Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-149
Topik: Pearls from Al Baqarah
Selasa, 17 November 2020
Materi VoB Hari ke-149 Pagi | Berbeda Zaman dan Derajat
Ditulis Oleh: Rendy Noor Chandra
#TuesdayAlBaqarahWeek22Part1
Part 1
بسم الله الرحمن الرحيم
——————————
Kemarin kita membahas tentang tanda-tanda kemunafikan. Dikatakan bahwa generasi terbaik zaman Rasulullah tidak bisa disamakan dengan zaman kita.
Sama halnya dengan generasi kuffar pada zaman Rasulullah ﷺ . Contohnya, Abu Jahal dan Abu Lahab. Atau yang disebutkan dalam Al-Qur’an seperti Fir’aun. Kita tidak akan menemukan Fir’aun di masa sekarang. Mungkin ada orang yang menyerupai Fir’aun seperti Adolf Hitler atau lainnya, tapi kita tidak akan menemukan Fir’aun yang mengaku sebagai tuhan lagi di masa ini. Fir’aun karena sikapnya mengaku sebagai tuhan, sampai-sampai setan pun ingin dapat tanda-tangannya, canda Ustadz Nouman. Fir’aun di zaman Nabi Musa Alaihissalam tidak ada yang menyaingi.
Begitu pula Abu Lahab, paman Rasulullah ﷺ. Walaupun keluarga dekat, Abu Lahab bahkan sampai mengutuk keponakannya sendiri. Abu Lahab bahkan merayakan kematian seorang bayi. Padahal Abu Lahab masih punya hubungan darah dengan Rasulullah ﷺ.
Kita di zaman sekarang mungkin akan menemukan orang jahat. Tapi berbeda dengan Abu Lahab. Abu Lahab bahkan sampai disebutkan Allah di dalam Al-Qur’an karena kejahatannya. Sedangkan orang jahat di masa ini kan tidak mungkin sampai disebut secara eksplisit dalam Al-Qur’an, kan ya. Hehe… 😅
Generasi terbaik pada zaman Rasulullah ﷺ sangatlah jauh dibandingkan generasi terbaik di masa kita. Sebaliknya, generasi terburuk di zaman itu juga jauh lebih buruk daripada generasi buruk di zaman ini. Begitu juga dengan munafik di zaman itu.
Munafik di zaman itu jauhlah lebih buruk dibandingkan yang datang setelahnya. Hal itu karena mereka punya kesempatan untuk mencari petunjuk dari manusia terbaik yaitu Rasulullah ﷺ, dan juga mereka berada di sekitar orang-orang terbaik yaitu para sahabat, tapi mereka tidak mengambil manfaat dari peluang itu. Kita membaca Al-Qur’an sebagai sebuah buku/kitab. Sedangkan mereka mendengar Al-Qur’an langsung dari lisan Rasulullah ﷺ.
Sangatlah jauh perbandingan bagaimana mereka tidak mengambil keuntungan dari kehadiran Rasulullah ﷺ.
Ustaz Nouman tidak mengatakan bahwa kemunafikan sudah tidak ada. Nifaq masih tetap ada. Tapi tingkat kemunafikan generasi terdahulu tidak bisa disamakan dengan generasi saat ini.
——————
InsyaAllah bersambung ba’da Zhuhur
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 4. Al-Baqarah (Ayah 8) – A Deeper Look (0:06:00 – 0:08:16)
Materi VoB Hari ke-149 Siang | Berbeda Zaman dan Derajat Part 2
Ditulis Oleh: Rendy Noor Chandra
#TuesdayAlBaqarahWeek22Part2
Part 2
بسم الله الرحمن الرحيم
——————————
Jadi ketika Allah berbicara tentang kemunafikan ada level-levelnya.
Jadi kita enggak bisa bilang bahwa,
“Oh, ini ayat tentang nifaq. Ayat yang ini juga membahas kemunafikan. Saya bisa pakai ini untuk dia.”
Kenapa? Karena ayat tersebut ditujukan ke orang munafik di zaman Rasulullah, sedangkan levelnya berbeda dengan generasi saat ini. Kita harus sensitif untuk membedakannya.
Itu komentar Ustaz yang kedua. Kenapa kita perlu memahami konsep di awal? Supaya pemikiran kita tentang apa yang dibahas itu jelas. Pembedaan derajat ini memang berdasarkan penjelasan dalam Al-Qur’an.
Konsep yang ketiga adalah, Allah memang sengaja membiarkan agar identitas kaum munafik ini tetap menjadi sebuah misteri. Bahkan Rasulullah ﷺ dalam hidupnya tidak pernah menyebutkan siapa yang munafik sekalipun.
Yang paling besar kemunafikannya, semua sahabat sudah tahu, yaitu Abdullah bin Ubay bin Sahlul. Itu sudah jadi rahasia umum. Abdullah bin Ubay tidak hanya terkenal sebagai seorang munafik tapi juga munafik public enemy nomor wahid.
Orang ini adalah yang paling terburuk kemunafikannya. Ia menyebut dirinya muslim. Ia juga berinteraksi dengan para sahabat.
Ustaz Nouman akan menceritakan sedikit kisahnya, karena kalau kita mau belajar tentang kemunafikan di dalam Al-Qur’an, kita harus belajar dari orang ini. Layaknya kalau kita mau belajar tentang kekafiran kita harus belajar dari Fir’aun.
Abdullah bin Ubay adalah warga asli Madinah. Madinah saat itu terdiri dari 2 suku besar, Aus dan Khazraj. Khazraj jumlahnya lebih besar sedangkan Aus jumlahnya lebih kecil. Khazraj kalau digabungkan punya 8 wilayah/distrik. Sedangkan Aus punya 4 wilayah.
Abdullah bin Ubay adalah gubernur wilayah yang paling besar dari 12 wilayah tadi yang mana masuk wilayah Khazraj. Dia adalah pemimpin wilayah terbesar dari keluarga terbesar. Rakyat Madinah yang kala itu bernama Yatsrib, sebelum datang Rasulullah ﷺ, ingin menggabungkan 12 distrik tadi membuat sebuah kerajaan. Abdullah bin Ubay, sebagai gubernur wilayah terbesar, tentu punya peluang terbesar untuk menjadi raja.
Kemudian rakyat Yatsrib membuat singgasana dan merencanakan upacara pengangkatan “raja baru”. Dan beberapa hari sebelum Abdullah bin Ubay resmi menaiki takhta, dan mengambil sumpah sebagai presiden (kalau zaman sekarang), Rasulullah ﷺ sampai ke Madinah.
Sejak itu, semua hal tentang kerajaan dan pengangkatan raja batal. Kampanye politik Abdullah bin Ubay selesai. Semuanya dihapus karena yang diangkat jadi gubernur Madinah adalah Rasulullah ﷺ. Semua sepakat, baik muslim maupun non-muslim. Semua karier politik Abdullah bin Ubay hilang dalam sekejap. Hancur lebur.
Lalu apa yang terjadi padanya?
——————
InsyaAllah bersambung ba’da Ashar
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 4. Al-Baqarah (Ayah 8) – A Deeper Look (0:08:16 – 0:11:24)
Materi VoB Hari ke-149 Sore | Berbeda Zaman dan Derajat Part 3
Ditulis Oleh: Rendy Noor Chandra
#TuesdayAlBaqarahWeek22Part3
Part 3
بسم الله الرحمن الرحيم
——————————
Lalu apa yang terjadi padanya?
Ketika ikut pemilu presiden, biasanya yang kalah akan tidak begitu suka dengan yang menang. Tapi dia punya dua pilihan, bisa jadi oposisi/musuh atau bisa jadi aliansi.
Ketika menjadi oposisi atau lawan, biasanya oposisi akan mengkritik dan cenderung melawan pihak pemegang kekuasaan. Tapi, Abdullah bin Ubay melihat bahwa mayoritas penduduk Madinah sekarang memihak Rasulullah ﷺ, sehingga mencoba melawan hanya akan menyebabkan kekalahan baginya. Jadi, kalau tidak bisa melawan, lebih baik bergabung.
Ia kemudian menerima Islam, karena itulah satu-satunya cara untuk tetap dekat dengan pihak yang menang. Ia berharap bisa mendapatkan posisi dengan dekat Rasulullah ﷺ. Mungkin seenggaknya bisa jadi wakil gubernur… 😅
Masalahnya, orang yang paling dekat dengan Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling banyak pengorbanannya kepada beliau. Orang-orang seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali. Tapi, mereka juga bukan penduduk asli Madinah, mereka semua muhajirin.
Jadi, bukan hanya penduduk Yatsrib punya pemimpin asing dari luar, tapi orang-orang yang dekat dengan pemimpin asing ini pun juga dari Mekkah alias imigran.
Kita tahu biasanya orang yang diangkat menjadi pemimpin itu adalah orang asli yang tinggal disana. Misalnya, tidak mungkin Presiden Indonesia asalnya dari Jepang, misalnya. Atau Gubernur Jawa Barat bukan orang asli Sunda. Tidak mungkin seperti itu. Biasanya yang dijual pada pemilu kepala daerah adalah bahwa mereka adalah orang asli dari daerah tersebut.
Tapi sekarang seluruh jajaran pemerintahan Madinah dikuasai oleh imigran. Bukan hanya Rasulullah, tapi semua sahabat menyebut diri mereka sebagai muhajirin alias imigran. Pemimpinnya bermigrasi dan orang yang paling dekatnya juga bermigrasi. Kondisinya, Abdullah bin Ubay mau masuk menduduki kursi wakil gubernur tapi tidak pernah bisa.
Karena satu-satunya cara untuk bisa dekat dengan Rasulullah ﷺ adalah berkorban lebih. Orang-orang ini telah terbukti berkorban selama lebih dari satu dekade. Sementara di Madinah, Perang Badr belum terjadi. Sehingga, Abdullah bin Ubay tidak bisa menunjukkan posisinya.
Lalu apa yang dilakukan agar ia tetap bisa eksis?
——————
InsyaAllah bersambung pekan depan
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 4. Al-Baqarah (Ayah 8) – A Deeper Look (0:11:24 – 0:13:50)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah