
🌿🌿 Sharing Serius tapi Santai NAK Indonesia 🌿🌿
Materi pekan ini: https://youtu.be/GIndHeZTULM
Sistem: anggota grup wa/telegram dipersilahkan menonton materi, dan membagikan insight maupun bertanya terkait materi.
SSS dilaksanakan paralel di grup whatsapp dan telegram NAK Indonesia.
TRANSKRIP VIDEO
Emosi Berlebihan – Nouman Ali Khan
Marah itu hal yang biasa.
Seseorang mengatakan sesuatu yang menjengkelkan
lalu Anda menjadi marah,
itu reaksi yang normal.
Tapi tahukah Anda seperti apa kemarahan yang berlebihan itu?
Bahwa Anda mulai hidup dalam kemarahan itu.
Anda makan dan bernapas dalam kemarahan itu.
Anda terus-menerus memikirkan kemarahan itu,
padahal itu hanya satu kejadian, hanya satu hal yang dikatakan,
dan sekarang seluruh sisa hidup Anda
ditentukan oleh apa yang telah membuat Anda berang itu.
Sebagai akibatnya,
pandangan Anda telah berubah sama sekali
terhadap semua hal.
Tidak ada lagi hal yang baik,
tidak ada lagi yang bisa membuat Anda bahagia.
Karena Anda sudah terlanjur kesal,
sekarang hal-hal yang dulunya tidak pernah membuat Anda kesal,
mulai membuat Anda kesal.
Anda mulai kesal pada semuanya.
Lalu ketika itu terjadi,
orang-orang di sekitar Anda akan mulai menderita.
Maka reaksi berantai dimulai,
dan Anda berakhir di dalam (ضُر) (dalam kesulitan).
Hal itu terjadi karena Anda bersikap (إسراف),
Anda terlalu berlebihan dalam mengekspresikan satu emosi itu.
Hal yang sama terjadi dengan emosi lain.
Seperti bercanda.
Dan bercanda adalah
sebuah perilaku normal, sah-sah saja untuk merasa senang.
Tetapi jika Anda selalu bercanda,
Anda bisa menyinggung perasaan orang lain.
Anda tidak akan pernah menanggapi masalah dengan serius.
Ada sesuatu yang serius sedang dibicarakan,
lalu Anda membuat lelucon tentang itu,
Anda tidak peduli dengan perasaan orang lain,
Anda tidak peduli dengan kebutuhan orang lain.
Akibatnya,
Anda akan menimbulkan banyak konflik.
Tetapi ada juga emosi pasif seperti diam.
Contohnya,
sesuatu yang salah sedang terjadi,
seseorang melakukan kesalahan kepada Anda,
atau melakukan kesalahan
kepada anggota keluarga Anda,
lalu Anda berkata pada diri sendiri,
“Sebaiknya aku bersabar, sebaiknya aku diam saja.”
Dan karena kediaman Anda,
orang yang melakukan kesalahan
terus berbuat lebih banyak kesalahan,
dan terus melakukan lebih banyak kesalahan,
dan terus melakukan lebih banyak kesalahan lagi.
Dan Anda berkata, “Tidak, kesabaranku sedang diuji,
aku harus lebih tenang, dan lebih tenang lagi.”
Dan karena Anda diam,
sekarang kesalahan telah meningkat sepuluh kali lipat.
Anda melakukan sebuah (إسراف).
Anda memang tidak harus berteriak dan menjerit,
Anda memang tidak seharusnya bersikap masa bodoh,
tetapi setidaknya Anda harus mengatakan yang sebenarnya.
Setidaknya mengatakan apa adanya, meskipun menyakitkan.
Katakan yang benar itu benar.
Inilah yang dimaksud dengan (تواصوا بالحق).
Benar? Mereka saling menasihati dalam kejujuran.
Menyatakan kebenaran, apa adanya.
Yang salah itu salah.
“Maaf yah, ini salah.”
“Maaf bu, ini salah.”
“Maaf anakku , aku tahu itu menyakitkan, tetapi itu salah.”
“Maaf istri atau suamiku, yang kamu lakukan itu salah.”
Berkata apa adanya.
Harus dikatakan.
Jika Anda tidak melakukan itu,
Anda menciptakan (إسراف) terhadap diri Anda,
dan orang lain.
(إسراف) memiliki banyak bentuk,
dan saya bisa memberikan semua contoh
dalam berapa banyak hal (إسراف) bisa terjadi.
Tapi Anda, untuk kebaikan Anda sendiri,
harus memikirkan dengan seksama,
dalam hal apa aku sudah berlebihan?
Atau dalam hal apa aku belum cukup berbuat?
Dalam hal apa saya kehilangan fokus?
Termasuk ketika menyangkut masalah cinta.
(إسراف) juga terjadi di dalam cinta,
Anda menjadi terlalu terobsesi dengan seseorang,
terlalu memikirkan seseorang.
Seorang ibu bisa sangat terobsesi oleh putranya.
Yang dipikirkannya hanya putranya.
“Apa yang sedang kamu lakukan ?”
“Apa yang kamu makan?”
“Di mana kamu tidur?”
“Apakah kamu sedang bekerja?”
“Kamu masih bekerja?”
“Apa yang terjadi?”
Terus menerus, setiap saat.
Jika ibu itu melakukan hal tersebut,
maka dia tidak lagi bisa menjadi
seorang istri bagi suaminya,
dan dia juga tidak bisa salat
seperti yang seharusnya dilakukannya.
Maka dia tidak lagi bisa
menjaga kesehatannya sendiri
seperti seharusnya dia menjaga
kesehatannya sendiri.
Kembali lagi kepada hal yang sama.
Ketika Anda berlebihan di satu sisi,
Anda akan mulai mengabaikan sisi lain.
Menyeimbangkannya kembali ada
lah hal yang sulit,
menyelaraskan kembali diri Anda.
Salah satu doa favorit saya di dalam Quran
yang terkait dengan (إسراف),
ada di dalam surat Ali-Imran: 147.
(رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا)
(وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا)
(وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا)
(وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِين)
Hal pertama yang kita minta kepada Allah adalah mengampuni dosa kita.
Lalu kita minta kepada Allah, setiap kali kita bersikap berlebihan,
mohon tutupi itu, dengan kata lain
setiap kali kita bersikap berlebihan,
pasti ada sesuatu yang terganggu kestabilannya.
Intinya, ya Allah stabilkan kami kembali.
Itu sebabnya kata-kata selanjutnya
mempunyai arti yang dalam dan sangat terkait.
(وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا)
“Kokohkan kaki kami.”
“Beri keseimbangan di mana kami berdiri.”
“Tancapkan kaki kami.”
Yang kembali kita pelajari di sini,
adalah apa yang diakibatkan oleh (إسراف).
Ia membuat hidup Anda tidak seimbang.
Kita belajar dari ayat lain di dalam Surat Yunus,
(إسراف) menimbulkan masalah dalam hidup Anda.
Sekarang kita belajar kaki kita tidak akan bisa kokoh berdiri,
jika ada (إسراف) dalam hidup Anda.
Setiap kali Anda bersikap (إسراف),
sesuatu pasti akan diabaikan.
Akan ada kecemasan di dalam hidup Anda.
Akan ada pergolakan di dalam hidup Anda.
Akan ada masalah di dalam hidup Anda dan saya.
Dan ada sesuatu yang tidak beres.
Anda tidak bisa merasakan harmoni.
Bila ada keseimbangan, maka ada harmoni.
Jika semua ada pada tempatnya,
Anda bisa merasakannya dari dalam dan luar.
Ketika segala sesuatu tidak seperti yang seharusnya,
Anda terganggu, tidak bisa tidur,
pikiran tidak tenang.
Anda bisa tahu, apakah menderita (إسراف) atau tidak,
hanya dari cara Anda berpikir.
Karena jika kaki Anda telah kokoh berdiri,
dan Anda merasa aman di mana Anda berdiri,
maka itu adalah hasil yang diperoleh
bila (إسراف) dihapus dari hidup Anda.
Jadi, (رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا)
(وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا)
(وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا)
Pada akhirnya sekarang Anda bisa berdiri tegak,
sekarang Anda bisa menghadapi masalah apa pun.
(وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِين) (Tolonglah kami terhadap orang-orang kafir).
👤 Kang Rendy Noor
Masyaa Allah.. videonya bagus tentang israf… izin berpendapat. Mungkin kaitannya dengan mendiamkan keburukan.
Seperti yang kita ketahui, banyak yang mengklaim sesuatu sebagai obat COVID-19. Mulai dari jeruk, Qustus, bahkan sampai ada yang menyarankan meneguk minyak kayu putih cap ***g. Saya hanya bisa terenyuh.
Saya belajar bahwa dalam dunia medis ada yang namanya Obat-Berdasar-Bukti atau Evidence-Based Medicine atau singkatnya EBM. Proses EBM itu seperti sidang Tugas Akhir yang pengujinya dari seluruh dunia, dan diuji ke hewan sebelum manusia dalam sedikit baru ke manusia dalam jumlah banyak.
Sebenarnya ketika sudah mengingatkan dan yang beraangkutan memposting lagi saya memilih untuk diam. Khawatir beliau tersinggung.
Begitupun program An Hour With, ketika saya mau mengundang seseorang tertentu, setelah diberitahu, saya khawatir akan ada yang tidak nyaman dan membuat perpecahan di komunitas ini.
Pertanyaannya:
1. Apakah sikap untuk memilih diam setelah mengingatkan itu benar?
2. Apakah menghindari perpecahan itu lebih diutamakan daripada menyampaikan kebenaran?
👤 Mas A
Saya pernah mengalami israf emosi, kepikiran terus.
Ini beberapa kali terjadi dalam hidup saya.
mungkin karena saya difabel, pemalu dan sebenarnya saya tertutup.
jadi dianggap remeh, dianggap sebelah mata seperti “sudah biasa”
salah satu nasihat yang berkesan bagi saya, adalah membaca surat 3 qul pagi dan sore
memang ini seperti nasihat biasa, tapi saya merasa sejak berusaha mengamalkannya, saya merasa saya lebih mampu mengelola emosi
jadi ketika selesai salat saya berusaha membiasakan dulu membaca 3 qul
👤 Mba Trias
Assalamu’alaykum warahmatullah.
Shout out to the animator who chose eren as personification of anger 🤭
Ijin share tanggapan sederhana:
Lecture singkat ini membuat saya banyak berpikir. Salah satunya adalah, saya mendapatkan pemahaman bahwa semua yang “berlebihan” tidak pernah baik bila menyangkut hal-hal duniawi, tapi bagaimana jika berkaitan dengan ibadah dan rasa cinta kepada Allah AWJ? Itu bukanlah hal yang buruk… bukan?
Dari banyak lecture yang saya dengar, saya belajar bahwa Allah AWJ menyukai keseimbangan. Seperti di banyak tempat di Al-Quran, Allah AWJ menyebut langit dan bumi, atau siang dan malam. Saya sangat tertarik bagaimana Allah AWJ menempatkan dua hal yang berlawanan berdampingan seperti menekankan keseimbangan.
Saya kemudian teringat akan sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Aisha R.A. di mana Beliau menceritakan kepada Rasulullah SAW mengenai seorang wanita yang melakukan shalat secara berlebihan, dan Rasulullah SAW berkata dengan nada tidak setuju, “Lakukan perbuatan yang sesuai dengan kemampuan kita … Perbuatan terbaik di sisi Allah adalah yang dilakukan secara konstan.”
Juga dalam Al-Qasas ayat 77, Allah berfirman, “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia…”
Menetapkan prioritas itu penting, tapi tidak serta merta mengabaikan hal lain.
Akhirnya, saya menyimpulkan bahwa segala bentuk “berlebihan” itu tidak baik, bahkan dalam menjalankan kewajiban kita sebagai hamba Allah AWJ. Mencintai Allah AWJ tentunya dapat mendekatkan diri kita kepada-Nya, tetapi mencintai-Nya secara berlebihan sampai-sampai kita mengabaikan hal lain malah dapat membuat kita menyimpang dari jalan-Nya.
Wallahualam bissawab.
Semoga Allah senantiasa melindungi kita dan memberikan ilmu dan pengertian yang mendekatkan diri kita kepada-Nya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
👤 Mba Trias
Masyaa Allah terima kasih mas share-nya
👤 Mas A
Iya saya juga tidak suka sikap berlebihan… Saya mencoba seimbang dalam hidup
Seimbang dunia/akhirat. Ini tidak mudah… misalnya saya masih kesulitan membagi waktu untuk Allah, untuk diri, untuk keluarga, untuk masyarakat/komunitas/umat
👤 Mba Hamida
Bagi waktu itu emg menantang, saya jg msh suka keteteran 🙈
👤 Mba Trias
Senada. Terkadang berharap sehari bisa lebih dari 24jam jadi semua tugas bisa terpenuhi 😔
👤 Bella
Mau tanya beberapa hal di video:
1. Ada yang pernah denger penjelasan makna ضر di video? Tadi diartiinnya kesulitan/masalah.
2. Trus ustadz menyebutkan kalau di surat Yunus, disebutkan bahwa “israf brings problem in your life”. Ada yang tahu ayat berapa?
Makasih sebelumnya.
👤 Pak Heru
Ada dua ayat di surah Yunus yang mengandung akar kata س ر ف
[Images] << cek di grup wa/telegram NAKID
👤 Bella
Ayat 12 ya? Waah bener ya. Disebut kata israf dan kata dhur.
Jazakumullah khairan (:
👤 Pak Heru
Ya, setuju, yang dimaksud ustaz kemungkinan besar adalah ayat 12.
_Adh-dhurru_ bisa berarti bahaya, penderitaan, atau kesusahan; masih klop dengan kesulitan/masalah.
👤 Mas Agung
Barangkali ada yang butuh penjelasan lebih panjang mengenai Israf atau sikap berlebihan terhadap sesuatu sehingga membuat hidup jadi tidak balance, bisa liat versi khutbah ustad NAK di video ini
👤 Pak Heru
_Thanks_ sudah menginisiasi SSS Sabtu ini. Sangat bermanfaat buat diri saya. Jadi _reminder_ untuk diri saya, bahwa saya harus ‘sedang-sedang saja’ tatkala membenci atau mencintai sesuatu.
Ustaz bilang _getting angry is normal_, tapi _don’t be too far_.
Mencintai seseorang atau sesuatu adalah manusiawi. Tapi terlalu mencintai berarti sebuah ketergelinciran kepada _israaf_. Saya kira kita semua sudah familier dengan _Too Much Love Will Kill You_.
Membenci sesuatu juga sedang-sedang saja.
Di dua kali kesempatan Story Night di Balai Kartini, kita masih ingat ustaz melakukan _soft bullying_ terhadap Donald Trump. Saya masih ingat persis bagaimana _body language_ ustaz memperagakan rasa heran Nabi Adam _’alayhis salaam_ saat diperkenalkan nama Donald Trump. Kok ada manusia yang seperti itu.
Dan saya pelajari bahwa _bullying_ terhadap Donald Trump terjadi di mana-mana, terutama di Amerika. Diskriminasi terhadap muslim begitu nyata. Trump pantas mendapatkan _public bullying_ yang jauh lebih parah, tapi _toh_ ustaz di dua _story nights_ itu melakukannya sedang-sedang saja.
_By the way_, video ini membuat saya melakukan introspeksi. Apakah diri saya saat ini sedang membenci seseorang yang melewati batas atau tidak. Sampai akhirnya saya menyadari bahwa saya mungkin tidak suka dengan hal tertentu dari seseorang, tapi jika saya harus berinteraksi dengannya, tidak ada masalah buat saya.
Mungkin ini aneh, tapi ini _true story_. Benar-benar _real_. Saya adalah salah satu saksinya. Sama-sama pengurus masjid. Tapi kalau shalat berjamaah di masjid, dua orang ini, katakanlah Pak A dan Pak B, tidak pernah sama sekali shalatnya berdekatan. Kalau yang satu ada di _shaf_ pertama, yang satunya lagi tunggu jamaah yang lain sehingga dia bisa ambil posisi di _shaf kelima. Ada ‘perang dingin’ antara mereka berdua.
Alhamdulillah saat ini saya tidak mengalami yang seperti itu. Dan doa di Ali ‘Imran 147 itu harus terus saya baca supaya Allah jauhkan saya dari sifat seperti itu.
_Wallaahu ta’aalaa a’lam_.
👤 Mas Ario
Saya baru tahu istilah israf ini saat manage subtitle DAS, sebelumnya saya belum pernah tahu apa itu israf.
👤 Bella
Bismillah.
Aku pribadi pas nonton video SSS pekan ini, fokusnya lebih ke doanya sih.
Gatau kenapa selalu suka sama video penjelasan ayat quran yang didalamnya ada doa.
Soalnya kerasa banget bedanya, dulu baca cuma baca. Tahu terjemahnya sih. Tapi tetep aja beda feel-nya.
Pas udah denger penjelasannya, jadi ngerasa lebih paham, apa sih yang sebenernya kita minta di doa tersebut. Keindahan di dalam pemilihan katanya dll.
🌼🌼🌼
Trus kalau terkait emotion excess aku ngerasa kesindir di passive emotion. Kadang lebih suka diem dan berusaha menyembunyikan emosi, padahal itu ga baik, dan efeknya juga kerasa, suatu saat bakal keluar.
Masih PR banget sih, biar bisa “sabar” dengan cara yang benar. Gimana bisa tetap berkomunikasi menyatakan ketidaksukaan/ketidaknyamanan tanpa perlu marah.
Sebenernya udah ngerasain juga sih gimana komunikasi bisa jadi kunci buat masalah ini. Bakal lebih menyederhanakan semua hal. Tapi kadang masih suka milih diem aja dan neken emosi, dan ujungnya jadi israaf. Allahummaghfirghli..
Makanya pas dengerin video ini, kaya diingetin sama Allah. Ini loh doanya.
Noted banget harus sering baca doa ini.
🌼🌼🌼
Pertanyaan:
Aku qadarullah kenal seseorang yang mirip deskripsi di video ini. Jadi sejak suatu kejadian, dia jadi berubah gitu. Semua hal selalu bikin dia marah, jengkel, kesel.
Dia kadang masih curhat ke saya sih. Gimana caranya biar ga jutek? Atau curhat sebel hari ini ada kejadian A, C, H, dll.
Bagaimana ya baiknya? Jujur saat ini belum bisa banyak bantu selain doa, sama berusaha jadi temen yang baik dengan mau nyimak dan respon.
Tapi selain itu masih belum bisa ngasih nasihat apa-apa.
Kan ga asik juga kalau tiba-tiba share video ini ><
Barangkali ada yang mau kasih saran. Atau mungkin ada yang punya pengalaman mirip.
🌼🌼🌼
Oh ya seperti biasa, aku coba nulis resume juga di blog. https://betterwordforlife.blogspot.com/2020/11/doa-agar-teguh-dan-kokoh.html
Barangkali ada yang mau baca ^^
👤 Mas Agung
Ustad NAK di video ini cerita bahwa beliau pernah punya hubungan tidak enak dengan salah satu kawannya sampai sangat jarang kasih kabar2 lagi. Baru kemudian setelah diutarakan semua bisa lebih baik
👤 Mba Vivin Ardiani
Izin bertanya,
Sy msh kurang paham ttg israf. Israf ini berlebih2an dalam segala hal begitu ya? Kalo berlebihan dalam harta disebut mubadzir?
Pada Qs Yunus 12, israf di Qur’an terjemah disebut ‘melampaui batas’. Kata ‘melampaui batas’ disebut jg di ayat lain misal Qs Al A’raf 55, tetapi bahasa arabnya ga pake israf.
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Qs Al A’raf 55.
Jadi israf ini bagaimana ya?
👤 Pak Heru
س ر ف di kamus
[Images] << cek di grup wa/telegram NAKID
👤 Mas Ario
video ini ada 5 animasi yang direncanakan dibuat DAS, 4 sudah rilis, 1 belum dibuat
mau transkripnya? ustaz bahas beda israf dengan mubazir kalau ga salah di salah satu animasi yang sudah dibuat DAS
👤 Mas Faizal Achmad
Kalau dari sisi psikologi, Saya pernah menyimak bagaimana kebencian terhadap seseorang yang teramat, dilampiaskan bukan terhadap seseorang yang dibenci tersebut (semisal benci terhadap seseorang yang ada di masyarakat), melainkan terhadap orang” dianggap dia punya kontrol terhadapnya (semisal di keluarga).. Mungkin marahnya tidak dilampiaskan diluar, karena masih ada rasa malu.. Ini mungkin yang membuat orang” yang berada di dekatnya menjadi menderita, terkena imbas dari emosi berlebihan yang dipendam..
👤 Kang Rendy Noor
Izin menanggapi pendapat mas Faizal.
Saya juga dengar dari sisi psikologi kalau emosi harus disalurkan gitu. Jadi kalau marah ya harus keluar, dilampipaskan ke sesuatu. Tapi gimana dengan kasusnya Nabi Yusuf ketika saudara-saudara menyebut dia dulu seorang pencuri?
Disebutkan dalam Al-Qur’an itu _fa asarraha_ atau maka ia menelannya mungkin seperti “menyedot (amarah)nya”.
Kalau Nabi Musa iyes melampiaskan marahnya ke Bani Israil dengan menarik janggut Nabi Harun, tapi Al Qur’an kan ga menggambarkan Nabi Yusuf seperti itu? Menurut mas Faizal gimana?
👤 Kang Rendy Noor
۞قَالُوٓاْ إِن يَسۡرِقۡ فَقَدۡ سَرَقَ أَخٞ لَّهُۥ مِن قَبۡلُۚ فَأَسَرَّهَا يُوسُفُ فِي نَفۡسِهِۦ وَلَمۡ يُبۡدِهَا لَهُمۡۚ قَالَ أَنتُمۡ شَرّٞ مَّكَانٗاۖ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا تَصِفُونَ
Mereka berkata, “Jika dia mencuri, maka sungguh sebelum itu saudaranya pun pernah pula mencuri.” Maka Yusuf menyembunyikan (kejengkelan) dalam hatinya dan tidak ditampakkannya kepada mereka. Dia berkata (dalam hatinya), “Kedudukanmu justru lebih buruk. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu terangkan.”
-Surah Yusuf, Ayah 77
👤 Kang Rendy Noor
menyembunyikannya ding, hehe…
Maka Yusuf menyembunyikannya di dalam dirinya.. _Fa asarraha yusufu fii nafsihi_
👤 Mas Agung
Jadi inget video ustad NAK yang ini. Contoh paling ekstrim mungkin kasusnya Nabi Yaqub yang terus menyimpan kesedihannya bertahun-tahun, sehingga ketika Benyamin yang hilang, anaknya hilang lagi, yang pecah dan langsung diinget lagi justru Nabi Yusuf.
👤 Kang Rendy Noor
Kalau yang pernah saya baca di Anger Management jadi ada emosi dan ada reaksi emosi. Emosi itu wajar dimiliki manusia. Seperti senang, sedih, marah, kesal, takut.
Tapi reaksi emosi itu berbeda. Kalau emosi marah, reaksi emosinya teriak-teriak atau reaksi emosinya banting pintu. Nah, kita gak akan dihisab karena emosi, tapi kita dihisab karena rekasi emosi kita. Sepemahaman saya sih gitu.
Nabi Yusuf iya kesal, tapi reaksi emosinya dia menyembunyikan kekesalannya dengan menyembunyikan di dalam dirinya. Berbeda dengan Nabi Musa, reaksi emosinya dengan menarik janggut Nabi Harun
Nabi Yaqub kesal karena anaknya ngebikin Bunyamin hilang juga, reaksi emosinya itu Nabi berpaling dari anak-anaknya.
Jadi kalau menurut saya, Allah sendiri di dalam Al Qur’an ngasih contoh reaksi emosi ada yang ditampakkan, seperti Nabi Musa, dan ada yang disembunyikan seperti Nabi Yusuf.
_there is so much thing mirroring in the story of Yusuf and Musa_
👤 Mba Vivin
Iya boleh mas 🙏🏻
👤 Mba Vivin
Jazakallah khoir pak.. yg membuat sy blm paham jg kenapa dlm konteks berdoa qs al A’raf ga pake kata israf juga ya?
👤 Mba Melina S
Bismillah, izin menanggapi
Sepertinya israf (سرف) memang berlebih2an dalam berbagai hal. Dalam AlQuran kata ini disebut 19 kali diantaranya terkait Firaun, kaum Lut, makan minum, harta, dst.
Kalau mubazir (بذر) hanya dua kali di ayat yg berurutan, yaitu terkait harta.
Jadi meski sama2 menghambur2kan, sepertinya memang israf cakupannya lebih luas.
Al-‘Araf 55 tidak menggunakan kata سرف ataupun بذر, tapi menggunakan kata mu’tadiin, akar katanya عدو, yang lebih sering diartikan musuh.
Kalau Sahih International mengartikan mu’tadiin dalam ayat ini sebagai ‘transgressors.’ Barangkali ini lebih masuk mengingat konteksnya adab berdoa’. Jadi mu’tadiin itu transgressors atau mereka yang melanggar adab berdoa’?
Wallahu ‘alam.
👤 Pak Heru
[Images] << cek di grup wa/telegram NAKID
Wah … pas …
👤 Mba Vivin
Alhamdulilah tercerahkan 🥺 jazakumullah khoir
👤 Pak Andi Pratama
ISLAM AGAMA YANG SEIMBANG & QUR’AN SEBAGAI OBAT BAGI SEMUA PENYAKIT HATI
_(Pelajaran dari Video SSS minggu ini)_
Saat awal mulai belajar Islam, saya ingat salah satu buku ulama yang paling banyak saya baca adalah dari Syaikh Yusuf Qardhawi rahimahullah. Salah satu bukunya yang masih sangat berkesan adalah yang berjudul Karakteristik Islam. Salah satu sifat Islam yang dibahas di buku ini adalah sifat Al-Wasthiyyah (moderat, seimbang). Nah, video di atas mengingatkan saya kembali terutama tentang menonjolnya sifat al-Wasthiyyah ini.
Kajian surat Yusuf dari Ustadz Nouman yang sangat detail tentang kisah terbaik sepanjang masa, banyak memberi tambahan ilmu yang sangat berharga tentang bagaimana penerapan sifat moderat/seimbang ini melalui contoh-contoh nyata orang-orang terbaik sepanjang masa, para nabi dan rasul, khususnya Nabi Yaqub as dan nabi Yusuf as.
Sebagai seorang dokter, saya sering merenung dan melihat kesamaan metode Islam mengobati berbagai penyakit di hati dengan metode yang mirip dengan seorang dokter yang mengobati pasien-pasien dengan penyakit di jasmaninya. Islam melihat bahwa emosi-emosi yang negatif (marah, kecewa, sedih, benci, dll) sebagai emosi yang wajar dirasakan oleh setiap mukmin; seperti juga rasa nyeri dan tidak nyaman yang dirasakan seseorang yang sedang terkena penyakit.
Misalnya ketika seseorang ditimpa musibah atau dizalimi oleh orang lain, Islam memberikan panduan bahwa boleh saja kita merasa marah, sedih, kesal, kecewa, bahkan benci kepada yang menzalimi (terutama perbuatan zalimnya). Surat Yusuf mengajarkan kita bahwa para nabiullah juga merasa marah, kecewa, kesal, dan sedih bahkan sampai taraf kehilangan penglihatannya karena terlalu banyak menangis. Tapi Islam mengajarkan juga agar emosi-emosi tersebut tidak berlebihan, dengan tolak ukur yang objektif, yaitu tidak sampai menyebabkan kita melakukan perbuatan yang tidak disukai oleh-Nya; malah kalau bisa makin mendekatkan kita kepada Allah SWT.
Tidak berhenti sekedar memberikan panduan agar tidak berlebih-lebihan dalam mengelola emosi (negatif maupun positif), Islam juga memberikan panduan bagaimana agar emosi-emosi tersebut tidak sampai berlebihan. Uniknya, cara (baca: obat) yang ditawarkan sangat beragam, dan setiap muslim dipersilakan menggunakan salah satu atau lebih obat yang tersedia.
Misalnya ketika ditimpa musibah, seseorang wajar saja merasa sedih, kecewa, mungkin sedikit marah terhadap orang-orang yang dianggap berperan pada terjadinya musibah tersebut. Bagaimana obat-obat yang ditawarkan oleh Islam untuk mencegah agar emosi-emosi negatif tadi tidak sampai berlebihan?
Salah satu obat yang ditawarkan, misalnya:
_“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”_ (QS. At Taubah:51)
Masih berkaitan dengan takdir, Islam juga menyediakan obat untuk umatnya untuk mencoba melihat musibah dari sudut pandang yang berbeda:
_“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”_ (QS. Al Baqarah: 216).
Atau mungkin orang lain lebih cocok dengan obat yang menumbuhkan optimisme seperti:
_“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.”_ (QS. Al-Insyirah: 5)
Islam juga menawarkan obat yang lain, yang mungkin lebih cocok untuk hamba-Nya yang memiliki sifat yang berbeda:
_“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”_ (QS. Az Zumar: 10).
Ada “obat” yang mencegah emosi berlebihan justru dengan mengajak kita untuk instropeksi:
_“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.”_ (QS. Asy Syura: 30).
Atau bahkan diingatkan agar lebih fokus pada nikmat-nikmat-Nya yang jauh lebih banyak, dan rasa syukur tadi malah bisa jadi jalan keluar dari musibah yang sedang menimpa:
_Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhny
a jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah kepadamu…”_ (QS Ibrahim 7)
Kadang saya sering ditanya pasien, obat nyeri apa sih yang paling bagus? Apakah yang harganya paling mahal? Atau anti nyeri yang paling baru dan baru beredar di pasaran? Atau yang dosisnya paling besar?
Dari pengalaman praktek sehari-hari, ternyata obat nyeri yang paling cocok untuk setiap orang bisa sangat berbeda dan bervariasi. Seringkali ada pasien yang sangat cocok dengan obat yang harganya sangat murah, setelah dengan obat-obatan anti nyeri yang paling mahal, nyerinya justru tidak banyak berkurang.
Buat saya pribadi, obat yang paling cocok untuk hampir setiap kesulitan hidup, adalah cara terakhir, dengan banyak bersyukur, lebih fokus pada nikmat-nikmatnya dibanding sedikit kesulitan hidup di dunia; cara yang terus terang baru saya pahami lebih mendalam lewat kajian-kajian ustadz Nouman. Mungkin tiap orang lebih cocok dengan obat anti nyeri yang lain, nggak masalah juga. Di situ malah terletak keindahan dan kesempurnaan Islam.
_”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat (kasih sayang) bagi orang-orang yang beriman.”_ (QS Yunus 57).
Oh iya, panduan agar tidak berlebihan mengelola emosi ini saya rasakan sangat bermanfaat lho di era medsos seperti sekarang, ketika tokoh-tokoh yang KTP-nya Islam justru membuat pernyataan yang sangat menyakitkan hati dan membakar ghirah keIslaman kita (khususnya saya pribadi). Boleh benci, silakan marah, mangga kalo mau kesal, tapi jangan sampai berlebihan. Allah Maha Menyaksikan dan Maha Bijaksana. Moga-moga membaca postingan-postingan yang menyakitkan tadi malah membuat kita makin dekat dengan Allah, salah satunya dengan banyak mendoakan keselamatan kaum muslimin dan meminta hidayah saudara-saudara kita yang belum tersentuh ajaran Islam yang sempurna ini.
Semoga bermanfaat.
Wallahu’alam bishowwab.