[VoB2020] Condong pada Kesesatan


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-150

Topik: Pearls from Ali Imran

Rabu, 18 November 2020

Materi VoB Hari ke-150 Pagi | Condong pada Kesesatan

Oleh: Indri Djangko

#WednesdayAliImranWeek22Part1

Part 1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Seseorang dengan gelar keilmuan yang tinggi akan cenderung penasaran dengan jawaban atas sesuatu.

Ustad sering didatangi orang-orang yang ingin menunjukkan kontradiksi, kontroversi, ataupun kisah Yesus dalam Al-Qur’an.

Mereka merasa sangat terganggu dengan hal-hal itu.  Bahkan mungkin sampai tidak bisa tidur nyenyak di malam hari, saking kepikiran-nya.

Mereka datang dengan harapan akan mendapat jawaban Ustad. Gayung tidak bersambut, Ustad tidak memberi jawabannya.

Ustad juga bertanya-tanya pada diri beliau, mengapa beliau tidak merasa terganggu dengan kontroversi-kontroversi itu. 

Tapi melalui pertanyaan-pertanyaan itu, ustad melihat kesempatan yang-bukan untuk menjawab-tetapi untuk mengubah cara berpikir.

Rasa penasaran dan pertanyaan-pertanyaan kontroversi ini mengindikasikan zayghun fil qalb (condong pada kesesatan). 

Sedangkan rusukh fil ‘ilmi berarti kita sudah tidak peduli dengan pertanyaan-pertanyaan tertentu yang tidak esensial.

Ayat ke-7 QS Ali ‘imran ini memberi isyarat petunjuk yang indah untuk kita. 

Ketika kita menempatkan diri dikelilingi orang-orang yang menyelami Kitab Allah dengan alasan yang benar, maka pertanyaan tidak esensial menjadi tidak relevan bagi kita. Udah ga penting lagi.

Ketika kita dikelilingi orang-orang yang rusukh fil ilm, dan kita ‘tertular’, maka hati kita akan merasa ringan. 

Mengenai zayghun, ia berarti al-mayl ilaa syay’in. Ketika suatu hal mengalami penyimpangan, pada titik tertentu sesuatu tersebut pernah lurus. 

Sama seperti orang yang belajar Al-Qur’an dengan tulus, pada titik tertentu akan ada kemungkinan garis kita sedikit melengkung, jalan kita sedikit membelok.

Zayghun pada QS ‘Ali Imran:7 diawali dengan  

فَاَمَّا الَّذِيۡنَ فِىۡ قُلُوۡبِهِمۡ , 

Allah memberikan jawaban pada ayat ini, bahwa ‘Zayghun’, kecondongan pada kesesatan bukan terletak pada keingintahuan intelektual, tetapi mengindikasikan masalah spiritual, yang terletak pada hati kita.

***

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Ali Imran > 03. ‘Ali ‘Imran – Ayah 7-9 Ramadan 2018 (51:25-54:10)


Materi VoB Hari ke-150 Siang | Ulul Albab: Sebuah Pengantar

Oleh: Indri Djangko

#WednesdayAliImranWeek22Part2

Part 2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Pernah dengar Ulul Albab? Biasanya identik dengan generasi, atau mungkin pernah dengar nama masjid Ulul Albab? 

Nah, di akhir ayat ke 7 QS ‘Ali Imran ini terdapat kata Ulul Albab juga. 

Di part sebelumnya tadi kita sempat menyinggung tentang penyimpangan, sebagai terjemahan dari istilah yang Ustad gunakan yaitu ‘Deviation’.

Sebelum berbicara tentang Ulul Albab, mari kita simak penjelasan Ustad tentang orang-orang yang menyimpang, atau yang mengalami penyimpangan. 

Sesuatu bisa dikatakan membelok atau melakukan simpangan ketika sebelumnya pernah ‘on the track’. Pernah ada dalam jalur yang semestinya.

Begitu juga dengan ‘zayghun’ yang sempat kita bicarakan sebelumnya.

Orang-orang yang menyimpang dari Al-Qur’an justru bisa datang dari yang sebelumnya banyak belajar tentang Al-Qur’an.

Golongan ini terobsesi dengan hal-hal ambigu yang mereka temukan saat belajar, kemudian menjadikan ambiguitas tersebut sebagai fokus mereka. 

Membawa konsep tersebut dimana pun mereka berada.

Dari sudut lain, orang-orang ‘rasikhun fil ilmi’, ketika bertemu dengan pertanyaan kontroversial tentang Al-Qur’an akan menyadari obsesi tersebut bukan masalah akal, bukan masalah ilmu, tetapi masalah hati.

Potensi terjerumus ambiguitas ini akan memandu para ‘rasikhun fil ‘ilmi’ ini untuk berkata 

āmannā bihī kullum min ‘indi rabbinā

“Kami beriman (kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat), semuanya itu dari sisi Tuhan kami”.

Lalu kalimat terakhir ayat ke-7 ini menyebut Ulul Albab, wa mā yażżakkaru illā ulul-albāb.

Kata ‘Maa’ ditujukan sebagai mubalagh. Artinya tidak ada seorang pun yang bisa mengingat pelajaran yang dalam ini, kecuali mereka yang memiliki pikiran yang jernih,

atau biasanya di Al-Qur’an terjemahan Indonesia sering disebut orang-orang yang berakal.

Pelajaran pada ayat 7 tentang ayat muhkamat dan ayat mustayabihaat akan sangat mudah dilupakan. 

Wa maa yadzdzakkaruu illa ulul albab, adalah  kalimat yang sangat kuat bahwa petunjuk pada ayat ini tidak dapat diingat dengan mudah. Sangat mudah dilupakan. 

Tentang Ulul Albab, Ustad menjelaskan, ada orang-orang yang punya ‘ilm, dan ada yang punya lubb. Ulul Albab adalah orang yang memiliki lubb.

Apa itu lubb? Lubb adalah pikiran yang sehat, tidak mudah terganggu, mengetahui dengan pasti apa yang dibutuhkannya. 

Seseorang yang memiliki lubb mempunyai tujuan dan mampu berpikir jernih.

oh ya, Allah mengenalkan orang-orang yang memiliki lubb pada ayat ini, dan di akhir QS ‘Ali Imran, Allah menjelaskan siapa mereka. 

Ustad akan menjelaskan lebih jauh soal dua tempat penyebutan Ulul Albab ini di waktu yang lain, tapi Ustad memberikan sedikit informasi.

Apa itu?

.

***

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Ali Imran > 03. ‘Ali ‘Imran – Ayah 7-9 Ramadan 2018 (54:10-56:20)


Materi VoB Hari ke-150 Sore | Laa Tuzigh Quluubanaa

Oleh: Indri Djangko

#WednesdayAliImranWeek22Part3

Part 3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mengetahui bahwa para pencari ilmu Al-Qur’an juga berpotensi melakukan penyimpangan dan terjerumus ambiguitas pasti membuat kita takut, kan? 

Bagi orang-orang yang dewasa menyikapinya, akan memilih untuk beribadah lebih serius kepada Allah. 

Di sesi terakhir untuk hari ini, mari kita menyelami makna salah satu doa,

Yang terdengar familiar, tapi maknanya mungkin sering luput dari perhatian kita.

Rabbana laa tuzigh qulubanaa

“Ya Allah, jangan biarkan hati kami menyimpang”

Ba’da idz hadaytana.

“Setelah (momen) engkau menuntun kami.”

Doa ini menggunakan kata ‘ba’da idz hadaytana’, bukan ‘ba’da an hadaytana’.

Dan ternyata, kata ‘idz’ ini membawa perbedaan besar pada doa ini.

Kata ‘idz’ sesungguhnya menunjukkan moment tertentu dalam hidup kita. 

Seolah kita mengatakan, “setelah momen itu dimana Engkau menuntunku menuju kitab-Mu”.

“Setelah momen itu, ya Allah, jangan biarkan aku menyimpang lagi”.

“Aku ingat masa dimana aku menangis dan meminta petunjuk. Aku ingat saat aku berdoa dan bertobat kepada-Mu.”

“Saat-saat itu adalah saat Engkau menuntunku, maka jangan biarkan hatiku berpaling setelah itu”.

Kita pasti pernah merasa sangat dekat dengan Allah dibanding saat ini. 

Maka melalui kata ‘idz‘, kita perlu menghadirkan momen-momen berharga itu dan meminta kepada Allah untuk memperpanjang masa-masa itu. 

Jika dipahami maknanya, doa ini akan membawa kita kembali ke momen-momen keimanan kita yang paling tinggi. Dan meminta kepada Allah untuk ‘mengkalibrasi’ ulang hati kita kepada kondisi yang semestinya, yaitu dekat dengan Allah.

***

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > 03. Leadership Workshop (17:20-20:30)

👑🏡👨‍👧‍👧👑

***


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

One thought on “[VoB2020] Condong pada Kesesatan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s