بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-151
Topik: Divine Speech
Kamis, 19 November 2020
Materi VoB Hari ke-151 Pagi | Hati yang Normal vs Hati yang Ekstrem
Oleh: Wina Wellyanna
#ThursdayDivineSpeechWeek22Part1
Part 1
Taqolub yang merupakan kata dasar dari qalb berarti merubah, seperti hati yang memang diciptakan Allah mudah berubah.
Dalam Al-Qur’an ada dua kata untuk mewakili hati, yaitu qalb (قلب) dan ada fuad (فؤاد).
Perasaan di hati bisa berubah, emosi pun berubah-ubah. Qalb atau hati.
Fuad berasal dari faada artinya memanggang daging di api yang menyala-nyala, sama seperti hati yang sedang berapi-api.
Ketika kita sedang sangat bersemangat atau ketika sedang sangat amat marah atau sangat khawatir atau sedang sangat berani atau sedang sangat bahagia, kondisi yang ‘sangat’ atau kondisi yang ekstrem ini Allah menggunakan kata fuad untuk menggambarkan hati.
Sedangkan ketika hati kita sedang dalam kondisi biasa atau normal, Allah menggunakan kata qalb.
Seperti dalam QS Al-Isra ayat 36:
innas-sam’a wal-baṣara wal- fu`āda kullu ulā`ika kāna ‘an-hu mas`ụlā
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Pada hari kiamat, pendengaran akan dimintai pertanggungjawaban telah mendengar apa saja, penglihatan akan ditanya melihat kemana saja, dan hati…hati akan ditanya mengenai apa tepatnya? Kemudian hati yang bagaimana? Apakah hati yang qalb atau hati yang fuad?
👂👁👁❤️
Dalam surat Al-Isra ayat 36 Allah menggunakan fu’ad untuk hati, karena Allah meminta pertanggungjawaban hati yang sedang dalam kondisi ‘sangat’.
Kemudian ustaz bercerita, di Amerika ada profesi psikologi medis atau psikologi klinik, dua profesi ini officially juga diterapkan sebagai bahan pertimbangan atas kasus-kasus yang masuk ke pengadilan di Amerika Serikat.
Alkisah, ada pengemudi yang mengendarai mobilnya diatas 120 km/jam mungkin terinspirasi the fast and the furious.
Kecepatan yang melebihi batas normal membuat polisi mengejar mobil ini, dan terjadi kejar mengejar, ketika akhirnya berhasil memberhentikan pengemudi ini, Pak Polisi ternyata memukuli pengemudi tersebut, dan semua kejadian ini direkam sehingga menjadi viral.
Tindakan brutal ini menyebabkan polisi tersebut dituntut ke pengadilan, sang pengacara polisi ini kemudian memberi pembelaan bahwa :
“Kondisinya kan setelah mengebut mengejar pengemudi, membuat adrenalin klien saya meningkat, adrenalin ini memicu reaksi kimia di otak, sehingga mengakibatkan tindakan klien saya menjadi lebih agresif.”
“Kesimpulannya, pemukulan ini bukan salah klien saya, tapi karena reaksi kimia di otaknya yang disebabkan adrenalin tersebut, jangan menyalahkan klien saya, ia tidak bertanggung jawab atas reaksi kimia di otaknya.”
Ummm, baiklah.
🙄🙄🙄
Ada contoh lain lagi.
(bersambung insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da Zhuhur)
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 04. What Does Allah See in You (41.40 – 45.05)
Materi VoB Hari ke-151 Siang | Salahkan Saja ‘Fuad’
Oleh: Wina Wellyanna
#ThursdayDivineSpeechWeek22Part2
Part 2
Terkadang kita mengalami hari yang sangat melelahkan di kantor, setelah itu masih harus menghadapi macetnya jalanan 🤯.
Tiba di rumah menjadi super bad mood.
😠
Masalahnya, ketika bad mood orang-orang di rumah yang biasanya terkena akibatnya.
Saat menyambut suaminya di depan pintu, si istri yang sudah berdandan sangat menarik, menyiapkan makanan kesukaan suaminya, malah menerima cibiran suaminya yang sedang bad mood:
“Garam lagi mahal ya?, sampai gak berasa asin begini makanannya” dengan nada sinis.
“Siapa yang minta air putih? Saya mau jus jeruk” dengan nada ketus
“Ngapain sih melepas kacamata? Enggak bikin kamu tambah menarik tau” dengan kejamnya.
Karena kesal, istrinya menjawab
“Iya, tapi melepas kacamata saya membuat kamu terlihat lebih menarik”
😤
Kemudian terjadi pertengkaran antara suami istri tersebut.
Untuk menenangkan diri, suaminya pergi dari rumah dan baru kembali setelah dua jam.
Setelah kembali ke rumah, suaminya menjadi lebih lembut dan telah menyadari perbuatan kasarnya kepada istrinya.
Ia merayu istrinya.
“Sayangku, maaf ya, tadi di kantor aku mengalami hal yang menyebalkan, mana bos marah-marah, habis itu kamu tau tidak? Jalanan macet banget, aku sungguh lelah sekali menyetir”
“Yang barusan marah-marah itu sebetulnya bukan aku, tapi si fuad.” 😏
“Yang berbicara sekarang ini aku yang asli.”
😅
(bersambung insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da Ashar)
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 04. What Does Allah See in You (45.05 – 48.00)
Materi VoB Hari ke-151 Sore | Selamat Tinggal Alasan
Oleh: Wina Wellyanna
#ThursdayDivineSpeechWeek22Part3
Part 3
Ada dua poin yang bisa kita simpulkan dari kisah yang telah dicontohkan, mungkin pernah kita berperilaku buruk, berkata kasar, mengumbar kemarahan, atau terlalu bergembira sehingga melakukan hal konyol, dan kemudian kita menyangkal
“Waktu itu saya lagi marah banget, itu bukan saya yang sesungguhnya loh”
“Waktu itu saya lagi enggak mood, jadi jangan baper ya”
Padahal ketika marah, seseorang biasanya mengatakan hal-hal yang dia sendiri enggak bermaksud mengatakannya, tapi sayang ini biasanya tersadar setelah kelepasan.
Atau seseorang ketika lagi sangat bersemangat suka melakukan hal-hal diluar kebiasaannya atau berjanji hal yang sulit ia tepati.
Tapi mereka yang menjadi korban harus memaklumi kondisi ekstrem pelaku saat itu, karena menghakimi pelaku dalam kondisi ekstrem, enggak adil katanya.
“Yah gimana ya, itu bukan qalb saya, tapi saat itu fuad saya yang bereaksi”
Dan Allah mengatakan semua akan diminta pertanggungjawaban pada pengadilan-Nya.
Termasuk pertanggungjawaban si fuad, yang katanya disebabkan reaksi kimia di otak sehingga memunculkan perilaku ekstrem.
Kelak, Allah akan mengadili pendengarannya, penglihatan dan fuad atau hati ekstrem hamba-Nya.
Hal ini mungkin terjadi pada seorang Ayah yang sangat marah pada putranya, berteriak memaki, menghina putranya, sampai putranya menangis di kamarnya.
Ibunya kemudian datang dan berusaha menghibur.
“Ayahmu kadang-kadang memang seperti itu, tapi dia sangat mencintaimu, enggak apa-apa ya, Nak”
Pada pengadilan Allah kelak, ‘kadang-kadang memang perilakunya ekstrem begitu’ adalah alasan yang tetap harus dipertanggungjawabkan.
Pada pengadilan Allah kelak, ‘reaksi kimia di otak menyebabkan perilaku melakukan tindak kejahatan terhadap orang lain’ tetap akan diminta pertanggungjawabannya.
Ada seorang anak muda yang memiliki kondisi mudah sekali tersulut emosinya, dan mengatakan
“Yah, saya kalau udah marah, marah banget, kaya Hulk gitu lah, bro, jadi maklumin aja ya kalau nanti begitu.”
Menyalahkan si fuad lagi.
Poin penting dari ayat 36 surat Al-Isra ini adalah, kita tidak bisa menyalahkan emosi ekstrem kita (fuad) untuk membenarkan perilaku buruk kita.
“Aku sangat takut waktu itu, jadi aku berbohong.”
Tet Tot. ❌
“Waktu itu aku lagi sangat marah, jadi aku bilang aku membencimu”
Oh tidak bisa.
Subhanallah.
Al-Qur’an sudah menganalisa perilaku manusia yang memiliki kecenderungan menyalahkan emosi ekstrem mereka.
Kalaulah qalb yang Allah sebut pada ayat 36 surat Al-Isra, kita bisa saja beralasan, tapi ini fuad yang Allah sebut, jadi ya selamat tinggal segala alasan.
(bersambung insyaa Allaahu ta’aalaa minggu depan)
Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 04. What Does Allah See in You (45.05 – 50.58)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
[…] المصدر: [VoB2020] Hati yang Normal vs Hati yang Ekstrem – Nouman Ali Khan Indonesia […]
LikeLike