بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-147
Topik: Leadership
Ahad, 15 November 2020
Materi VoB Hari ke-147 Pagi | Tabattal Ilayhi Tabtiilaa
Oleh: Icha Farihah
#SundayLeadershipWeek21Part1
Part 1
وَٱذۡكُرِ ٱسۡمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلۡ إِلَيۡهِ تَبۡتِيلٗا
“Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.” (QS Al-Muzzammil, 73: 8)
Ayat ini menceritakan tentang perintah kepada Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa salam untuk meninggalkan urusan dunia dan beribadah kepada Allah di malam hari.
Saat membaca terjemahannya, sekilas mungkin kita merasa biasa saja dan tampak tidak ada yang aneh.
Tapi, nyatanya, ayat ini sangat unik dan menarik, terutama pada frasa tabattal ilayhi tabtiilaa.
Mari kita cermati.
Dalam bahasa Arab, penggunaan frasa tabattal ilayhi tabtiilaa adalah sesuatu yang tidak biasa.
Alih-alih mengatakan tabattal ilayhi yang artinya menyendiri, berfokus, dan beribadahlah kepada Allah, ayat ini menambahkan kata tambahan tabtillaa.
Biasanya di dalam bahasa Arab asli, lebih sering dikatakan battil nafsaka ilayhi tabtiilaa atau tabattal ilayhi tabattulaa.
Keberadaan kata ekstra berupa tabtiilaa bukanlah sesuatu yang diharapkan dalam tatanan bahasa Arab.
Kata tabtiilaa merupakan sebuah diksi yang berbeda dan tidak lazim.
***
Walaupun kita tidak membahas pelajaran bahasa Arab pada sesi Leadership, kita tetap perlu mengetahui penjelasan singkat tentang makna dari frasa ini supaya kita bisa mengambil hikmah dan keutamaannya.
Di dalam bahasa, terdapat beberapa kata yang memiliki makna bahwa sebuah perbuatan atau aksi memberikan efek pada diri sendiri.
Dan ada juga kata yang maknanya adalah perbuatan atau aksi dapat memberikan efek pada orang lain.
Contohnya,
Saya duduk di kursi. Siapa yang mendapatkan efek dari aksi duduk tersebut? Saya sendiri.
Saya tidur. Siapa yang mendapatkan efek dari aksi tidur tersebut? Diri saya sendiri.
Semua aksi itu berefek pada diri sendiri.
Sedangkan contoh kebalikannya,
Saya mengajar. Siapa yang mendapatkan efek dari aksi mengajar tersebut? Para murid.
Saya membuat anak itu tertidur. Siapa yang mendapatkan efek dari aksi tersebut? Si anak.
Aksi-aksi tersebut berefek kepada orang lain.
Orang-orang yang belajar grammar bahasa Arab menyebutnya sebagai laazim dan muta’addy.
Sedangkan kalau di dalam bahasa Inggris, istilah yang digunakan adalah intransitif dan transitif.
Intransitif adalah sesuatu yang memberikan efek pada diri sendiri.
Transitif adalah sesuatu yang memberikan efek pada orang lain.
***
Kembali kepada frasa tabattal ilayhi tabtiilaa.
Dalam bahasa Arab, kata pertama (tabattal) memiliki makna sebagai sesuatu yang berefek pada diri sendiri.
Sedangkan, kata kedua (tabtiilaa), kata yang unik dan tidak biasa digunakan, memiliki makna memberikan efek pada orang lain.
Jadi, di dalam ayat ini, ketika kita menyendiri, memilih fokus, dan beribadah kepada Allah di keheningan malam.
Siapa yang mendapatkan efek dari aksi tersebut? Jawabannya adalah diri kita sendiri.
Tapi, secara definisi, dengan adanya tambahan kata tabtiilaa, bukan hanya diri kita sendiri saja yang mendapatkan efek dari aksi tersebut.
Orang lain juga mendapatkan efeknya.
