بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-148
Topik: First Ayahs of Fatihah
Senin, 16 November 2020
Materi VoB Hari ke-148 Pagi | Baik Hati Tetapi Tidak Berkuasa
Oleh: Muchamad Musyafa’
#MondayAlFatihahWeek22Part1
Part 1
Sekarang kita sudah memasuki ayat ke 4 dari surat Al-Fatihah.
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
“Pemilik hari pembalasan.”
Ayat ini adalah ayat ketiga yang mengenalkan kepada kita siapa itu Allah ﷻ. Ada tiga ayat yang mengenalkan kepada kita siapa itu Allah ﷻ.
🔵 Yang pertama,
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
🟡 Yang kedua,
ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
🟢 Dan yang terakhir, yang ketiga,
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
Penting juga dipahami bahwa frasa alhamdulillah – segala puji dan syukur bagi Allah ﷻ – diutarakan karena adanya tiga sebab utama di atas. Karena Dia adalah rabbil ‘alamin. Karena Dia adalah arrahman dan arrahim. Karena dia adalah maliki yaumiddin. Secara tata bahasa, semua ini terhubung.
Ada sebuah cerita dari ustaz Nouman. Ceritanya dulu beliau pernah mengajar anak-anak di awal kariernya. Anak-anak prasekolah. Baginya, mereka adalah makhluk ciptaan Allah ﷻ paling menyusahkan di bumi ini. Ya tentu saja ini maksudnya bercanda.
Usia mereka 3-4 tahun, dan total ada 20 anak prasekolah waktu itu. Waktu itu, rasanya hidup seperti tidak berharga. Mereka membuat kekacauan dan Ustaz sama sekali tidak bisa mengendalikan mereka.
Sampai-sampai Ustaz berkata pada salah satu di antara mereka,
”Kamu ngapain, aku panggilin ayahmu lho?” 😣
Lalu anak kecil itu menjawab,
”Oke, aku kasih nomer ayahku sini.”. 🥰
Bisa bayangkan apa yang saudara rasakan ketika ada di posisi itu? Melongo? Kesal? Gemas?
Kemudian cerita melompat ke saat Ustaz mengajar matematika ke anak SD. Kelas 3 SD. Umur mereka berkisar 8 tahunan. Seharusnya kondisi lebih baik dibanding saat mengajar anak-anak prasekolah. Untuk mendapatkan perhatian anak-anak prasekolah, Ustaz cukup bernyanyi di depan kelas, melakukan sulap-sulap sederhana, atau melakukan hal-hal aneh lainnya.
Kepada anak SD ini, Ustaz sudah mencoba membacakan cerita, mengeluarkan koin dari telinganya, dan banyak hal nyeleneh lainnya, mereka tertawa-tawa sampai-sampai selama pelajaran hari itu ustaz tidak sempat mengajarkan pelajaran matematikanya. Ustaz berusaha mengambil hati anak-anak itu, berusaha menjadi teman mereka. Ketika mereka mulai menyukai Ustaz, maka ustaz baru akan mulai menyampaikan pelajarannya.
Pada hari ketiga berhadapan dengan murid SD itu, ustaz menyuruh anak-anak membuka buku mereka.
“Ayo anak-anak, buka buku pelajaran kalian!”
“Pak Guru, ayo keluarin koin dari kuping bapak lagi?”
Begitulah tanggapan mereka
“Ayo buka buku kalian, anak-anak!”
Tidak ada yang mau mendengarkan ucapan Ustaz. Semuanya saling berbicara sendiri dengan temannya.
Ada seorang anak yang berdiri di belakang kelas, dengan pensilnya ia mencorat-coret dinding. Ia memandang Ustaz lalu melanjutkan mencorat-coret dinding lagi.
Batinnya ustaz berkata, bagaimana anak kecil ini bisa meneruskan mencorat-coret dinding? Padahal ia sudah saling bertatap mata dengan Ustaz.
Anak kecil lain di sebelahnya berkata,
“Pak Guru lihatin kamu lho.”
Anak kecil yang pertama menjawab,
“Ya, tapi Pak Guru kan orangnya baik.”
Lalu ia lanjut mencorat-coret tembok lagi. Ustaz mengelus dada mendengar ucapan anak kecil itu.
Itulah sedikit cerita pembuka yang nantinya akan membantu kita memahami makna maliki yaumiddin
InsyaAllah berlanjut bada Dzuhur
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 04. Al-Fatiha
Materi VoB Hari ke-148 Siang | Budak dan Tuan
Oleh: Muchamad Musyafa’
#MondayAlFatihahWeek22Part2
Part 2
Sebelumnya sudah diceritakan pengalaman Ustaz saat menghadapi anak-anak prasekolah dan anak-anak SD. Mereka sangat susah diatur. Mereka tahu bahwa Ustaz adalah guru yang baik dan menyenangkan. Dari situ justru mereka menggampangkan perintah Ustaz. Mereka menganggap Ustaz tidak akan marah kepada mereka.
Berkaitan dengan surat Al-Fatihah ayat ke-empat. Ya, tentu saja kita akan membahas kaitan cerita di atas dengan apa yang disebutkan di surat Al-Fatihah ini.
Ketika seseorang diketahui sebagai orang yang memiliki rasa kasih sayang, penuh rasa kasih sayang, selalu diliputi rasa kasih sayang. Maka orang lain akan mulai berpikir,
”Ah, sebanyak apa pun kesalahan yang kuperbuat, ia akan tetap baik kepadaku. Ia orangnya baik hati, pemaaf, penyayang, pemurah hati.”
Bisakah kita melihat ada sesuatu yang bermasalah di sini?
Ketika Allah ﷻ diketahui memiliki rasa kasih sayang, penuh rasa kasih sayang, selalu diliputi rasa kasih sayang. Maka manusia akan mulai berpikir,
”Aku telah melakukan perbuatan dosa kemarin, tidak terjadi apa-apa pada diriku. Allah ﷻ sangat baik kepadaku. Dialah arrahman arrahim.”
Orang ini mulai berpikir bahwa ia bisa melakukan apa saja yang ia mau. Karena ia hanya berpikir Tuhannya sangat penyayang dan akan memaafkan semua dosanya. Ia mulai memanfaatkan sisi arrahman arrahim dari Tuhannya.
Ada satu cerita lagi, tapi kali ini cerita fiksi.
Tersebutlah seorang budak dan tuannya. Tentu saja seorang tuan disebut sebagai tuan ketika ia bisa memerintahkan apa pun kepada budaknya. Jika tidak, maka hubungan mereka bukanlah hubungan budak dan tuan.
Ceritanya seorang tuan ini berkata pada budaknya.
“Aku tidak akan menyuruhmu untuk melakukan banyak hal. Tapi ketahuilah bahwa aku menggambar garis perbatasan melingkar yang sangat besar di padang rumput ini. Kau bisa melakukan apa saja di dalam garis melingkar itu. Janganlah kau pergi keluar garis perbatasan. Jika kau perlu melewati batas garis perbatasan, aku akan menghukummu.”
“Oke Tuan, hal itu terlihat mudah bagiku.” kata budak itu.
Lalu budak itu hidup di dalam padang rumput itu dengan garis melingkar sebagai batasnya. Ia melakukan apa pun. Bercocok tanam di dalamnya, membangun rumah di dalamnya dan sebagainya selama itu masih ada di dalam garis perbatasan.
Suatu hari budak itu berada di dekat garis perbatasan. Ia melihat kepada tuannya. Saat itu tuannya sedang duduk di sebuah kursi memperhatikannya. Melihat budaknya ada di pinggir garis perbatasan, tuannya tidak berkata apa pun kepadanya.
Kemudian budak itu bermain-main di pinggir garis perbatasan, lalu tiba-tiba ia terjatuh. Badannya keluar ke garis perbatasan. Sesegera setelah ia terjatuh, budak itu ketakutan. Ia melihat lagi kepada tuannya. Dilihatnya tuannya tetap diam saja melihatnya.
Budak itu bangun dari tanah dan berkata,
“Maafkan aku Tuan, aku tidak sengaja.”
Keesokan harinya, budak itu melakukan hal yang sama. Ia pura-pura terjatuh sehingga badannya keluar dari perbatasan. Ia kemudian melihat ke arah tuannya.
Kira-kira apa yang akan terjadi pada budak itu?
insyaAllah berlanjut bada Ashar
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 04. Al-Fatihah – A Deeper Look (0:04:11 – 0:06:45)
Materi VoB Hari ke-148 Sore | Hukuman dari Tuan
Oleh: Muchamad Musyafa’
#MondayAlFatihahWeek22Part3
Part 3
Di kisah sebelumnya, budak itu akhirnya jatuh untuk kedua kalinya. Ia melihat ke arah tuannya dengan pandangan khawatir.
“Sekali lagi, maafkan aku tuan” katanya.
Hari-hari berikutnya, orang itu berjalan dengan satu kakinya di luar perbatasan, dan kaki lainnya di dalam perbatasan. Tiap sepuluh menit, ia melihat ke arah tuannya. Dan tuannya masih duduk tenang di atas kursinya. Sehingga budak itu merasa semuanya baik-baik saja.
Seminggu setelahnya budak itu menghabiskan seluruh waktunya di luar garis berbatasan. Dan tiap kali ia melihat ke arah tuannya, ia tahu bahwa tuannya adalah orang yang sangat baik hati.
Setahun, dua tahun, bertahun-tahun berlalu. Suatu hari tuannya memanggilnya.
“Dengarkan aku, ingatkah kau bahwa beberapa tahun yang lalu aku telah memperingatkanmu untuk tidak melewati garis perbatasan”
“Ya, aku ingat dan itu sebenarnya menggelikan” kata budak itu.
“Ya, tahukan kamu selama itu aku telah menghitung berapa kali kau telah keluar dari garis perbatasan? Dan aku telah memutuskan untuk menghukummu atas masing-masing pelanggaranmu itu pada hari ini.” Tuannya berkata.
“Apa? Tidak, tidak mung..” Budak itu terkejut.
“Ya, tentu saja.” Tuannya membalas.
Ustaz tidak berniat untuk menceritakan kisah hubungan budak dan tuannya. Ia bermaksud memberi gambar sederhana bagaimana hubungan seorang hamba dengan Allah ﷻ sebagai tuannya. Sebagai masternya.
Allah ﷻ telah memberi tahu kita batasan-batasan dalam hidup, apa-apa saja yang dilarang dan diharamkan. Dan beberapa manusia dengan tidak sengaja melakukan apa yang telah dilarang itu. Lalu mereka merasa bersalah dan kembali kepada Allah ﷻ untuk bertobat. Lalu kemudian ia melanjutkan hidupnya seolah tidak terjadi apa-apa, ia masih hidup sehat, masih memiliki pekerjaan, masih bisa bersenang-senang, tidak ada yang berubah dari dirinya.
Kemudian ia menyepelekan larangan-larangan itu, sehingga ia mudah terjatuh ke dalam kesalahan-kesalahan yang berulang.
Ketika orang lain mengingatkannya, ia berkata “Allah ﷻ adalah Tuhanku yang arrahman dan arrahim. Ia memaafkan segalanya.
Hingga akhirnya mereka-mereka itu terbiasa melakukan hal-hal yang haram. Mereka bekerja di bisnis yang haram. Lalu pergi umrah dan haji dengan uang haram itu. Setelah pulang dari tanah suci, mereka melanjutkan kebiasaan-kebiasaan haram mereka. Itu semua karena mereka menganggap bahwa Allah ﷻ akan memaafkan mereka.
Di dalam surat Al-Fatihah, jika kita telah mengenal Allah ﷻ dengan sifat arrahman dan arrahim Nya, maka jangan sampai kita memanfaatkan sifat kasih sayang Allah ﷻ itu. Sehingga Allah ﷻ memutuskan untuk menambahkan sifat Allah ﷻ lainnya setelah arrahman dan arrahim itu.
مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
Pemilik hari pembalasan.
Ayat ini Allah ﷻ tambahkan untuk membuat keseimbangan dengan sifat arrahman dan arrahim Nya. Agar manusia tahu bahwa mereka tidak bisa bermain-main dengan Allah ﷻ.
Itulah penjelasan pembuka terkait maliki yaumiddin. Kini kita tahu mengapa Allah ﷻ mencantumkannya persis setelah arrahman arrahim.
Penjelasan lebih detail lagi terkait maliki yaumiddin akan kita lanjut insyaAllah minggu depan.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Deeper Look > 04. Al-Fatihah – A Deeper Look (0:06:46 – 0:09:37)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah