulah gambaran yang sangat kuat mengenai Al-Qur’an.

🖤❤️

وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ  

dan mereka akan mendapat azab yang berat.

Allah ﷻ tidak suka menghukum manusia, Allah ﷻ menciptakan manusia agar Ia bisa menunjukkan sifat kasih sayangnya. Tapi orang-orang yang buruk di dalam pandangan Allah ﷻ pantas mendapatkan hukuman yang sangat berat ini. Dan hukuman yang sangat berat itu adalah ketika hati, penglihatan dan pendengaran mereka tertutup.

InsyaAllah bersambung bada Zhuhur

***

Sumber: Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 2. Al-Baqarah (0:56:11 – 1:00:36)


Materi VoB Hari ke-142 Siang | Kelompok Orang yang Paling Complicated

Oleh: Nurfitri Anbarsanti

#TuesdayAlBaqarahWeek21Part2

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Part 2

———————–

Atas Rahmat Allah ﷻ, kali kini kita melangkah ke ayat kedelapan dari surat Al-Baqarah.

Di surat Al-Baqarah, pertama-tama Allah ﷻ menjelaskan tentang mukmin, orang-orang yang beriman, yang diterangkan di dalam lima ayat pertamanya. Lalu tentang orang yang tidak beriman di dua ayat selanjutnya yang ditujukan kepada orang-orang yang tidak beriman.

Kemudian sampailah kita ke pembahasan orang yang dikategorikan di antara keduanya. Sekilas terlihat beriman dan tidak beriman, Tapi kemudian setelah kita gali lebih dalam, bagi Allah ﷻ orang di kategori ketiga ini sebenarnya adalah orang yang tidak beriman juga, yaitu semacam extension dari kelompok orang-orang yang tidak beriman.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِينَ  

Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah 2:8)

Dan istilah yang populer bagi mereka di tengah-tengah komunitas muslim adalah hypocrites (di komunitas berbahasa Inggris) atau orang munafik (di komunitas islam Indonesia), yaitu orang yang mengatakan satu hal tapi melakukan hal yang lain.

Kelompok-kelompok sebelumnya, yaitu kelompok orang-orang mu’min dan kelompok orang-orang kafir, semuanya terlihat jernih dan jelas. Orang-orang mu’min karakternya sangat jelas, dan orang-orang kafir karakternya sangat jelas. Karena kedua kelompok itu mendemonstrasikan dengan jelas apa yang mereka percaya.

Begitulah, di lima ayat pertama surat Al-Baqarah, masalah orang-orang mu’min itu jelas sekali. Di dua ayat sesudahnya, kekerasan kepala orang-orang kafir juga sangat jelas.

Tetapi ketika masuk pembahasan orang-orang munafik, ada banyak sekali ayat dengan pembahasan yang detail dan lengkap (exhaustive). 

Tapi, kelompok yang satu ini sangat rumit dan complicated. Orang-orang munafik ini adalah kelompok yang paling complicated yang dibahas paling detail di dalam Al-Qur’an.

Beberapa contoh yang paling rumit dari orang-orang munafik di bahas di surat Al-Baqarah ini. Ada juga di surat An-Nisa, ada ayat-ayat yang didedikasikan untuk membahas mereka. Surat Al-Maidah juga membahas mereka. Begitu juga di surat Ali Imran ada beberapa potongan ayat yang membahas mereka. Begitu juga di surat Al-Anfal, begitu juga di surat At Taubah, dan lagi, di surat An-Nuur. 

Kelompok orang-orang munafik selalu dibahas lagi dan lagi. Kelompok ini diceritakan lagi dan lagi dengan detail dan mendalam.

Jadi, pembahasan mengenai orang-orang munafik adalah pembahasan yang rumit dan tidak sederhana. Dan nampaknya Allah ﷻ memang berkehendak begitu. 

Apa sih yang terjadi di dalam kepribadian orang-orang munafik ini?

—————–

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 4. Al-Baqarah (Ayah 8) – A Deeper Look (0:00:00 – 0:03:00)


Materi VoB Hari ke-142 Sore | Beberapa Notes Tentang Kemunafikan

Oleh: Nurfitri Anbarsanti

#TuesdayAlBaqarahWeek21Part3

Part 3

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

***

——————————

Karakter pertama yang membingungkan dari kelompok-kelompok munafik adalah mereka tidak berada di satu keadaan.

مُّذَبْذَبِيْنَ بَيْنَ ذٰلِكَۖ لَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا

“Mereka dalam keadaan ragu antara yang demikian (iman atau kafir), tidak termasuk kepada golongan ini dan tidak kepada golongan itu. Barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka kamu tidak akan mendapatkan jalan baginya.” QS An Nisa 4:143.

Mereka tidak masuk ke sini, juga tidak masuk ke sana. Mereka ada di antaranya.

Kadang mereka merasa bahagia di suatu hari, kadang mereka merasa sedih. Perasaannya fluktuatif. Kita enggak bisa menentukan apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka.

Mirip seperti pasien yang punya penyakit. Kadang penyakitnya timbul, kadang pasien itu merasa baik-baik dan sehat-sehat aja. Tidak terlihat sakit sama sekali. Di hari lain, tiba-tiba pasien itu tidak bisa bangun dari tempat tidur.

Jadi, susah sekali untuk mendiagnosa kondisi pasien itu.

Topik mengenai munafik ini sangat penting, karena pembahasan mengenai nifaq atau kemunafikan termasuk ke dalam pembahasan akhlak seorang muslim. 

Walaupun topik ini sangat complicated, Ust. Nouman merasa ini sangat penting di bahas karena Allah ﷻ sangat sering membahas topik ini di dalam Al-Qur’an dan bahkan di bahas di awal-awal Al-Qur’an.

—————–

Jangan Sampai Kita Menanggapi Istilah Munafik Ini dengan Terlalu Santai.

Orang-orang muslim sering menggunakan istilah munafik atau kafir dengan terlalu santainya. Al-Qur’an membahasnya sangat spesifik, tapi kita menanggapinya dengan terlalu santai.

Allah ﷻ membahas Al-Qur’an dengan sangat spesifik, sangat serius, tapi kita mengabaikannya dengan sikap seperti sikap seseorang yang mendengarkan khutbah tentang orang munafik dan berpikir “Ah, sepupu gue tuh munafik”. Dengan mudahnya kita langsung tergambar seseorang yang kita ingin labeli.

Tidak ada sekelompok orang yang dibahas di dalam Al-Qur’an, yang membuat Allah lebih marah daripada marahnya Allah kepada orang-orang munafik. Tidak ada kelompok orang yang digambarkan di dalam Al-Qur’an identik dengan kata ‘hukuman’ dari kelompok orang-orang munafik ini.

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙ

“Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS An Nisa 4:145)

Orang-orang munafik itu pasti berada di level paling bawah dari neraka. Semakin bawah level neraka, semakin pedih siksaannya. 

Jadi, kalau boleh memilih, apakah akan memilih untuk menuduh atau memanggil seseorang sebagai seorang munafik? Padahal perbuatan itu bukanlah hal kecil. Seorang munafik itu lebih buruk dari seorang kafir. Jauh lebih buruk.

Sesuatu yang Allah ﷻ gambarkan bersama kemarahan-Nya pada orang-orang munafik ini adalah bukan sesuatu yang remeh. Ini satu hal penting.

Yang Lemah Berbeda dengan yang Munafik

Hal penting lainnya adalah, ada perbedaan mendasar dari seseorang yang lemah dalam beramal, yang tidak beramal dengan tidak benar, tapi selalu berusaha menjadi lebih baik; dengan seorang munafik. Kedua orang ini benar-benar berbeda.

Derajat Nifaq di Zaman Nabi dengan Zaman Sekarang, Berbeda

Hal penting selanjutnya adalah, nifaq atau kemunafikan pada zaman Rasulullah ﷺ dengan zaman kita saat ini adalah sangat berbeda. Keduanya perlu dan harus dibedakan.

Misalnya, bisakah kita membandingkan derajat keimanan anda, saya dan Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.? Tidak bisa, tidak bisa dibandingkan. 

Pengorbanan yang beliau r.a. lakukan, pengorbanan yang Umar lakukan, Utsman lakukan, Ali lakukan dan Usamah bin Zaid lakukan dengan pengorbanan yang kita lakukan tidak bisa dibandingkan.

Sahabat-sahabat tersebut yang telah begitu besar berkorban, yang telah hidup di masa-masa ketika Al-Qur’an pertama kali diturunkan, yang telah berhasil dalam kehidupannya; tidak bisa kita bayangkan.

Generasi mereka adalah generasi terbaik, karena wahyu terbaik yang pernah diberikan kepada manusia telah di –support oleh orang-orang ini.

Rasulullah ﷺ diberikan wahyu yang terbaik yang pernah diberikan kepada manusia, dan para shahabat itulah yang mem back up Beliau ﷺ, sehingga Beliau ﷺ mampu mengemban wahyu tersebut. Mereka adalah generasi terbaik. 

Lalu, ketika Allah ﷻ berfirman mengenai mukmin hakiki, ada derajat-derajatnya. Setiap generasi memiliki As-Sabiqun, tetapi Asbaquna as-sabiqiina (generasi yang pertama dari yang pertama) adalah generasi Rasulullah ﷺ dan para shahabatnya. Mereka adalah generasi pertama, yang terbaik dari yang terbaik.

Sedangkan generasi orang kafir sebelumnya, apakah juga yang terburuk?

——————

InsyaAllah bersambung minggu depan

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 4. Al-Baqarah (Ayah 8) – A Deeper Look (0:03:00 – 0:06:00


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s