Allah mengombinasikan kedua makna ini ke dalam satu frasa. Tabattal ilayhi tabtiilaa.
Satu bagian dari frasa ini adalah tentang diri kita sendiri. Dan satu bagian lainnya adalah tentang orang lain.
Hal ini sangat menarik.
Mungkin jika tanpa penjelasan di atas dan hanya membaca terjemahannya, kita tidak tahu makna mendalam dari tabattal ilayhi tabtiilaa.
Menurut ustaz Nouman, menerjemahkan frasa ini ke dalam bahasa Inggris (atau Indonesia) hanya dengan satu kata/kalimat adalah suatu hal yang sulit.
Bagaimana penjelasan berikutnya?
Bersambung ba’da zhuhur in syaa Allaah.
***
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Leadership > 04. Leadership Workshop (04:30 – 06:30)
***
Materi VoB Hari ke-147 Siang | Tabattal Ilayhi Tabtiilaa 2
Oleh: Icha Farihah
#SundayLeadershipWeek21Part2
Part 2
***
Menyendiri dan fokuslah kepada Allah dengan cara-cara yang membuat orang lain juga tertarik untuk mengikuti.
Begitu sekiranya terjemahan yang tepat untuk frasa tabattal ilayhi tabtiilaa dari Surat Al-Muzzamil ayat 8.
Allah ta’ala meminta Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa salam untuk memimpin dengan memberikan contoh sehingga ketika Sang Rasul menyendiri dan berfokus kepada Allah ta’ala, orang lain terinspirasi dan ikut melakukannya juga.
Dengan demikian, aksi menyendiri dan berfokus kepada Allah tidak hanya memberikan efek pada Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa salam saja, melainkan juga pada orang lain di sekitarnya.
***
Hal yang indah lagi dari kata tabattal atau bisa disejajarkan dengan tafa”al adalah penggunaan pola yang disebut dengan tafa”ul.
Pola ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang bersifat progresif. Yaitu, dari sesuatu yang kecil semakin bertumbuh dan berkembang menjadi besar terus-menerus.
Agar lebih memahami konsep ini, ustaz memberikan contoh kata lain.
Ta’allama, artinya belajar.
Ketika kita belajar, apakah ada sesuatu yang meningkat dari diri kita?
Jawabannya ada.
Pengetahuan dan pemahaman kita tentang sesuatu meningkat.
Kesadaran kita tentang suatu cabang ilmu yang kita pelajari juga meningkat.
Dan apresiasi kita terhadap suatu hal menjadi lebih mendalam.
Ketika kita mengatakan ta’allam pada seseorang artinya kita meminta mereka untuk bertumbuh dan berkembang.
Contoh lainnya, tathowwur artinya berkembang terus-menerus
Saat kita melakukan tathowwur yang terjadi adalah kita memberikan kemajuan kepada diri kita sendiri.
Begitu juga dengan talaqqi. Secara definisi artinya kemajuan, bergerak ke depan.
Pola ini menunjukkan bahwa semakin kita terlibat di dalam suatu hal, maka semakin jauh kita mendapatkannya.
Selain itu, kata tabattal juga berbeda dengan ubtul (sama-sama bentuk amr), meskipun maknanya bisa sama.
Kata tabattal lebih menggambarkan sebuah peningkatan dan kemajuan secara terus menerus untuk diri kita sendiri ketika kita menyendiri dan berfokus pada Allah.
***
Adapun kata tabtiil memberikan efek kepada orang lain.
Kata ini digunakan dalam bahasa Arab pada kasus-kasus yang ekstrim. Yaitu, ketika seseorang mencapai puncak dari suatu hal.
Istilah bahasa Arabnya adalah sighatul mubalagah. Contohnya adalah taf’iil. Sejajar dengan tabtiil.
Jadi, seiring dengan fokusnya kita pada diri sendiri, kemajuan kita akan bertambah terus-menerus dan kita juga akan menginspirasi orang lain untuk melakukan aksi atau perbuatan yang sama. Dan mungkin aksi mereka dapat melampaui diri kita.
Kita akan mencetak orang-orang yang unggul dan berkualitas sebagai hasil dari insipirasi yang mereka dapatkan dari diri kita.
Satu frasa ini seperti menunjukkan tentang Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa salam yang memimpin dengan memberikan teladan dan termaktub dalam kata tabattal.
Dan Rasulullaah shalallaahu ‘alayhi wa salam juga menghasilkan teladan-teladan hebat, role model unggul pada sosok para sahabat yang digambarkan pada kata tabtiil.
Melalui kata antara tabattal dan tabtiil saja, kita sudah dapat mendapatkan hikmah dan keutamaan tentang seluruh warisan dari Rasulullah shalallaahu ‘alayhi wa salam.
Satu frasa yang sangat luar biasa.
Kemudian, bagaimana implementasinya bagi umat Islam saat ini?
Bersambung ba’da ashar in syaa Allaah.
***
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Leadership > 04. Leadership Workshop (06:30 – 09:10)
***
Materi VoB Hari ke-147 Sore | Fokus
Oleh: Icha Farihah
#SundayLeadershipWeek21Part3
Part 3
****
Banyak dari muslim yang memberikan usaha ekstra untuk berdakwah di jalan Allah. Baik di masjid, sekolah, organisasi Islam, organisasi amal, maupun wadah dakwah lainnya.
Setiap dari mereka memiliki tujuan masing-masing agar dakwahnya dapat berkembang.
Dalam perjalanan mencapai tujuan itu, terkadang muncul keluhan-keluhan seperti,
“Kenapa tidak ada yang mau menolong kita, ya?”
“Kenapa orang-orang tidak bergabung ke acara kita? Padahal ini kan untuk Allah.”
“Kenapa kita tidak mendapatkan dukungan yang layak seperti organisasi lainnya?”
Keluhan-keluhan itu bermunculan dan ramai di antara kita.
Umat muslim menjadi sangat terkenal dalam hal mengeluh.
Kita mengeluh tentang kurangnya dukungan, kurangnya relawan, kurangnya dedikasi, kurangnya kekuatan, kurangnya konsistensi, dan lain-lain.
Keberadaan ayat 8 dari surat Al-Muzzamil ini nampak menjadi sebuah jawaban dari permasalahan yang dihadapi umat Islam saat ini.
Jika kita sebagai individu menampilkan sebuah sikap fokus yang terus menerus meningkat dari waktu ke waktu dalam melakukan suatu pekerjaan. Dan pekerjaan tersebut memiliki sebuah nilai yang berharga.
Maka yang terjadi adalah akan ada orang-orang yang secara alami mengulurkan tangannya untuk menawarkan bantuan.
Mereka mendapatkan inspirasi dari apa yang kita kerjakan.
Mereka akan menghampiri dan mengatakan hal-hal seperti,
“Saya ingin ikut membantu project ini.”
“Saya senang melihat apa yang Anda kerjakan, saya juga ingin terlibat secara aktif.”
“Bagian mana yang masih membutuhkan relawan? Saya bersedia untuk bergabung.”
Alih-alih menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari bantuan dalam menjalankan sebuah program dakwah, kita sebenarnya tinggal fokus kepada apa yang perlu dikerjakan.
Karena dengan begitu, kita secara tidak langsung membalikkan proses yang ada: dari yang sibuk mencari pertolongan menjadi tempat yang selalu mendapat tawaran bantuan.
***
Selanjutnya, masih berkaitan dengan hikmah dan manfaat dari ayat 8 Surat Al-Muzzamil, Ustaz Nouman akan membagikan pengalaman bisnis dan apa saja yang perlu diperhatikan dalam menjalankan sebuah organisasi dakwah.
Bersambung in syaa Allah pekan depan.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Leadership > 04. Leadership Workshop (09:10 – 10:52)
***
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah