[VoB2020] Mereka Menjadikan Al-Qur’an untuk Membuat Kekacauan


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-136

Topik: Pearls from Ali Imran

Rabu, 4 November 2020

Materi VoB Hari ke-136 Pagi | Mereka Menjadikan Al-Qur’an untuk Membuat Kekacauan

Oleh: Ayu S Larasaty

#WednesdayAliImranWeek20Part1

Part 1

بسم الله الرحمن الرحيم

Kali ini Ustaz Nouman membahas hal yang lumayan serius, kawan.

Beliau membahas arti kata ‘Fitna’ di Al-Qur’an.

Kita selama ini mungkin saja memahami bahwa arti fitnah adalah memberikan kesaksian yang tidak sesuai dengan kenyataan. Tapi ternyata makna kata ‘fitna’ lebih luas dari itu. Fitna bisa berarti berbuat kekacauan, membuat kebingungan, membuat banyak orang mengalami kesulitan.

Fitna tidak hanya berupa dengan sengaja memberi kesaksian atau melemparkan tuduhan palsu, tapi juga mendefinisikan korupsi, persengkongkolan dalam kejahatan, membuat aturan yang menjadikan manusia lalai kepada Allah, hingga membuat tafsir Al-Qur’an yang keliru.

Ustaz mengatakan bahwa orang-orang yang membuat kekacauan ini tidak menyadari bahwa dia telah berbuat kekacauan tak hanya pada orang lain, namun juga pada dirinya.

Mereka memiliki penyakit dalam hatinya sehingga terobsesi dengan bagian-bagian yang menjadikan ayat Al-Qur’an terlihat ambigu padahal Ayat Al-Qur’an sungguh jelas arti dan tafsirnya.

Mereka melakukannya agar orang-orang merasa kesulitan, membuat kebingungan atas hal yang telah pasti dan berusaha merebut tafsir Al-Qur’an.

WOA WOA WOOAAA… Tahan! Memang apa yang buruk dari melakukan tafsir Al-Qur’an?

Bukankah ini adalah hal yang kita lakukan sekarang???

Ya, namun mereka melakukannya untuk merekonstruksi tafsir Al-Qur’an, membuat kekacauan, membuat hipotesis, teori dan alternatif lain dalam memandang sesuatu yang sudah pakem dan ajeg hukumnya dalam Al-Qur’an yang pada akhirnya berujung pada masalah-masalah yang baru.

Mereka tidak segan mengatakan bahwa arti pasangan dalam Al-Qur’an tidak selalu pasangan laki-laki dan perempuan, melainkan bisa laki-laki dengan laki-laki, bisa perempuan dengan perempuan.

Mereka juga tidak segan mengatakan bahwa secara kontekstual tafsir Al Al-Qur’an tentang kewajiban muslimah menggunakan jilbab sudah tidak relevan.

Mereka juga tidak segan mengatakan bahwa tafsir Al-Qur’an dipengaruhi oleh sudut pandang dominasi laki-laki sehingga kurang pas dan akan sulit memahami perempuan.

Itulah mengapa, Ustaz mengatakan, kita harus melihat Al-Qur’an dengan Ihkam.

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Ali Imran > 03. ‘Ali ‘Imran – Ayah 7-9 Ramadan 2018 (37:20 – 39:10)


Materi VoB Hari ke-136 Siang | Carilah Guru yang Lurus

Oleh: Ayu S Larasaty

#WednesdayAliImranWeek20Part2

Part 2

بسم الله الرحمن الرحيم

Kali ini pembahasan akan sedikit berat, kawan.

Jadi, kalau sedang makan siang atau lagi ngobrol dengan teman atau sedang ada urusan lain, silahkan diselesaikan terlebih dahulu urusannya.

Dalam kelas ini ustaz Nouman membahas ayat QS Ali Imran : 7,

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ

Artinya: “Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”

Anda pasti sudah mengetahui bahwa kita ada di masa orang-orang dengan agenda liberalisasi Islam dan menghegemonikan pluralisme berusaha melepaskan pandangan alam Islam dari seluruh sendi kehidupan muslim.

Karena mengalahkan umat ini memang takkan pernah berhasil jika menggunakan pedang, umat Islam akan bersatu seluruhnya jika dilawan dengan pedang, karena mereka yakin dengan janji Allah dan justru akan mengejar janji itu.

Sehingga, strateginya pun diganti, bagi orang-orang yang memiliki penyakit hati dan ingin berbuat kekacauan, mereka sangat tertarik dengan ayat-ayat Al Qur’an yang ambigu (mutasyabihaat) untuk menggugat ayat-ayat muhkamat. Namun, kita dapat menghindari pemahaman keliru tersebut dengan memahami Al-Qur’an secara ihkam.

Ihkam bermakna setiap kata, frasa, kalimat dan ayat dalam Al-Qur’an saling berkaitan satu sama lain. Bagaimana kita memahami makna satu ayat dengan yang lain?

Kita harus berguru, berguru kepada guru-guru yang lurus pemahaman tafsir Al-Qur’annya, dan takut kepada Allah.

Selain itu, kalau seandainya Al-Qur’an seluruhnya Muhkam, maka akan hilanglah hikmah dari ujian pembenaran dan amal perbuatan, karena maknanya sangat jelas dan tidak ada kesempatan untuk menyelewengkannya atau berpegang kepada ayat Mutasyabih untuk menebarkan fitnah dan mengubahnya. 

Dan kalau seandainya Al-Qur’an seluruhnya adalah Mutasyabih, maka akan lenyaplah posisi Al-Qur’an sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia serta tidak mungkin untuk melakukan amal ibadah dengannya dan membangun aqidah yang benar diatasnya.

Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah-Nya menjadikan sebagian ayat-ayat Al-Qur’an Muhkam agar bisa dijadikan rujukan ketika terdapat makna yang tersamar, dan sebagian lagi Mutasyabih sebagai ujian bagi para hamba agar terlihat jelas orang yang benar-benar beriman dari orang yang dihatinya terdapat penyakit, karena orang yang benar-benar beriman akan mengakui, bahwa Al-Qur’an seluruhnya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan apa saja yang berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah benar, tidak mungkin ada kebathilan atau kontradiksi sedikitpun padanya.

Wallahu’alam bishawaab

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Ali Imran > 03. ‘Ali ‘Imran – Ayah 7-9 Ramadan 2018 (39:11 – 42:19)


Diskusi & Tanggapan VoB Hari ke-136 Siang | Carilah Guru yang Lurus

Ajeng Izura:

Bismillah mau tanya bagaimana cara kita mengetahui guru yg lurus atau tidak ya kak?

Hain:

terimakasih ada pertanyaannya, kak Ajeng Izura … saat ini pertanyaannya sudah kami sampaikan ke Tim VoB. Sambil menunggu jawaban dr tim, silakan mgkn teman2 di sini ada yang ingin berbagi 🙏

Kartika:

Bismillah..bukan mau bantu jawab ya kak cuman mau sharing..🙏  Jujur aku tidak mempunyai guru yang khusus untuk mengajari perihal agama. Cuman punya guru ngaji waktu aku kecil dulu. Sekarang untuk memperdalam agama selain baca Alquran bersama artinya aku juga baca hadits-hadits dan juga baca-baca buku tafsir Ibnu Katsir selain itu aku ambil juga ustadz-ustadz dari media sosial seperti syeikh Fauzan Al Fauzan,dan beliau-beliau yg lain yang saya pandang mengikuti Alquran dan As Sunnah.

Gustya Indriani:

Pengalaman pribadi saya: kita semua, termasuk guru-guru kita, adalah manusia biasa yang penuh kelemahan.

Jadi di saat berguru, saya biasanya niatkan dan minta bantuan serta perlindungan dari Allah SWT agar saya selalu dapat belajar dari berbagai orang yang punya niat untuk menjalankan agama sesuai Al-Qur’an dan Al- Hadits. Juga sangat penting bagi saya, sebagai murid, untuk tetap berpikir kritis dan mengembalikan serta mengecek segala sesuatunya ke Al-Qur’an dan Al-Hadits. 

Di sinilah pentingnya berada dan belajar di dalam lingkungan yang sehat, yang bisa saling menjaga serta mengingatkan. 

Wallahualam bishawab.

Ayu S Larasaty: 

Ini kalo saya jawabannya cukup subjektif hehe..

Karena menurut saya mencari guru itu beneran harus disertai niat menuntut ilmu yang lurus juga, baca buku, menjauhi orang-orang yang sering membuat kontroversi, berdoa juga.

Sambil bersabar bahwa tidak semua pertanyaan akan langsung terjawab.

Selain itu, ditingkatkan kekhusyukan waktu baca Al Fatihah pas sholat, karena di ayat terakhirnya kita minta ditunjukkan jalan yang lurus, nah di surat tersebut juga mendefinisikan jalan lurus itu rombongannya yang seperti apa.

Ini dibahas di kitab adabul ta’limul muta’allim, kalau ada yang mengadakan darasnya disarankan ikut.

Jadi stay hungry, stay foolish, berdoa minta perlindungan dan petunjuk sama Allah.

Hain:

Sekalian izin klarifikasi terkait pertanyaan, ada kah standard definisi dr “lurus” ini, kak??? 🙏🏻

Nurul Imam Raharjo:

Lurus.. pengajar/guru tersambung sanad belajar nya sampai dengan Rasulullah Muhammad.. yg jadi masalah nya bgaimana kita tau guru tsb ilmu nya tersambung..? 😅🙏🏽

Ajeng Izura:

Wah terima kasih kak sharingnya.. sangat bermanfaat 🙏🏻. Standard nya tidak ada kak, “lurus” disini terkait dengan materi.

Marina Mary Al Husna:

Ini bener banget, saya udah mengalami.. 

Dulu punyaguru yg tampak indah mengajarkan tafsir Al-Quran, sampai kemudian dia menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat.. baru tampak jelas kesesatannya..

Subhanallah..


Materi VoB Hari ke-136 Sore | Carilah Guru yang Lurus – 2

Oleh: Ayu S Larasaty

#WednesdayAliImranWeek20Part3

Part 3

بسم الله الرحمن الرحيم

Masih membahas tentang pentingnya memiliki guru dalam mempelajari tafsir ayat-ayat muhkamaat dan mutasyabihaat. 

Mengapa demikian?

Karena ayat Mutasyabih yang terdapat dalam Al-Qur’an ada dua macam. 

Pertama: Hakiki, yaitu apa yang tidak dapat diketahui dengan nalar manusia, seperti hakikat sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Walau kita mengetahui makna dari sifat-sifat tersebut, namun kita tidak pernah tahu hakikat dan bentuknya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Relatif atau mirip, yaitu ayat-ayat yang tersamar maknanya untuk sebagian orang tapi tidak bagi sebagian yang lain. Artinya dapat dipahami oleh orang-orang yang mendalam ilmunya saja. Bentuk Mutasyabih yang ini boleh dipertanyakan tentang penjelasannya karena diketahui hakikatnya, karena tidak ada satu katapun dalam Al-Qur’an yang artinya tidak bisa diketahui oleh manusia.

Nah, oleh karena itu ketika kita menemukan tafsir Al-Qur’an yang kita ketahui bertentangan dengan apa yang selama ini kita yakini.

Misal kita sudah mengetahui hukum sholat adalah wajib, lalu nanti ada yang berpendapat bahwa tafsir Al-Qur’an mengatakan hal lain tentang kewajiban sholat.

Atau ada yang mengatakan menikah berbeda agama dan minum khamr itu boleh karena di dalam Al-Qur’an tafsirannya membolehkan.

Atau ada yang mengatakan bahwa tafsir-tafsir ayat Al-Qur’an tidak ramah perempuan karena menggunakan bahasa Arab yang sudah diwarnai oleh budaya patriarki.

Hehe…

Jangan langsung percaya dulu, kawan.

Cari guru yang lurus, agar kita tidak tersesat.

Karena orang yang dalam hatinya terdapat penyakit akan menjadikan ayat-ayat Mutasyabih sebagai sarana untuk mengubah-ubah ayat-ayat Muhkam dan mengikuti hawa nafsu dalam menebarkan keragu-raguan pada berita-berita Al-Qur’an serta angkuh dan sombong dari hukum-hukum Al-Qur’an.

Oleh karena itu Anda selalu mendapati bahwa orang-orang yang salah jalan dalam masalah aqidah dan ibadah selalu mempergunakan ayat-ayat Mutasyabih sebagai dasar penyelewengan mereka.

Wallahu’alam bishawaab

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Ali Imran > 03. ‘Ali ‘Imran – Ayah 7-9 Ramadan 2018 (42:20 – 45:05)

***


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s