[VoB2020] Kit Kat dan Kemeja Warna Hijau


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-137

Topik: Divine Speech

Kamis, 5 November 2020

Materi VoB Hari ke-137 Pagi | Kit Kat dan Kemeja Warna Hijau

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#ThursdayDivineSpeechWeek20Part1

Part 1

Kata-katanya sempurna. Penempatan kata-kata itu pun sempurna. Itulah Al-Qur’an.  Itulah bagian akhir yang kita pelajari minggu lalu.

Sekarang kita akan mempelajari contoh yang lain.  Salah satu contoh favorit ustaz.  Dan kepada murid-muridnya, ustaz berpesan supaya murid-murid beliau memerhatikan contoh yang satu ini. Dengan sungguh-sungguh.

Di Al-Qur’an setidaknya ada tiga kata untuk ‘pilihan’ (‘choice’). 

1️⃣ Al-ikhtiyaar

Ini adalah bentuk kata bendanya. 

Contohnya ada di surah Al-Qashash, 28:68. Atau Al-Ahzab, 33:36. Atau Al-Qalam, 68:38.

2️⃣ Al-ish-thifaa’ 

Ini juga adalah bentuk kata bendanya. 

Contohnya ada di QS Al-Hajj, 22:75. 

3️⃣ Al-ijtibaa’

Sekali lagi, Ini adalah bentuk kata bendanya. 

Contohnya ada di QS Ali ‘Imran, 3:179. Atau di QS Yusuf, 12:6. Atau Asy-Syura, 42:!3.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Al-ikhtiyaar akar katanya adalah khayr (خَيْر). Artinya, baik. 

Artinya? Ikhtiar adalah saat kita membuat pilihan yang baik. 

Atau saat kita membuat pilihan yang didasarkan pada adanya kebaikan dalam sesuatu hal. 

Yang seperti ini juga disebut ikhtiyaar.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Ish-thifaa’ digunakan saat kita membuat pilihan yang bersifat pribadi. 

Artinya, tidak ada pengaruh dari luar. 

Artinya? Tidak ada yang memaksa Anda. Tidak ada yang menekan Anda. Tidak ada yang mencoba meyakinkan Anda. Tidak ada yang memarahi Anda. Pilihan yang Anda buat benar-benar asli pilihan Anda sendiri. 

Karena ish-thifaa’ berasal dari shafwah (صَفْوَة) yang berarti inti, sari, atau kemurnian.

Ish-thifaa’ artinya pilihan yang benar-benar murni. Maksudnya, pilihan tersebut benar-benar murni pilihan kita sendiri. Ya, benar-benar murni pilihan Anda sendiri. 

Tidak ada seorang pun yang lain yang ikut campur, ikut usul, ikut meyumbangkan saran, supaya Anda membuat pilihan itu. Itulah ish-tifaa’.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Ijtibaa’ adalah pilihan yang didasarkan pada standar, kriteria, atau pertimbangan tertentu. Ada hitung-hitungannya.

Pilihannya dilakukan secara sistematis. Sangat terukur. Biasanya tidak bisa spontan. Biasanya butuh paket waktu.

Seperti halnya undang-undang. Menimbang, bla bla bla. Mengingat, bla bla bla.

Baru setelah itu menetapkan pilihan-pilihan yang diambil.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Ringkasnya,

▶️ Ikhtiyaar adalah saat Anda membuat pilihan sesuatu yang baik.

▶️ Ish-thifaa’ adalah saat Anda membuat pilihan yang murni, dari kemauan Anda sendiri.

▶️ Dan ijtibaa’ adalah saat Anda membuat pilihan yang berdasarkan pada kualifikasi. 

Akan dijelaskan lebih jauh insyaa Allaah sehingga kita semua bisa memahaminya dengan baik.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Misalnya, perusahaan Anda membutuhkan seorang karyawan baru.

Anda adalah seorang profesional yang ahli di bidang talent acquisition

Tugasnya, mencari atau memilih orang yang paling tepat, yang dibutuhkan perusahaan.

Ada lima ratus orang lebih yang melamar pekerjaan.

Setelah melalui beberapa proses screening, ada 5 kandidat yang paling kuat.

Jadi, 5 kandidat itulah yang masuk ke tahap berikutnya: wawancara.

Dari 5 itu, apa yang Anda lihat?

Apa yang Anda cari?

Warna baju yang mereka pakai?

Ukuran sepatu mereka?

Apa yang Anda cari?

Tentu, yang Anda pikirkan adalah: apakah orang ini adalah orang yang tepat untuk pekerjaan itu?

Jika pekerjaannya adalah pekerjaan yang mensyaratkan perlunya mengajar, maka kita tidak akan memilih kandidat yang pintar merawat mesin. 

Kita harus mendapatkan orang yang tepat dengan kualifikasi yang sudah ditetapkan. 

Yang paling tepat diterima di perusahaan kita untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Karena yang melamar pekerjaan biasanya banyak, kita harus memilih. 

Dalam proses screening awal, kita pun sudah memilih berdasarkan kualifikasinya.

Dan dalam proses wawancaranya, proses pemilihan itu makin tajam: berdasarkan kualifikasi teknis maupun kualifikasi personalnya.

Kita harus memilih satu kandidat yang paling memenuhi technical competencies maupun soft skills yang dibutuhkan perusahaan.

Saat ustaz pergi ke toko bersama istri beliau untuk membeli cokelat, yang ustaz ambil adalah Kit Kat. 

Istri beliau nanya, kenapa yang diambil Kit Kat. Kenapa engga Twix? Kenapa engga M&Ms? Ada masalah apa dengan Twix dan M&Ms?

“Menurut hukum termodinamika, Kit Kat lebih disukai,” ustaz bercanda.

Jadi, kenapa ustaz memilih Kit Kat? 

Karena ustaz menyukainya. 

Itu saja. 

Ustaz juga membeli kemeja. Ustaz pilih yang warna hijau. Kenapa tidak yang warna biru? Atau putih? Atau oranye? Atau ungu? 

 “Karena, menurut hukum gravitasi, hijau lebih disukai,” ustaz bercanda lagi.

Jadi, kenapa ustaz memilih kemeja warna hijau? 

Apa penjelasan ustaz atas pilihannya itu? 

Karena ustaz menyukainya. 

Itu saja. 

Sekarang, kita pindah lokasi shooting dari toko ke ruang kantor. 

Ustaz tidak sedang berbelanja, tapi sedang mewawancarai seseorang sekarang.

Dan, akhirnya.

Ustaz memutuskan untuk memilih orang itu. 

Saat ditanya, kenapa orang itu yang dipilih untuk diterima bekerja, jawaban ustaz, 

“Karena saat ditanya hobinya, dia bilang dia suka ngemil Kit Kat

Dan dia juga suka kemeja warna hijau.”

Sebuah contoh yang nendang yang disampaikan ustaz sambil bercanda.

Apakah alasan seperti itu adalah justifikasi yang tepat untuk menerima karyawan baru?

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da zhuhur.

💎💎💎💎💎

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 04. What Does Allah See in You (24:08-28:23)


Materi VoB Hari ke-137 Siang | Klaim Alamat Palsu

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#ThursdayDivineSpeechWeek20Part2

Part 2

Memilih karyawan kok gara-gara suka Kit Kat dan kemeja hijau.

That’s not a good reason to hire someone.

Itu bukan alasan yang tepat untuk memilih karyawan baru.

Saat kita merekrut seseorang, yang harus kita lihat adalah kualifikasinya.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Sekarang mari kita simak Al-Hajj, 22:75.

اَللّٰهُ يَصْطَفِيْ مِنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًا وَّمِنَ النَّاسِۗ

Allah memilih para utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia.

Ayat ini berada di ujung akhir dari surah Al-Hajj yang jumlah ayatnya 78 itu.

Allaahu yash-thafii minal malaa-ikati rusulan wa minannaas 

(اَللّٰهُ يَصْطَفِيْ مِنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ رُسُلًا وَّمِنَ النَّاسِۗ). 

Allah chooses from among His angels and from among the human beings, He chooses certain people to be messengers.

Artinya, beberapa malaikat menjadi utusan-Nya, dan beberapa manusia menjadi utusan-Nya.

Dan, siapa yang memilih mereka? 

Allah yang memilih.

Kata apa yang Allah gunakan? Ish-thifaa’.

Coba diingat-ingat lagi: ish-thifaa’ itu artinya apa?

Apakah ish-thifaa’ adalah pilihan yang bagus?

Apakah adalah pilihan yang murni dari diri sendiri?

Ataukah pilihan yang didasarkan pada kualifikasi?

Karena ini bukan ujian tutup buku, maka untuk memastikan jawabannya, Anda juga boleh melihat Part 1 alias materi sebelumnya.

Jadi, ish-thifaa’ itu yang bagaimana?

A choice that is purely one’s own.

Pilihan yang murni milik yang memilihnya sendiri.

Mengapa ini penting untuk kita pelajari?

Karena ada orang-orang Yahudi yang menghampiri Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam dan bertanya, “Kenapa Tuhan memilih orang Arab?”

Sementara itu, ada orang-orang lainnya yang juga bertanya kepada Rasulullah, pertanyaan yang lain lagi, “Siapa ya, malaikat yang mengirimkan wahyu kepadamu?”

“Apakah Jibril? Kita punya masalah dengan Jibril di masa lalu. Kalau malaikatnya bukan Jibril, okelah. Tapi kalau Jibril, sorry, kita ga percaya sama dia, kita ga bisa terima,” begitu kilah mereka.

Dengan kata lain, idenya adalah bahwa Allah seharusnya berkonsultasi dulu dengan orang-orang Yahudi itu, sebelum memilih Jibril dan orang Arab.

Dan orang-orang Quraisy juga bilang, lawlaa nuzzila haadzal qur-aanu ‘alaa rajulin minal qaryatayni ‘azhiim 

(لَوْلَا نُزِّلَ هٰذَا الْقُرْاٰنُ عَلٰى رَجُلٍ مِّنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيْمٍ). 

How come this Qur’an didn’t come down to one of the two celebrities in the town?

“Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada orang besar (kaya dan berpengaruh) dari salah satu dua negeri ini (Mekah dan Taif)?”

“Kami punya pemimpin suku, yang miliuner, kami punya orang-orang yang kaya raya di negeri ini. Jika mereka menjadi nabi, kami akan mendengarkan mereka. Lebih mudah urusannya, karena toh sekarang pun kami sudah mendengarkan mereka.”

Why would He pick an orphan?

“Mengapa Tuhan memilih seorang anak yatim?”

Why would He pick a guy who, you know, has no political status, has nothing, knows nothing, nobody listens to him, you know, why would He pick him?

“Mengapa Tuhan memilih seseorang yang tidak punya status secara politik, tidak punya apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak ada yang mau mendengarkannya, kenapa Tuhan memilihnya?”

Maybe the angel got the wrong address. He came to the wrong house.

“Mungkin malaikatnya salah alamat. Dia mendatangi rumah yang salah.”

Itulah klaim yang mereka buat.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Allah menjawab klaim tersebut. Yaitu dengan ish-thifaa’.

Bahwa pilihan itu adalah murni pilihan Allah. Dan pilihan Allah tidak perlu didikte oleh siapa pun.

Orang-orang yang ingin turut campur dengan urusan Allah itu, hanya perlu tutup mulut.

Mereka tidak perlu bicara sepatah kata pun. Mereka tidak usah mangap. 

Dan apakah Allah berhutang penjelasan kepada orang-orang itu? 

Bahwa Allah harus menjelaskan mengapa Allah memilih Jibril ’alayhis salaam?

Bahwa Allah harus menjelaskan mengapa Allah memilih Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam?

Tidak.

Tidak perlu.

Allah sudah memilih keduanya dan mereka yang protes itu tidak berhak memaksa Allah untuk menjawab: mengapa memilih yang dua itu. 

Atau pun sebaliknya.

Jika yang dipilih bukan yang dua itu, mereka tidak berhak untuk memaksa Allah: mengapa Allah memilih yang selain dua itu. 

Mereka tidak perlu angkat bicara. 

Mereka juga tidak berhak untuk mengusulkan apa pun.

Sekarang, kita kembali ke apa yang sudah Anda pelajari.

Apa, satu kata, yang bisa menjelaskan bahwa mereka tidak perlu angkat bicara?

Ish-thifaa’.

“Allah yang memilih. Aku tidak tahu mengapa Allah memilih itu.”

Selesai. 

“Allah sudah memilih. Dan aku happy dengan pilihan Allah itu.” 

Selesai.

Ini tadi adalah tentang bagaimana Allah memilih, siapa? 

Utusan-Nya.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Berikutnya adalah ayat tentang bagaimana Allah memilih Anda dan saya untuk menjadi seorang muslim.

Kita adalah muslim bukan semata-mata karena kita terlahir dari keluarga muslim. Seharusnya begitu.

Bukan karena kita tinggal di sebuah negeri muslim atau apa pun itu.

Kita adalah muslim karena Allah telah memutuskan bahwa kita akan menjadi muslim.

Allah memilih kita.

Allah memilih Anda semua dan saya.

Mengapa Allah memilih kita untuk menjadi muslim?

Dan kata apa yang Allah gunakan kali ini?

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa ba’da ‘ashar.

💎💎💎💎💎

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 04. What Does Allah See in You (28:23-31:35)

Materi VoB Hari ke-137 Sore | The Interviewer Believes in You More Than You Even Believed in Yourself

Ditulis oleh: Heru Wibowo

#ThursdayDivineSpeechWeek20Part3

Part 3

Ini dia kata yang Allah gunakan.

Saat memilih kita untuk menjadi muslim: 

huwajtabaakum (هُوَ اجْتَبٰىكُمْ). 

Atau kalau ditulis lebih lengkap mulai dari awal ayat: 

wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihii huwajtabaakum 

(وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖۗ هُوَ اجْتَبٰىكُمْ). 

Wa maa ja’ala ‘alaykum fiddiini min haraj 

(وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍۗ). 

He has selected you. Ijtibaa’.

Allah telah memilih kita semua.

Di sini kata yang Allah gunakan adalah ijtibaa’.

Masih ingat dengan kata ijtibaa’?

Pilihan yang didasarkan pada apa?

Boleh lagi dilihat Part 1: definisi ijtibaa’ ada di situ.

Ya.

Ijtibaa’ adalah pilihan yang didasarkan pada kualifikasi.

Hmmm.

Itu berarti bahwa Allah membiarkan Anda dan saya menjadi muslim karena menurut Allah, Anda dan saya, memenuhi kualifikasi.

Rasanya kok jadi tersanjung-sanjung gimana gitu ya.

Ini sungguhan ga sih?

Anda dan saya, masuk kualifikasi?

Jawabannya tegas: ya.

Ada di Al-Qur’an.

Bahkan baru saja kita pelajari dan bahas bersama.

Bahwa Anda dan saya memenuhi kualifikasi, itu benar.

Tapi bagaimana kita bisa memahami hal ini?

Rasanya kok sepertinya kita tidak pernah berjuang untuk memenuhi kualifikasi itu.

Berikut adalah sebuah contoh yang mungkin terkesan konyol, tapi semoga bisa memudahkan pemahaman kita.

Dan kita bisa menginternalisasikan apa yang kita pelajari dalam contoh ini.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Anda berangkat untuk wawancara kerja.

Posisi yang ditawarkan adalah di bidang pemrograman (programming).

Dan Anda tidak punya pengetahuan apa pun tentang bahasa pemrograman.

Tapi Anda tetap nekat untuk melamar pekerjaan itu.

Anda sudah berketetapan hati untuk melakukan apa saja demi keluarga. Demi anak dan istri.

Dan Anda tetap memegang teguh kejujuran.

Anda tidak ingin berbohong.

Anda tulis di surat lamaran Anda: 

“Pengalaman di bidang pemrograman: innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’uun”. 

😊😊

Rasanya seperti mukjizat.

Anda ternyata dipanggil, ikut wawancara.

Maka akhirnya terjadilah pertemuan itu.

Antara Anda dan yang mewawancarai Anda.

Dia bilang, 

“Ini adalah posisi Lead Programmer. Anda harus punya pengalaman 10 tahun di bidang pemrograman.” 

“Anda harus mengetahui bahasa-bahasa pemrograman: Java, Phyton, Scala, JavaScript, C, Go, dan C++.”

Anda menimpali, 

“Ya, saya paham itu, huruf-huruf A, B, C. 

Sudah lebih dari 10 tahun saya mengenal huruf-huruf itu.”

Dan Anda masih ingat persis, di surat lamaran, Anda menyebutkan bahwa salah satu technical skill yang relevan yang Anda miliki adalah googling. 

Anda tidak berbohong. 

Karena Anda memang mahir menggunakan Google.

Sang pewawancara menerangkan technical requirements secara lebih detail lagi. 

Dan Anda merasa sangat-sangat tersiksa. Sangat-sangat malu. 

Ingin rasanya wawancara itu cepat berakhir.

Di menit-menit pertama, pewawancara sudah paham bahwa yang dihadapinya bukan orang yang qualified

Sangat tidak masuk kualifikasi.

Tapi pewawancara tidak bisa dihentikan. Terus ngoceh soal dunia pemrograman. 

Anda merasa bahwa lebih baik wawancara itu segera kelar. Biar Anda bisa segera pulang.

Masuk kamar, menguncinya, dan menangis meraung-raung.

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu datang. 

Si pewawancara berhenti membicarakan hal-hal teknis yang canggih-canggih. 

Lalu dia bilang, “Selamat ya! Anda bisa bekerja mulai besok.”

Anda tercengang.

Menggelengkan kepala beberapa kali. 

Seratus persen tidak percaya.

Si pewawancara melanjutkan,

“Dengar ya. Saya tahu Anda pikir Anda tidak masuk kualifikasi.” 

“Tapi saya sudah menjalani bidang pemrograman ini puluhan tahun.”

“Saya tahu Anda bisa melakukannya. Saya tahu Anda adalah seorang pembelajar yang baik.” 

“Saya tahu, Anda mungkin tidak melihat diri Anda sendiri sebagai seorang karyawan yang unggul di perusahaan ini. Tapi pengalaman saya bilang bahwa Anda akan menangani pekerjaan ini dengan hebat.” 

“Dan saya yakin.

Sangat-sangat yakin akan hal itu.” 

The interviewer believes in you more than you even believed in yourself.

Si pewawancara itu percaya kepada Anda, bahkan melebihi rasa percaya Anda terhadap diri Anda sendiri.

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Sekarang kita kembali ke pembahasan ayat-Nya.

Apakah ada di antara kita yang pernah berterima kasih kepada Allah dengan sepenuh hati, dengan sepenuh terima kasih yang selayaknya kita ucapkan kepada-Nya?

Apakah ada di antara kita yang memuji Allah dengan sepenuh hati, sepenuh pujian yang selayaknya kita ucapkan kepada-Nya?

Apakah ada di antara kita yang mengingat Allah dengan sepenuh hati, sepenuh zikir yang selayaknya kita panjatkan kepada-Nya?

Bagaimana jawaban Anda terhadap tiga pertanyaan barusan?

⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️

Allah menjelaskan tentang tugas kita semua.

Apakah itu?

Wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihii 

(وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖۗ). 

“Berjuanglah di jalan Allah, tapi jangan ada yang kau kejar di hadapanmu kecuali Allah, sebagaimana layaknya Dialah satu-satunya yang perlu engkau perjuangkan.”

Struggle likes He deserves it.

Berjuanglah dengan perjuangan yang pantas, selayaknya Allah saja satu-satunya yang pantas mendapatkan perjuangan itu dari kita. 

Perjuangan seperti itu, perjuangan yang dipersembahkan hanya untuk Allah saja, mudah atau sulit?

Kita lanjutkan pembahasannya insyaa Allaahu ta’aalaa minggu depan.

💎💎💎💎💎

Sumber: Home / Quran / Courses / Divine Speech / 04. What Does Allah See in You (31:35-34:50)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s