[VoB2020] Tafsir Al-Mawdhuu’ii


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-145

Topik: Pearls from Al-Kahfi

Jum’at, 13 November 2020

Materi VoB Hari ke-145 Pagi | Tafsir Al-Mawdhuu’ii

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#FridayAlKahfiWeek21Part1

Part 1

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Minggu lalu kita telah membahas Tafsir Al-Isyaarii (التفسير الإشاري).

Sekarang kita akan membahas Tafsir Al-Mawdhuu’ii (التفسير الموضوعي). Yang dimaksud di sini adalah tafsir tematik.

Ustaz mengaku bahwa beliau bukan penggemar berat dari tafsir tematik. Tapi ustaz tetap akan membahasnya dan memberitahu manfaatnya kepada kita.

Tafsir tematik adalah penjelasan menyeluruh atas bagian tertentu. Atau surah tertentu. Dan juga penjelasan atas turunan dari filsafat Islam yang didasarkan pada tafsir tersebut.

Jadi kita mempelajari sebuah surah secara keseluruhan. Lalu kita menarik pelajaran dari surah tersebut.

Misalnya, setelah mempelajari sebuah surah, kita mendapati bahwa pelajaran yang bisa kita petik dari surah tersebut adalah tentang kesabaran. Sabar dalam berbagai situasi. Dan dari situ, diturunkan filosofi tentang kesabaran. Dari pelajaran-pelajaran yang ada di surah itu.

Jadi sifatnya filosofis. Agak lebih sedikit abstrak memang.

Tidak terlalu sulit sebenarnya.

Mirip-mirip Tafsir Al-Isyaarii, tapi it’s a bigger picture. Lebih ke gambaran besarnya.

Tafsir ini juga menjadi fenomena tafsir terkini.

Dulu-dulunya kita tidak pernah bicara tentang tema sebuah surah.

Apakah tema dari surah Al-Baqarah? Di masa lalu, kita tidak pernah membahas hal yang seperti ini. Di kekinian, kita membahasnya.

Apa manfaat dari tafsir tematik ini?

Dari semua kategori tafsir yang telah kita pelajari di materi sebelumnya, tafsirnya terfokus pada ayat demi ayat.

Seorang mufassir ‘mengunjungi’ satu ayat, lalu ‘menyelam’ di situ. Menggali kedalamannya. Mendalami bahasanya. Atau atsar dari ayat itu. Atau isyarat dari ayat itu.

Jadi semuanya adalah tentang ayat itu.

Tafsir tematik bukan tentang sebuah ayat. Tapi sebuah bagian yang terdiri dari beberapa ayat. Atau beberapa halaman. Atau satu surah Al-Qur’an.

Cara pandangnya adalah cara pandang makro, bukan mikro.

Tafsir tematik dikembangkan di tahun-tahun belakangan ini.

Dalam literatur Arab, sensitivitas bahasanya bersifat mikro. Kita melakukan zoom in untuk memahami every detail, setiap rinciannya. Setiap kata.

Tapi di sebagian besar literatur, kita tidak memusatkan perhatian ke setiap kalimat.

Kita fokus ke mana?

Kita fokusnya ke sini:

Apa ringkasan dari paragraf ini?

Apa ringkasan dari bab ini?

Apa bullet points dari bagian ini?

Ini adalah modern literary development yang berkembang akhir-akhir ini.

Perkembangan sastra modern yang makin sering kita temui.

Yang kita dapatkan adalah the overall picture.

Gambaran secara keseluruhannya.

Di berbagai masjid, di bulan Ramadhan apalagi, sering kita jumpai fenomena ini.

Mereka membaca juz pertama.

Lalu dibahas ringkasan atau poin-poin penting yang dipetik dari juz pertama tersebut.

“Malam ini kita akan membahas Juz Tabaarak. Juz ini adalah tentang akhirat.” Bla bla bla, dan seterusnya. Lima menit, selesai.

Luar biasa.

Atau tentang surah Al-Baqarah. “Surah ini adalah tentang sapi betina.”

😊😊

Begitulah. Kadang-kadang terjadi over simplification. Penyederhanaan yang berlebihan. Karena tiba-tiba ada satu tema yang terlihat paling menonjol.

Padahal Al-Qur’an lebih kompleks dari itu. Kenyataannya, ada beberapa tema sekaligus yang bekerja secara simultan.

Dalam satu surah, kita bertemu dengan topik A, lalu topik B, selanjutnya topik C, dan seterusnya. Seperti kalung dengan butir-butir permata yang berkelap-kelip dengan warna-warna yang berbeda. Ada kilau merah, kuning, biru, dan ungu.

Kadang kita tidak sadar bahwa sebenarnya ada urutannya. Atau ada keteraturannya.

Setelah satu surah kita baca dan kita amati lagi, ternyata kita dapat mengidentifikasi ada simetrinya, misalnya.

Atau mungkin ada pola tertentu yang kita temukan. Atau misalnya ternyata hanya ada tiga warna, atau tiga hal saja yang mewarnai bagian tertentu.

Tiga hal itu kadang berulang dengan pola ABC-ABC.

Atau tiga hal itu kadang berulang seperti cermin, membentuk pola ABC-CBA.

Jadi kita menemukan semacam struktur tertentu.

Itulah kurang lebih penjelasan tentang Tafsir Al-Mawdhuu’ii. Dan materinya seharusnya bisa diakhiri. Tapi ustaz belum ingin buru-buru menutup kajian ini.

Ada apa ya?

Apa yang ingin ustaz sampaikan sebagai tambahan materi?

Kita lanjutkan insya Allah ba’da zhuhur.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 04. Basics of Tafsir – Al-Kahf – A Deeper Look (28:08 – 32:53)


Materi VoB Hari ke-145 Siang | Balaaghah

Ditulis oleh:  Heru Wibowo

#FridayAlKahfiWeek21Part2

Part 2

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Alhamdulillah. Tambahan materi yang akan disampaikan ustaz bukan pelajaran yang berat.

Yang ringan-ringan saja. Dan ustaz ingin memastikan bahwa kita seharusnya happy dengan tambahan materi ini.

Tentang apa ya?

Tentang balaaghah (بلاغة).

Tersusun dari apakah balaaghah itu?

Ada empat hal yang menyusun balaaghah.

Tapi sebelum melanjutkan, ustaz bertanya ke seisi kelas, siapa yang masih ingat apa itu balaaghah.

Seperti biasa, sambil bercanda, ustaz bertanya siapa di antara murid-muridnya yang ingin mempermalukan dirinya di depan publik.

😊😊

Gaya mengajar beliau memang santai dan bersahabat. Meski bisa serius. Beberapa murid beliau mengangkat tangan. Ingin dipilih untuk diberi kesempatan menjawab pertanyaan.

Ustaz mempersilakan salah satu murid beliau untuk menjawab. Dan jawabannya oke.

”Excellent!” Ustaz tampak happy.

Balaaghah biasanya disebut juga dengan retorika. Intinya adalah how to say awesome things. Bagaimana menyatakan berbagai hal secara luar biasa.

Balaaghah is when words are the art of winning the war of words.

Balaaghah adalah ketika kata-kata menjadi sebentuk seni untuk memenangkan perang kata-kata.

Balaaghah tersusun dari

1️. ’ilm al-bayaan (علم البيان),

2️. ’ilm al-badii’ (علم البديع),

3️. ’ilm al-ma’aanii (علم المعاني), dan

4️. ’ilm nazhm (علم نظم).

Para penggemar Imam Hamiduddin Farahi mengenal betul ’ilm yang disebutkan terakhir.

Sekarang kita urai satu per satu.

’Ilm Al-Bayaan adalah figures of speech. Kata-kata kiasan. Contohnya adalah ‘bermuka dua’.

‘Bermuka dua’ adalah kata-kata kiasan. Maknanya tidak ada hubungannya dengan jumlah muka atau wajah kita secara fisik. Maknanya adalah sifat yang plin plan, yang tidak tetap pendiriannya.

‘Bermuka dua’ sangat pas digunakan untuk menggambarkan orang-orang munafik. Saat bersama Rasulullah SAW dan para sahabat, mereka mengaku beriman. Tapi saat bersama musuh-musuh Islam mereka bilang hanya berpura-pura atau berolok-olok.

Kita bisa menggunakan kata-kata kiasan kapan saja. Tapi kalau kita menggunakannya pada saat yang tepat, ucapan kita bisa menimbulkan efek ‘wow’.

Jadi figures of speech yang tepat, diucapkan di saat yang tepat, efeknya akan sangat dahsyat.

Para komedian sering menggunakan figures of speech. Mereka secara jitu menyentuh emosi pendengarnya dan membuat hadirin tertawa.

Kita bisa belajar dari mereka bagaimana menggunakan figures of speech secara cerdas.

Sekarang, ’ilm al-badii’. Apakah ’ilm al-badii’ itu?

Insya Allah kita bahas ba’da ‘ashar.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 04. Basics of Tafsir – Al-Kahf – A Deeper Look (32:53 – 36:14)


Materi VoB Hari ke-145 Sore | Bagian yang Paling Penting dari Ilmu Balaghah

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#FridayAlKahfiWeek21Part3

Part 3

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

’Ilmul badii’ adalah tentang pemanis kata. Tentang penghias kata. Bahasa, tanpanya, bagaikan rumah tanpa dekorasi.

Seperti rumah tanpa furniture, tanpa lukisan di dinding, atau tanpa karya seni (art work) lainnya.

’Ilmul badii’ adalah tentang perhiasan (embellishment).

Kalimat yang kita ucapkan bisa dihias dengan dekorasi tertentu. Artinya, kita bisa mengatakannya dengan cara yang berbeda yang lebih dahsyat.

Kita bisa, misalnya, mengambil nada yang rendah di awal pembicaraan, lalu mengambil nada yang lebih tinggi di akhir pembicaraan.

Kita bisa, misalnya, memilih untuk menggunakan dua kata yang kontras satu sama lain.

Kita bisa, misalnya, memainkan kata-kata, dalam arti, memilih kata, mengubah susunan kata, tanpa mengubah makna, tapi membuat pesan yang akan kita sampaikan menjadi lebih kuat dan penuh daya.

Kita bisa mengupayakan supaya apa yang akan kita sampaikan, benar-benar akan lebih ngaruh ke yang mendengarkan kita (to get a certain effect on the listener).

Mungkin memang tidak ada hubungannya dengan makna kata itu sendiri, tapi meningkatkan dampak dari pesan yang akan kita sampaikan dengan penggunaan kata-kata penghias tadi.

Just because the way you said them, or because you added a little of twist here and a little of twist there.

Tidak ada perubahan makna. Yang beda adalah cara kita mengatakannya. Yang beda adalah racikan atau hiasan yang kita tambahkan di dalamnya.

Itulah ’ilmul badii’.

Lalu ’ilmul ma’aanii adalah urutan kata-kata atau kalimat (the order of speech).

”This, I tell you, is the most important”.

“Yang ini, percaya sama saya, adalah yang paling penting”.

Apa yang terjadi dengan contoh barusan?

Kalimatnya bukan, “Yang ini adalah yang paling penting” meski maknanya sama.

Bagian ‘percaya sama saya’ bukanlah bagian asli dari kalimat itu.

Tapi sengaja ditambahkan supaya pendengar lebih memperhatikan pesan yang disampaikan.

“Yang ini adalah yang paling penting.”

“Yang ini, percaya sama saya, adalah yang paling penting.”

Coba kita rasakan kedua kalimat barusan.

Adakah bedanya?

Mana yang diharapkan lebih menimbulkan efek untuk pendengarnya?

Berikut adalah contoh yang lain.

“Aku sudah menyelesaikan skripsiku.”

“Skripsiku, ya Allah terima kasih ya Allah, aku sudah berhasil menyelesaikannya.”

Dalam contoh barusan, ada penambahan kata-kata, dan perubahan urutan atau susunan kata-katanya.

Mana yang diharapkan lebih menimbulkan efek dari kedua contoh barusan?

Atau jika Anda adalah penggemar nasi padang:

“Aku barusan makan nasi padang dua piring.”

“Nasi padang, aku barusan makan dua piring.”

Terasa bedanya?

Perubahan urutan kata-kata membuat perbedaan. Pengaruhnya beda. Dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, sama saja. Apalagi dalam bahasa Arab.

Itulah ’ilm al-ma’aanii.

Sekarang, kita move on ke  ’ilm an-nazhm.

Pada dasarnya ’ilm an-nazhm adalah tentang urutan gagasan (order of ideas) dan pengorganisasiannya.

Kita pikirkan dulu:

apa yang akan pertama kali kita bicarakan, lalu apa yang kedua, ketiga, dan seterusnya.

Intinya, bagaimana kita melakukan pengorganisasian terhadap gagasan-gagasan kita. Sebelum kita presentasikan.

Itulah ’ilm an-nazhm.

Imam Hamiduddin Farahi menambahkan bahwa ’ilm an-nazhm adalah bagian dari ilmu balaghah yang paling penting. Atau yang tingkatannya tertinggi.

Dan itu memang masuk akal.

Kalau kita berpikir tentang ‘berbicara yang efektif’ (effective speech), dari semua bagian ilmu balaghah, mana yang paling penting?

Tentulah bagian yang berkaitan dengan bagaimana gagasan-gagasan itu dipresentasikan. Urut-urutan gagasan yang membuat pendengar terangsang untuk mendekat dan menangkap pesan kita sejengkal demi sejengkal.

Mempelajari satu kata saja dari Al-Qur’an, atau satu ayat saja, tidak cukup. Untuk mendapatkan saripati ilm an-nazhm dari Al-Qur’an, kita juga harus melihat gambarannya yang lebih besar (bigger picture).

Itulah ’ilm an-nazhm.

Apa yang telah kita bahas tentang ilmu balaghah, apakah ada dasarnya? Apakah ada sumber atau referensi yang bisa kita jadikan rujukan?

Insya Allah kita bahas minggu depan.

💎💎💎💎💎

Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Deeper Look / 18. Al-Kahf / 04. Basics of Tafsir – Al-Kahf – A Deeper Look (36:14 – 40:16) [End]

***

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s