Voice of Bayyinah (VoB2020) Hari Ke-139
Topik: Parenting
Sabtu, 7 November 2020
Materi VoB Hari Ke-139 Pagi | Doa Zakariyya
Oleh: Icha Farihah
#SaturdayParentingWeek20Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Di kesunyian malam, Zakariyya ‘alayhis salam berdoa dengan suara yang lembut. Ia meminta kepada Allah secara pribadi beberapa hal yang menjadi perhatiannya sebelum ia meninggalkan dunia.
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا
“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.”
(QS Maryam, 19: 4)
Tulangnya telah rapuh dan sangat lemah. Seakan-akan tulang itu akan terlepas dan meninggalkan dirinya. Ia sudah tidak mampu mengendalikan tulang-tulangnya supaya lebih kuat.
Api di kepalanya juga telah menghilang dan hanya menyisakan abu. Abu yang membuat kepalanya menjadi berwarna putih.
Kepala yang awalnya menyala terang sekarang dipenuhi uban.
Keadaan yang dialami Zakariyya ‘alayhissalam seakan memberikan sinyal bahwa ia akan pergi meninggalkan dunia.
Maka ia meminta kepada Allah. Dan ia tidak pernah merasa kecewa selama meminta kepada Rabbnya.
Dalam doa ini, Zakariyya ‘alayhis salam menceritakan usianya di dunia yang mungkin sudah tidak lama lagi. Meskipun berada di ujung kehidupan, ia tetap membuat doa yang dipenuhi harapan dan kepercayaan.
Sekilas di awal, doa ini menunjukkan sikap pesimistik. Tulangnya sudah rapuh, rambutnya penuh uban. Tapi, di akhir Zakariyya mengatakan bahwa ia tidak pernah pesimistik tentang apapun.
***
وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا
“Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.”
(QS Maryam, 19: 5)
Zakariyya ‘alayhis salam menengadahkan tangannya ke atas langit sambil berbisik pada malam itu bukan sekadar untuk mengeluh tentang kondisi fisiknya.
Ia khawatir ketika ia meninggalkan dunia ini, tidak ada satu orang pun yang akan melanjutkan dakwah Islam.
Ia khawatir terhadap orang-orang setelah dirinya. Apakah mereka akan menjaga dakwah ini, apakah mereka akan menjaga masjid, apakah mereka akan menjadi ulama, khatib, dai yang melanjutkan dakwah Islam.
Orang-orang sepeninggal Zakariyya ‘alayhis salam tidak terlalu baik. Mereka bukan pemimpin bagi kaumnya.
Dan nampaknya, Zakariyya ‘alayhis salam juga tidak bisa memiliki anak. Istrinya sudah tua dan tidak bisa mengandung. Bahkan sejak awal, istrinya memang sudah mandul. Semua itu terlihat mustahil baginya.
Tapi, Zakariyya ‘alayhis salam tetap berdoa agar dianugerahi seorang anak, waliy.
Berdoa kepada Allah adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kemustahilan.
***
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنۡ ءَالِ يَعۡقُوبَۖ وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا
“Yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yakub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.”
(QS Maryam, 19: 6)
Seorang anak yang akan mengambil, membawa, dan meneruskan warisan Zakariyya ‘alayhis salam.
Zakariyya ‘alayhis salam akan mengajarkan anaknya semua pengetahuan yang ia tahu tentang Islam.
Anaknya akan menjaga warisan yang telah diberikan secara turun-temurun dari keluarga Ya’kub ‘alayhis salam. Seperti apa yang telah kita pelajari pada pembahasan sebelumnya.
Beberapa generasi setelah Ya’kub terus menurunkan warisan itu hingga sekarang sampai kepada Zakariyya ‘alayhis salam.
Warisan itu didapat dari Ya’kub ‘alayhis salam. Ya’kub dari Ishak ‘alayhis salam. Dan Ishak dari Ibrahim ‘alayhis salam. Semua saling bertautan, warisan yang terus terjaga dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
وَٱجۡعَلۡهُ رَبِّ رَضِيّٗا
Zakariyya juga meminta, siapapun yang akan melanjutkan warisan itu, semoga Allah memilih orang yang mencintai-Nya. Dan sebaliknya, Allah juga cinta kepadanya.
Kata radhi dan mardhi bergabung menjadi radhiyya. Sehingga artinya menjadi, Allah mencintainya dan dia juga mencintai Allah.
***
Jadi, Zakariyya ‘alayhis salam membuat doa untuk seorang anak yang baik.
Itulah doa yang seharusnya juga kita panjatkan kepada Allah.
Doa agar diberikan anak yang nantinya menjadi seorang dai.
Doa agar diberikan anak yang bertanggung jawab, menjadi sumber kebaikan bagi sesama, dan menjadi seorang pemimpin.
Doa agar apa yang kita pelajari tentang Islam, tidak hanya berhenti pada diri sendiri, tapi untuk umat secara keseluruhan agar kebaikan-kebaikan selalui menyertai.
***
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 09. Concerned Parents Part 3 – Parenting (16:34-20:04)
Materi VoB Hari Ke-139 Siang | Hadiah untuk Nabi Zakariyya
Oleh: Icha Farihah
#SaturdayParentingWeek20Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Allah menjawab doa Zakariyya ‘alayhis salam.
يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسۡمُهُۥ يَحۡيَىٰ…
“(Allah berfirman), “Wahai Zakariyya! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya…”
(QS Maryam, 19: 7)
Allah memberikan selamat kepada Zakariyya ‘alayhis salam atas kehadiran anak laki-laki bernama Yahya.
Yahya dalam bahasa Arab berarti hidup.
Sejarah menyatakan bahwa Yahya ‘alayhis salam adalah seorang syuhada.
Apa makna syuhada?
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhannya mendapat rezeki.”
(QS Ali Imran, 3: 169)
Para syuhada tidak mati, mereka hidup di sisi Allah.
Jadi, Allah telah mengetahui bahwa nama Yahya diberikan kepadanya karena kelak ia akan menjadi seorang yang syahid.
…لَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ مِن قَبۡلُ سَمِيّٗا
“….yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.”
(QS Maryam, 19: 7)
Beberapa pendapat mengatakan ini pertama kalinya Allah menamai seseorang.
Tapi, pendapat lain yang lebih masyhur mengatakan bahwa belum ada seseorang bernama Yahya sebelumnya.
*****
قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٞ وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا وَقَدۡ بَلَغۡتُ مِنَ ٱلۡكِبَرِ عِتِيّٗا
“Dia (Zakariyya) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?”
(QS Maryam, 19: 8)
Zakariyya ‘alayhis salam terkejut mengetahui apa yang Allah berikan kepadanya.
Ia mengulang dan menyebutkan kembali kondisi yang ia alami kepada Rabbnya.
“Ya Allah, bagaimana bisa saya memiliki anak? Istri saya seorang yang tidak bisa mengandung dan saya juga sudah berusia lanjut.”
Zakariyya ‘alayhis salam seperti tersandung dalam kata-katanya sendiri. Ia tidak menyangka Allah memberikan hadiah seorang anak kepadanya.
*****
قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٞ وَقَدۡ خَلَقۡتُكَ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ تَكُ شَيۡـٔٗا
“(Allah) berfirman, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.”
(QS Maryam, 19: 9)
Hal itu sesuatu yang mudah bagi Allah.
Allah memenuhi doa Zakariyya ‘alayhis salam meski terasa mustahil bagi nalar manusia.
*****
Ayat ini mengajarkan kita bahwa hanya kepada Allah kita berharap pada kondisi apapun.
Sesulit dan semustahil apapun keadaan kita, jika Allah menghendaki dan mengabulkan doa, maka itu akan terjadi.
Kisah yang disebutkan di dalam ayat ini memang terjadi di masa lalu, tapi tidak untuk menjadi sejarah semata.
Kita harus menyakini dan tidak boleh berputus asa.
Kita harus berdoa seperti Zakariyya ‘alayhis salam, yaitu meminta dengan penuh harapan agar Allah memberikan keturunan kepada kita dan menjadikan mereka sebagai hamba yang saleh.
***
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 09. Concerned Parents Part 3 – Parenting (00:00-02:11)
Materi VoB Hari Ke-139 Sore | Yahya dan Anak-Anak Kita
Oleh: Icha Farihah
#SaturdayParentingWeek20Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
*****
يَٰيَحۡيَىٰ خُذِ ٱلۡكِتَٰبَ بِقُوَّةٖۖ وَءَاتَيۡنَٰهُ ٱلۡحُكۡمَ صَبِيّٗا
”Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak.”
(QS Maryam, 19: 12)
Ustaz Nouman sangat menyukai ayat ini.
Kalau ada muridnya yang bernama Yahya, ustaz tidak pernah membiarkan dia lewat kecuali dengan mengucapkan kalimat “khudzil kitaaba biquwwah, (خُذِ ٱلۡكِتَٰبَ بِقُوَّةٖۖ), wahai Yahya, berpegang teguhlah pada kitab itu.”
*****
Yahya ‘alayhis salam adalah anak yang saleh.
Bahkan di usia yang masih belia, ia telah mendapatkan perintah mulia dari Allah ta’ala: berpegang teguh pada kitab Taurat dengan sungguh-sungguh.
Lalu, bagaimana dengan anak-anak kita sekarang? Apakah yang kita sampaikan dan perintahkan kepada mereka?
Kita mungkin telah berdoa agar Allah memberikan keturunan. Lalu, Allah menjawab doa itu dengan kehadiran anak-anak yang kita miliki sekarang.
Maka dengan hadiah yang Allah telah berikan, kita juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan perintah yang sama sebagaimana Yahya dan Tauratnya.
Kita harus menyampaikan kepada anak-anak kita, “berpegang teguhlah pada Al-Qur’an, ambil dengan sungguh-sungguh, baca setiap hari, hafalkan sebanyak mungkin, dan pelajari maknanya.”
Kita harus merayakan Al-Qur’an bersama anak-anak kita dan menjadikan diri kita sebagai the people of Al-Qur’an.
*****
Ustaz merasa miris dan sedih jika ada anak-anak yang belum bisa membaca Al-Qur’an karena alasan orang tua yang tidak bisa menemukan guru Al-Qur’an untuk anak-anak mereka.
Rasanya, ustaz ingin melempar orang tua yang beralasan demikian dengan microphone yang beliau pegang.
Sebenarnya kalau tidak ada guru yang bisa mengajari mereka, maka itu tugas orang tua untuk menjadi guru Al-Qur’an bagi anak-anaknya sendiri.
Ajari Al-Qur’an bersama mereka dengan sungguh-sungguh. Misalnya, jangan makan malam sebelum membaca Al-Qur’an, jangan tidur sebelum membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.
Kita tidak boleh malas dan menyimpan banyak alasan.
Karena di tempat tinggal kita sekarang ini, terutama para orang tua yang memiliki pendidikan dan karir yang baik, alasan-alasan itu malah tidak relevan.
Jika anak-anak mereka yang hampir menginjak usia remaja masih terbata-bata bahkan tidak tahu cara membaca Al-Qur’an, maka itu adalah sebuah bentuk ketidakjujuran dan ketidakpatuhan orang tua terhadap hadiah yang telah Allah berikan.
Al-Qur’an dianggap remeh dan berada pada prioritas ke sekian.
Allah telah memilih kita sebagai orang tua dari anak-anak muslim.
Allah akan meminta pertanggungjawaban kita terkait kebutuhan pendidikan mereka yang tidak terpenuhi.
Jika guru tidak tersedia, carilah alternatif lain seperti bertanya kepada orang-orang di masjid, kelas online, video di youtube. Dan opsi paling baik adalah kita, para orang tua.
Kita dapat mengajari mereka, mulai dari alif ba.
Kita mengajari mereka sambil merayakan dan menikmati keindahan Al-Qur’an.
Bukan memaksa dan memarahi mereka supaya kita bisa terbebas dari ancaman lemparan microphone Ustaz Nouman. 😄
Bersambung in syaa Allah minggu depan.
***
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 10. Concerned Parents Part 4 – Parenting (02:11-04:44)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah