SSS Jangan Tinggalkan Al Quran – Nouman Ali Khan


🌿🌿 *SSS NAK Indonesia* 🌿🌿

Bismillahirrahmanirrahim.

In syaa Allah hari ini kita ada agenda rutin sharing pekanan.

Teknisnya:

1⃣ Tonton video ini ⬇️

**Kurang dari 10 menit.

2⃣ Catat poin-poin menarik, insight, share ke sosial media/blog/podcast.

3⃣ Kirim tanggapan/pertanyaan terkait video di grup wa/telegram NAKIndonesia.

🗓 SSS-nya in syaa Allah dilaksanakan tiap Sabtu di grup whatsapp dan telegram NAK Indonesia.

Yuk ramaikan ^^

👤 Pak Heru

*Do You Really Love Quran?*

Video ini tidak akan pernah bisa saya lupakan. Karena video ini adalah _lecture_ pertama ustaz yang saya dengarkan. Karena video inilah saya jadi tahu ada seorang hamba Allah yang bernama Nouman Ali Khan.

Dan yang juga tak bisa saya lupakan adalah seseorang yang mengirim _link_ video ini ke saya. Beliau bukan ‘teman’ biasa. Beliau adalah bos saya di kantor. 

Meski video ini sudah pernah saya saksikan tujuh tahun yang lalu (tayang di YouTube 05 April 2013), tapi video ini masih sering saya ulang-ulang. Kadang-kadang, di titik tertentu, saya kangen dengan video ini dan mendengarkannya kembali.

Saya dengarkan video ini kembali tanggal 7 May 2018. Saat saya ‘melamar’ supaya bisa diterima menjadi bagian komunitas NAK Indonesia. Waktu itu saya ‘diinterogasi’ mba Genis. Salah satu pertanyaan beliau: sejak kapan saya belajar Qur’an lewat kajian Ustaz Nouman?

Jawabannya sudah bisa ditebak: sejak 05 April 2013. Sejak saya menonton video ini. Sebenarnya, bukan ‘menonton’. Lebih tepatnya, ‘menyimak’. Mendengarkan dengan seksama. Ikut meneteskan air mata di tengah-tengahnya.

Video ini hanya cuplikan. Hanya 5 menit 41 detik. Video aslinya berdurasi 36 menit 12 detik. Isinya _full_ khotbah Jumat ustaz, lengkap dengan azan sebelum ustaz naik mimbar.

Tapi cuplikan video yang singkat ini sangat _powerful_ buat saya. Dahysat sebagai _reminder_ diri saya yang selalu haus untuk diingatkan. 

_Wa qaalarrasuulu yaa Rabb_. Ustaz mengawali video ini. Qur’an Surah Al-Furqan, surah ke-25, ayat 30. Rasulullah _shallallaahu ‘alayhi wasallam_ berbicara kepada Allah secara langsung.

“Ya Rabb.”

_Inna qawmittakhadzuu haadzal qur-aana mahjuuraa_. 

Tidak ada keraguan lagi, kaumku, mereka mengambil Al-Qur’an ini. Bahkan ayat ini begitu indah karena Allah memilih kata _haadzaa_. 

Bukan _dzaalika_. Bukan seperti saat kita membaca Al-Qur’an di awal-awal juz 1. Ada _alif laam miim_, _dzaalikal kitaabu laa rayba fiih_. 

Ada _dzaalika_. Di sini Allah tidak menggunakan _dzaalika_, tapi _haadzaa_. Menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu dekat. Ada di sini. Di depan kita. Tapi kita tidak mau mengambilnya secara serius.

Di Hari Penghakiman, Rasulullah _shallallaahu ‘alayhi wasallam_ mengeluhkan, kaum ini, telah mengambil Al-Qur’an ini – bukan Al-Qur’an itu – tapi Al-Qur’an ini.

Pemilihan kata _haadzaa_ atau ini, ada manfaat retorikanya. Al-Qur’an dibawa sebagai saksi. Seperti seorang saksi yang hadir di pengadilan.

Saksi itu mengangkat tangannya pelan-pelan. Lalu mengarahkan telunjuknya ke pelaku kriminalnya. 

Di Hari Penghakiman, Al-Qur’an menjadi bukti. Kita begitu mengabaikan Al-Qur’an, dan Al-Qur’an dihadirkan sebagai bukti. Rasulullah menunjuk ke kita, kaumnya, yang telah menjadikan Al-Qur’an ini, Rasulullah ganti menunjuk ke Al-Qur’an, terabaikan. Kita telah mengabaikan Al-Qur’an.

Kata yang digunakan di sini adalah _mahjuuraa_. Kita membuat Al-Qur’an menjadi terlupakan. Kita membuat Al-Qur’an menjadi terabaikan.

_Mahjuuraa_ adalah kata benda. Akar katanya _ha ja ra_. Artinya, _a forsaken thing_. Sesuatu yang ditinggalkan. Sesuatu yang dilupakan. Sesuatu yang diabaikan.

Jauh. Jauh sekali. Langkah kita begitu jauh dari Al-Qur’an. Jejak kaki kita, entah kita sadari atau tidak, menjauhi Al-Qur’an.

_Ha ja ra_ itu erat dengan hijrah. Siapa yang tak tahu hijrah? Bermigrasi. 

Kata yang dipilih adalah _mahjuuraa_ atau _mahjuuran_, bukan _matruukan_. Arti _matruukan_ adalah meninggalkan di belakang. Arti _mahjuuraa_ adalah meninggalkan jauh, jauh sekali, di belakang.

Tidak sekadar meninggalkan Al-Qur’an. Tapi meninggalkannya jauh, jauh sekali, di belakang. Jaraknya sudah tidak dekat lagi. Jauh, jauh sekali.

Ustaz ingin mengingatkan diri sendiri dan mengingatkan kita semua tentang karakter yang diinginkan Al-Qur’an dari diri kita.

Jika pun kita sedang membaca Al-Qur’an, tidak berarti kita dekat dengan Al-Qur’an. Bisa jadi, kita membaca Al-Qur’an, tapi kita sedang ‘hijrah’ menjauh dari Al-Qur’an.

Apalagi jika kita sering membaca Al-Qur’an, tapi tidak terjadi perubahan karakter pada diri kita. Itu adalah kualitas Bani Israil, ya

ng semoga kita terhindar dari hal sedemikian.

Ayat ini adalah ayat ke-30 dari surah Al-Furqan, surah ke-25. Yang luar biasa, di bagian akhir dari surah ini, yakni mulai ayah ke-70 hingga akhir surah, dijelaskan karakter yang diharapkan dari Al-Qur’an. Seperti apa kepribadian seorang muslim seharusnya. 

Apa hubungannya ayat-ayat akhir surah ini dengan ayat ke-30? 

Karena ayat ke-30 bercerita tentang kaum yang mengabaikan Al-Qur’an. Dan kaum yang tidak mengabaikan Al-Qur’an memiliki kualitas yang dijelaskan di ayat-ayat akhir surah Al-Furqan itu.

Kepribadiannya beda. Karakternya beda. Kualitasnya beda. Tindakan atau perbuatannya beda. Dengan siapa mereka _hang out_, juga beda.

_Wa idzaa marruu billaghwi marruu kiraamaa_.

Dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.

_They stay away from useless company even_.

Mereka bahkan menjauh dari teman yang tidak berguna.

Tidak berarti memusuhinya. Tidak berarti membencinya. Tidak berarti menganggap diri kita jauh lebih hebat, jauh lebih mulia, atau jauh lebih suci. Kita hanya menjauh dari mereka. Berlalu. Tidak ingin bergabung dengan mereka. Lebih memilih melakukan hal lain yang lebih bermanfaat.

Jadi Al-Qur’an itu seharusnya _ngaruh banget_ ke setiap aspek dari kepribadian kita. _Ngaruh_ ke karakter kita. _Ngaruh_ ke disiplin diri kita.

Ustaz bisa merasakannya: _abandonment of the Quran_. Pengabaian Al-Qur’an. Bahkan ustaz sendiri. Apalagi saya. Dan mungkin juga kita semua.

Kita seharusnya merasa bersalah.

Kita seharusnya mencemaskan hal ini. 

Bukan, maksudnya bukan cemas yang bisa memengaruhi _immune_ yang kita butuhkan untuk melawan Covid-19. Bukan itu.

Tapi ini seharusnya menjadi semacam penggugah kesadaran. Bahwa kita mungkin merasa sudah dekat dengan Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an sendiri mungkin bersaksi bahwa kita ternyata menjauhinya.

Ayat ini pernah dibaca putri ustaz. Dan ustaz mendengarkan sambil memeriksa tajwid putri beliau. Saat putri beliau membaca ayat ini, ustaz mulai meneteskan air mata.

Putri beliau heran, “Abah, kenapa menangis?”

“Karena apa yang Allah firmankan,” jawab ustaz.

“Memangnya apa yang Allah firmankan?” putri beliau meminta kejelasan.

Ustaz menjelaskan, “Rasulullah mengeluhkan sekelompok orang yang meninggalkan Al-Qur’an, mengabaikan Al-Qur’an.” 

“Tapi Abah, kita _kan_ tidak meninggalkan Al-Qur’an? Kita sedang membacanya.”

“Kalau hanya membaca, itu terlalu mudah. Ini masalahnya bukan hanya tentang membaca Al-Qur’an,” jelas ustaz.

Kita harus mencintai Al-Qur’an ini.

Apakah kita bisa membuktikan kepada diri kita sendiri bahwa kita mencintai Al-Qur’an?

Lebih dari film baru yang beredar?

Lebih dari _video game_ yang bisa membuat kita kecanduan?

Apakah kita menghabiskan waktu lebih banyak dengan Al-Qur’an daripada dengan hal-hal yang lain?

Apakah kita ingin menjadi pribadi yang diharapkan Al-Qur’an dibandingkan pribadi yang lain atau harapan yang lain?

Ada anak muda yang menghabiskan waktunya untuk melatih otot-otot tubuhnya hanya karena dia melihat poster seseorang yang kekar yang tampak dari otot-otot tubuhnya.

Gadis-gadis juga begitu, ingin tampil seperti seseorang yang lain.

Ada orang-orang yang ingin punya penghasilan seperti seseorang yang lain.

Mereka mengidolakan seseorang yang lain.

Karakter seperti apa yang diidolakan di Al-Qur’an?

Karakter Rasulullah _shallallaahu ‘alayhi wasallam_.

Akhlak Nabi SAW adalah akhlak Al-Qur’an.

Saat kita beranjak tidur, apa yang terpikir di benak kita.

“Luar biasa jika aku bisa punya _six pack_ seperti orang di poster tadi.”

Atau, “Luar biasa jika aku bisa menjalankan lebih banyak lagi sunnah dalam hidupku.”

Kita bisa bertanya kepada diri sendiri, tipe seperti apa kita ini.

Apakah kita termasuk tipe orang yang mengabaikan Al-Qur’an?

Kita harus menjadi orang yang mengambil Al-Qur’an secara serius.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang mencintai Al-Qur’an, membuatnya bagian yang besar dari hidup kita, sehingga segala sesuatu dalam hidup kita menjadi diberkati, menjadi lebih hi

dup, melalui barakah dari Al-Qur’an. 

Semoga Allah membantu umat Islam memahami Al-Qur’an sebagaimana seharus Al-Qur’an ini dipahami. 

Semoga Allah membantu kita sebagai orang tua, tidak hanya kita sendiri yang mencintai dan memahami kitab ini, tapi memberi kita kemampuan untuk mengajarkannya kepada anak-anak kita. 

Sehingga anak-anak kita akan menjadi saksi di Hari Penghakiman.

Semoga Allah membantu masjid, sekolah, madrasah, dan anak-anak yang menghafalkan Al-Qur’an, sehingga mereka tidak hanya menghafalkan Al-Qur’an. Tapi mereka juga memahami setiap kata yang mereka hafalkan. Dan menghidupkannya di keseharian mereka.

Semoga kita bisa _shalat_ dan berdoa dengan hati kita, bukan mulut kita. 

Semoga kita menjadi umat yang sungguh-sungguh menghidupkan Al-Qur’an. Dan Al-Qur’an hidup di hati kita.

_Bal huwa aayaatun bayyinaatun fii shuduurilladziina uutul ‘ilm_. 

Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang berilmu.

Semoga Allah memasukkan Al-Qur’an di dada kita.

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=bzxEBXvOv54&feature=youtu.be

👤 Mas Ario

Tanggapan saya terkait SSS minggu ini.

Di antara kita ada yang terobsesi dengan menghafal Qur’an. Seperti seseorang yang saya kenal sangat terobsesi menghafal Qur’an karena suka dengan ceramah seorang ustaz tentang keutamaan menghafal Qur’an.

Menghafal Qur’an itu bagus sekali, sayang kita sering lupa mengamalkan Qur’an.

Tidak perlu jauh-jauh mengamalkan 30 juz Qur’an. Kebanyakan kita hanya hafal sejumlah surat dari juz 30. Anggap lah 10-15 surat juz 30 yang suratnya pendek-pendek.

Sudah seberapa baik kita mengamalkan surat-surat ini. Misalnya mengamalkan ayat pertama surat Al Zalzalah. Yakni tidak mencela dan mengumpat. Di dunia online/offline kita sering melihat begitu mudah orang saling mencela, bahkan mungkin kita juga pernah melakukannya.

Jadi ini juga pengingat untuk diri saya. Sudah seberapa jauh pengamalan Qur’an kita. Apakah bertambahnya hafalan Qur’an diiringi juga dengan bertambahnya pengamalan Qur’an kita.

👤 Mas Agung

Barangkali ada yang butuh video full bahasa Indonesianya, dulu ada My Favorite Ayat versi video.

👤 Mas Agung

Video reminder yang serupa, tapi ustad NAK bahas dari surat Al Hadid. Semoga kita tidak hanya membaca dan menghafal Al Quran, tapi juga  memahami dan mengamalkannya

👤 Mas Agung

Saya ada pertanyaan, mungkin ada yang pernah mempelajari ini.

Kehidupan setelah kematian kan panjang, ada beberapa tahapan. Kira kira peristiwa ketika Rasulullah shallahu alaihi wassalam ini menjadi saksi yang justru memberatkan kaumnya ini terjadi di fase mana ya ?

Saya beberapa waktu yang lalu coba ikuti series the day of judgmentnya Yasir Qadhi, tapi ketika masa itu tiba, beliau hanya menceritakan tentang syafaat2 dari Rasulullah shallahu alaihi wassalam yang justru meringankan, bukan memberatkan seperti yang dijelaskan ustad NAK di video ini. Contohnya video ini

Nah barangkali ada yg tahu di fase mana peristiwa yang diceritakan ustad NAK ini terjadi?

👤 Mba Vivin

Apa mungkin termasuk point ke7?

**

Halaqah yang ke-40 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang Keadilan Allāh Ketika Hisab (Bagian 02).

Di antara keadilan Allah ketika hisab,

4. Bahwasanya kebaikan dan kejelekan sekecil apapun yang disembunyikan di dalam hati maupun yang dinampakkan akan didatangkan oleh Allah Tidak ada manusia yang di dzolimi karena kebaikan yang terlupakan atau karena kejelekan yang tidak dia lakukan. Allah berfirman

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرً۬ا يَرَهُ ۥ (٧) وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ شَرًّ۬ا يَرَهُ ۥ (٨

Maka barang siapa yang mengamalkan kebaikan seberat atom sekalipun dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengamalkan sebuah kejelekan seberat atom sekalipun akan melihatnya. (Az-Zalzalah : 7-8)

5. Di antara keadilan Allah ketika hisab, bahwasanya seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.

Allah berfirman :

وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ۬ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۚ

“Dan sebuah jiwa tidak akan menanggung dosa jiwa yang lain.” (Al-An’am : 164)

Kecuali apabila seseorang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya dalam kesesatan orang tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda,

وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثَمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya. Tidak berkurang dari dosa mereka sedikitpun (HR. Muslim).

6. Di antara keadilan Allah masing-masing kita akan dipersilahkan melihat sendiri isi kitabnya.

Allah berfirman :

وَنُخۡرِجُ لَهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ ڪِتَـٰبً۬ا يَلۡقَٮٰهُ مَنشُورًا (١٣) ٱقۡرَأۡ كِتَـٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبً۬ا (١٤) مَّ

“Dan Kami akan keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab dalam keadaan terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu pada hari ini yang menghisab dirimu sendiri.” (Al-Isra’ : 13-14)

7. Di antara keadilan Allah, Allah akan mendatangkan para saksi supaya tidak ada alasan bagi manusia. Didatangkan para Rasul yang akan bersaksi atas umatnya, bahwasanya mereka sudah menyampaikan.

Allah berfirman :

فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۭ بِشَهِيدٍ۬ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ شَہِيدً۬ا

“Maka bagaimana jika Kami datangkan seorang saksi dari setiap umat dan Kami akan datangkan dirimu sebagai saksi atas mereka.” ( An-Nisa : 41)

Malaikat akan menjadi saksi.

Allah berfirman :

وَجَآءَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ۬ مَّعَهَا سَآٮِٕقٌ۬ وَشَہِيدٌ۬

“Dan akan datang setiap jiwa bersamanya para Malaikat yang menuntun dan Malaikat yang menjadi saksi.” (Surat Qaaf : 21)

Bahkan anggota badan manusia akan menjadi saksi di hari kiamat.

Allah berfirman :

ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

“Pada hari ini akan Kami tutup mulut-mulut mereka dan tangan-tangan mereka akan berbicara dengan Kami. Dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka lakukan” (Yaasin : 65)

👤 Mas Agung

Iya mungkin mba, mungkin sebelum Rasulullah shallahu alaihi wassalam memberikan syafaat2nya. Wallahualam

Ini sumbernya dari kajian rutin kah mba?

Mumpung pas lagi ada tulisan tentang keadilan Allah di hari kebangkitan dari mba Vivin, izin sharing meskipun agak diluar topik

ada hadis yang buat saya pribadi menarik ketika ngikuti seriesnya YQ yang waktu itu baru saya dengar, tentang keadilan Allah di hari kebangkitan kelak

_“Sungguh semua hak akan dikembalikan kepada pemiliknya pada hari kiamat. Sampai diqishas kambing yang tidak bertanduk kepada kambing yang bertanduk.”_

 (HR. Ahmad 7404 & Muslim 6745)

Beliau menceritakan, kelak binatang pun akan dihisab. Kalau ada kambing bertanduk yg iseng menanduk kambing lain yg lebih lemah pun kelak akan di qisash di akhirat nanti sebagai bentuk keadilan Allah.

Maka mereka orang orang kuat yg zalim kepada orang lemah, akan habis di akhirat kelak.

Sumber teks hadis: https://konsultasisyariah.com/26018-apakah-binatang-juga-dihisab.html

👤 Mba Vivin

Iya kajian HSI Abdullah Roy mas

👤 Bella

Bismillah.

Sebelumnya maaf karena kemarin ga ikutan ngeramein diskusi SSS.

Video materi pekan ini, meski bukan pertama kali nonton, tapi tetep aja, pesan di dalamnya berat untuk disampaikan ulang, atau di share insightnya.

Karena ada call to action,

apakah setelah dapet pengingat ini, kita bisa memperbaiki interaksi kita dengan Quran?

Apakah kita bisa mulai (lagi) step by step mengamalkan ayat-ayat dalam Quran?

Semoga kita semua Allah kuatkan dan mudahkan untuk melakukannya ya. Aaamiin.

Seperti doa yang selalu kita baca tiap rakaat shalat. Ayat-ayat terakhir Al Fathihah.

🌼🌼🌼

Tadi pagi aku nonton versi full dari materi SSS — https://www.youtube.com/watch?v=T7aHJx8Ia3k

Dari situ jadi dapet insight tambahan, bahwa salah satu hal yang harus kita perhatikan supaya kita ga termasuk kaum yang mengabaikan dan meninggalkan quran, adalah *bad company*

Ayat sebelumnya, disebutkan penyesalan orang-orang yang milih mengelilingi dirinya dengan teman-teman buruk, yang membuat mereka melupakan dan mengabaikan Rasulullah dan Al Quran.

Beberapa quotes yang aku catet:

🌼🌼🌼

If bad words are going into your ears, bad words are gonna come out of your tongue.

If you’re seeing evil all the time, going in, then evil actions will come out. They will come out, they don’t just stay in.

*You can’t just pretend that the things you watch, and the things you hear, and the places you go will not have an impact on your character. They will.*

And we don’t want to be of those people who regret having the wrong kinds of friends on Judgment Day.

— Nouman Ali Khan

🌼🌼🌼

You and I have to make a *solid effort* to find people find the company of people that make us more respectable, they make our manners better, they make our speech better. They make us more courteous, they make us more patient. They make us (becoming a) better people.

—Nouman Ali Khan

🌼🌼🌼

Oh ya aku juga buat catetan terkait materi SSS pekan ini di blog, barangkali ada yang mau baca:

https://betterwordforlife.blogspot.com/2020/11/we-left-it-way-behind.html

One thought on “SSS Jangan Tinggalkan Al Quran – Nouman Ali Khan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s