Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-135
Topik: Pearls from Al-Baqara
Selasa, 3 November 2020
Materi VoB Hari ke-135 Pagi | Dia yang Mudah Terbolak-Balik, Hati
Oleh: Wina Wellyanna
#TuesdayAlBaqarahWeek20Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Quluub : Hati.
Dalamnya laut bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tau.
Begitu kata peribahasa terkenal, memangnya apa sih yang ada di dalam hati? Sebegitu misteriusnya kah?.
Sebagai Muslim, kita punya panduan tentunya, Al-Qur’an.
Jadi mari kita simak apa kata Al-Qur’an tentang hati yang katanya tidak bisa diukur.
Hati adalah tempat tumbuhnya kasih sayang, ketika Allah menyegel hati, hati kita tak lagi mampu mencintai apa yang fitrahnya mampu cintai.
Ketika fitrah ini tersegel, hal-hal yang dalam kondisi normalnya hati bisa cintai, malah ia benci.
Fitrahnya hati adalah mencintai orang yang beriman, tapi hatinya justru benci orang yang beriman.
Fitrahnya hati menyukai kebenaran, tapi malahan membenci kebenaran.
Fitrahnya hati cenderung pada rasa keadilan, sebaliknya justru cenderung tidak memiliki rasa keadilan.
Subhanallah.
Rahmah hadir pada hati yang masih memiliki fitrah atau tidak tersegel, dan Rahmah tercabut ketika hati kehilangan fitrahnya atau tersegel.
Ketika tiada lagi fitrah dan Rahmah telah hilang, manusia bisa mengatakan hal keji atau melakukan perbuatan mungkar, baginya ini hal yang biasa saja.
Bersyukur adalah tanda hati yang hidup.
Dan ketika hati ini tersegel sehingga kehilangan fitrahnya, ia juga kehilangan kemampuan untuk bersyukur.
Tak lagi berterima kasih pada orang lain, hanya haknya yang ia tuntut.
Rasa takut juga bagian dari hati yang hidup.
Jika tidak lagi memiliki rasa takut untuk berbuat sekehendak hati, tidak lagi merasa takut akan konsekuensi dari perbuatannya.
Rasa asa juga bagian dari hati yang hidup.
Putus asa sebaliknya.
Hati yang masih memiliki fitrah memiliki harapan-harapan akan akhirat, berharap masuk surga dan terbebas dari neraka.
Mereka yang memiliki pandangan fatalistik menganggap bahwa semua sudah ditakdirkan dan manusia tidak akan pernah mampu mengubah takdirnya.
Memiliki paham fatalistik sungguh fatal, kawan.
Lakukan saja apa yang mau kau lakukan, karena toh hidup juga sudah menyebalkan, kata mereka.
Belakangan kita melihat banyak meme beredar tentang kesedihan atau kebencian pada ‘Tahun 2020’, kita, kaum muslim, tentu meyakini takdir yang sudah Allah tetapkan, tapi Allah dan Rasul-Nya mewajibkan kita berusaha dan tetap *berharap* pada Allah semata.
🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Hati yang masih memiliki fitrah mampu merasakan rasa bersalah.
Mereka yang sudah kehilangan fitrahnya dan tidak lagi merasakan perasaan bersalah sangat mampu berbuat keji dan mungkar dengan ringannya.
”Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka.”(Q.S Al-Ankabut ayat 38).
Hati yang masih hidup fitrahnya, memiliki perasaan malu (istihya’).
Ketika fitrahnya mati, tak ada lagi rasa malu pada kata-kata yang keluar dari mulutnya, pada gaya berpakaiannya, pada perbuatannya.
👬🏻
Di mata hamba-Nya yang masih memiliki fitrah, perbuatan mereka terlihat tak-tau-malu.
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Al-Baqarah (Ayah 4-7) – A Deeper Look (51:59 – 53:45)
Materi VoB Hari ke-135 Siang | Sandwich Generation, Bagian dari Fitrah?
Oleh: Wina Wellyanna
#TuesdayAlBaqarahWeek20Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Memiliki rasa bertanggung jawab, pertanda hati yang masih hidup.
Bertanggung jawab pada tetangga kita.
Bertanggung jawab pada anak-anak kita.
Bertanggung jawab pada pasangan kita, pada orang tua kita.
Ketika hati kehilangan fitrahnya, tak lagi memiliki rasa bertanggung jawab pada sekeliling kita.
Ketika hari-hari ini istilah sandwich generation begitu populer atau bahkan kita menjadi bagian dari sandwich generation dan ada yang seolah menyalahkan generasi pendahulu kita sebagai penyebabnya.
Berbahagialah, memiliki rasa tanggung jawab berarti fitrah kita masih ada, rahmah kita tidak dicabut oleh Allah azza wa jalla.
Sebagaimana juga yang Ustaz NAK pernah sampaikan di lecture beliau mengenai kita umat pertengahan (shorturl.at/txAY2), tanggung jawab juga meliputi menjaga keimanan dan ketauhidan mereka yang disekeliling kita.
🧓 👴🧑🏻 👧🏻
Hati yang hidup atau masih ada fitrahnya, memiliki martabat dan mengenali martabat orang lain, ini point penting.
Allah azza wajalla, menciptakan manusia bermartabat.
Ketika kita memiliki rasa hormat pada guru-guru kita, karena fitrah kita masih ada.
Kenapa kita memiliki rasa hormat pada agama kita, pada Rasulullah ﷺ? Karena kita masih memiliki fitrah dan rahmah.
Itu sebabnya ketika hati ‘tersegel’, kita tidak lagi menganggap orang lain bermartabat bahkan untuk dirinya sendiri.
Jadi ketika Allah berfirman ‘telah menyegel hati manusia’, percayalah, ini masalah yang sangat besar, tidak bisa dianggap sepele.
Bukan hanya masalah keyakinan kepada agama ini, semua hal-hal yang menjadi fitrahnya hati pada kebaikan hilang sudah.
Buruk dianggap baik.
Kebaikan dihujat dan di bully.
Subhanallah.
Jangan mengira hati yang tersegel hanya terjadi pada disbeliever.
Apa yang kemudian Allah segel setelah hati?
🔒🔒🔒
(bersambung insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da Ashar)
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Al-Baqarah (Ayah 4-7) – A Deeper Look (53:45 – 54:40)
Materi VoB Hari ke-135 Sore | Dari Telinga Turun ke Hati
Oleh: Wina Wellyanna
#TuesdayAlBaqarahWeek20Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰٓ أَبْصَٰرِهِمْ غِشَٰوَةٌ ۖ
”Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup.”
Ketika Allah sudah menutup penglihatan mereka, segala seruan kebaikan yang mereka dengar menguap terbawa angin.
Ajakan apapun yang didengar, tidak akan pernah sampai ke tempat tujuannya, hati.
Hati yang telah Allah segel, begitu terganggu mendengar kebenaran.
Kebenaran mengetuk-ngetuk pintu hati : “Permisi, saya datang, izinkan saya masuk, tolong buka pintunya”
Hati yang telah tersegel, berada dalam zona tidurnya, tidak suka tidurnya terganggu : “pergilah, kamu menggangguku!.”
Meskipun di lingkungan yang kondusif ketaatannya kepada Allah dan Rasul-Nya, bila pendengaran telah tersegel, tidak akan tergerak hatinya mendengar orang-orang menangis karena cinta, harap dan takutnya pada Allah.
“Kenapa mereka menangis sih, _lebay, ngapain_ juga saya ada di sini ya.”
Hati yang tersegel tidak tergerak sedikitpun.
Telinganya mendengar tapi tidak menyimak.
Hati dan telinga memiliki hubungan yang kuat. Apa yang didengar seyogyanya akan sampai ke hati.
🔊♥️🔇
Allah menempatkan hati dan telinga saling bersisian pada firman-Nya:
”Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka”
Jadi ketika hatinya tersegel, selanjutnya pendengarannya.
Setelah pendengaran tertutup, penglihatan hal selanjutnya yang tersegel.
”dan penglihatan mereka ditutup”
Ketika seseorang sudah tidak bisa melihat, benda yang ada di depannya diberi cahaya atau ditutup tidak akan berpengaruh.
🕶🕶🕶
Seseorang yang menolak kebenaran, seseorang yang menyangkal petunjuk, seseorang yang tidak mampu lagi berkontemplasi dari dunia sekeliling mereka, meski matanya sanggup melihat keindahan yang Allah ciptakan, tapi hatinya tidak akan mampu menemukan hikmahnya.
🕵🏻♂️🕵🏻♂️🕵🏻♂️
(bersambung insyaa Allaahu ta’aalaa minggu depan)
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Al-Baqarah (Ayah 4-7) – A Deeper Look (54:40 – 56:11)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah