بسم الله الرحمن الرحيم
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-125
Topik: Parenting
Sabtu, 24 Oktober 2020
Materi VoB Hari ke-125 Pagi | Allah Kabulkan dan Allah Sempurnakan Urutannya
Ditulis Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek18Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Mungkin Anda sudah pernah mendengar kisah ini.
Dalam versi yang lain.
Kali ini Anda akan menyimak yang versi VoB.
📒📕📗📘📙
Dia terbaring lemah di ruang VIP sebuah rumah sakit di Singapura.
Seorang perawat senior di rumah sakit itu sudah meminta istrinya untuk menelpon semua anaknya. Mereka harus meluncur ke rumah sakit.
Ya, mereka semua.
Sekarang juga.
Tidak pernah ada pasien dengan tensi setinggi ini.
Hampir semua vital signs yang lainnya juga sama parahnya.
Sebuah pertanda bahwa waktunya mungkin sudah teramat dekat
Dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, semua anaknya sudah merapat.
Semuanya berada di sisi pembaringan. Menanti Izrail menjemput ayah mereka.
Sang ayah perlahan membuka matanya. Dipandanginya semuanya satu per satu.
Istrinya.
Lalu ketujuh anaknya.
Semuanya berdebar-debar.
Akankah ada kata-kata terakhir yang terucap?
Tubuh yang lemas itu tampak seperti sedang mengumpulkan energi.
Mungkin untuk mengeluarkan satu dua patah kata yang begitu sulit untuk diucapkannya.
Pria tua yang terlihat pucat itu akhirnya angkat bicara. Suaranya parau, tapi terdengar penuh amarah.
“Ka-lau … ka-li-an … se-mua … a-da … di … si-ni …,”
ada pause sekitar tiga detik,
“… si-a-pa … yang … ja-ga … to-ko …!!!???”
😇😇😇😇😇
Kisah tadi bukan sebuah true story.
Tapi sebuah cerita fiksi humor yang sekaligus mengandung satire.
Melukiskan betapa parahnya kondisi orang yang lemah, yang hampir tamat, tapi masih mikirin dunia.
Kisah tadi bukanlah kisah seorang muslim yang taat.
Lalu bagaimana seharusnya sikap seorang muslim saat maut menjemput?
Akan kita bahas hari ini, insya Allah.
So, mari kita sekarang menyiapkan diri.
Siap-siap melakukan aktivasi.
Kajian mode on.
📒📕📗📘📙
أعوذ بالله من الشيطان
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Ustadz mengawali kajian dengan membaca dua ayat itu.
Qur’an surah Al-Baqarah ayat 133 dan 134.
Seperti biasanya. Ustadz membacanya dengan tartil. Dengan tajwid yang sempurna.
Tapi ustadz tidak langsung membahas kedua ayat itu.
Sebelum melangkah lebih jauh, ustadz ingin membahas yatluu ‘alayhim aayaatik, wa yu’allimuhumul kitaaba wal hikmah, wa yuzakkiihim (يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْ).
Ini adalah empat ayat sebelum kedua ayat tadi. Al-Baqarah 129.
Ibrahim alaihis salaam berdoa kepada Allah. Supaya Allah mengirim seorang Rasul. Untuk melakukan empat hal.
1️⃣ Membacakan ayat-ayat Allah yang penuh mukjizat kepada mereka.
2️⃣ Mengajarkan Kitab-Nya kepada mereka.
3️⃣ Mengajarkan hikmah atau kebijaksanaan kepada mereka.
4️⃣ Menyucikan mereka.
Apakah Allah mengabulkan doa satu paket doa itu?
Di sini kita belum melihat respons Allah atas doa Nabi Ibrahim.
Padahal sebelumnya, setiap kali beliau berdoa, Allah merespons doa tersebut.
Artinya apa?
Allah menerimanya.
Allah mengabulkan do’a tersebut.
Dan ini adalah do’a yang ke sekian yang Nabiyullah Ibrahim panjatkan.
Mari kita telusuri lorong waktu sejenak. Melakukan kilas balik perjalanan doa-doa Nabi Ibrahim ’alaihis salaam.
🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Pertama adalah saat Allah menjadikan Nabi Ibrahim pemimpin bagi seluruh manusia.
Beliau pun berdoa supaya dari anak cucu beliau juga. Maksudnya, juga dijadikan pemimpin.
Allah membenarkan, tapi janji-Nya tidak berlaku untuk orang-orang yang zhalim. (QS Al-Baqarah, 2:124)
🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Lalu Nabi Ibrahim berdoa supaya Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang beriman.
Allah menjawab bahwa kepada orang-orang kafir pun Allah juga memberikan rezeki-Nya. (QS Al-Baqarah, 2:126)
🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Dan saat Ibrahim meninggikan posisi Baitullah, beliau berdoa supaya Allah menerima amal beliau dan Ismail ’alaihis salaam. (QS Al-Baqarah, 2:127)
🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Disambung lagi dengan doa supaya Allah menjadikan anak cucu beliau sebagai one muslim ummah.
Sebagai satu umat yang berserah diri kepada-Nya. (QS Al-Baqarah, 2: 128)
Allah tidak merespons.
Yang artinya, Allah menerimanya.
Allah mengabulkan do’a itu.
Tidak ada counter.
Tidak ada ayat yang turun sebagai respons Allah yang menentang do’a itu.
Artinya, do’a itu diterima.
🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Nabi Ibrahim melangkah lebih jauh.
Beliau tidak selesai dengan meminta supaya anak cucu beliau menjadi satu umat yang berserah diri.
Beliau juga memohon supaya Allah menunjuk seorang utusan-Nya, yang melakukan keempat hal tadi:
1️⃣ Membaca ayat-ayat-Nya.
2️⃣ Mengajarkan Kitab-Nya.
3️⃣ Mengajarkan hikmah atau kebijaksanaan.
4️⃣ Membersihkan dan menyucikan mereka.
Allah ternyata tidak cuma merespons do’a ini.
Allah menyempurnakan do’a ini.
Allah menyempurnakannya di tiga tempat.
📖 Al-Baqarah, 2:151
📖 Ali ‘Imran, 3:164 dan
📖 Al-Jumu’ah, 62:2.
Allah menyempurnakannya dengan mengubah urutannya.
هُوَ الَّذِيْ بَعَثَ فِى الْاُمِّيّٖنَ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِهٖ وَيُزَكِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ
Yuzakkiihim (يُزَكِّيْهِمْ), pembersihan dan penyucian jiwa, disebutkan di ujung akhir do’a Nabi Ibrahim.
Merespons do’a itu, Allah menempatkan yuzakkiihim (يُزَكِّيْهِمْ) di urutan kedua.
Jadi urutannya berubah dari 1-2-3-4 menjadi 1-4-2-3.
Urutan 1-2-3-4 adalah urutan di doa Nabi Ibrahim tadi.
Allah mengubah urutannya menjadi 1-4-2-3.
Mengapa Allah mengubah urutan itu?
Apa manfaat perubahan urutan itu?
Insya Allah kita bahas ba’da zhuhur.
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 09. Concerned Parents Part 3 – Parenting (00:00 – 03:14)
💎💎💎💎💎
Diskusi dan Tanggapan VoB Hari Ke-125 Pagi | Allah Kabulkan dan Allah Sempurnakan Urutannya
Mira Humaira:
Maa syaa Allah …
Maa syaa Allah …
💕
Menunggu kelanjutannya …
Materi VoB Hari ke-125 Siang | Spiritual and Intellectual Cleanser
Ditulis Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek18Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Apa ide dibalik perubahan urutan itu?
Allah tahu dahsyatnya kekuatan Al-Qur’an.
Nabi Ibrahim tidak.
Saat itu.
Ibrahim ’alaihis salaam berpikir, bahwa jika ayat-ayat-Nya dibacakan kepada mereka, logikanya, langkah berikutnya, mereka akan mempelajari Kitab itu.
Dan jika mereka cukup banyak mempelajari Kitab itu, mereka akan mendapatkan hikmah atau kebijaksanaan.
Dan jika mereka mempelajari Kitab itu dan hikmah atau kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya, mereka akan bertindak dengan bijak.
Dan jika mereka terus-menerus mempraktikkan perilaku bijaksana, menjadi suci jiwa mereka.
📒📕📗📘📙
Allah ’azza wa jalla tahu persis bahwa Kitab ini akan menjadi sangat spesial. Al-Qur’an akan menjadi sangat-sangat spesial.
Bahkan jika Anda hanya membacakan Al-Qur’an, itu saja sudah cukup untuk memberikan efek penyucian jiwa kepada orang-orang yang mendengarkan bacaan Anda.
Dan hal itu bahkan bisa menjadi lebih penting daripada mempelajarinya.
📖📖📖📖📖
It’ll be more important than learning the book.
Membaca Al-Qur’an bisa menjadi lebih penting daripada mempelajarinya.
Being exposed to the Qur’an itself is part of the legacy.
Terekspos kepada bacaan Al-Qur’an itu sendiri adalah bagian dari penyucian jiwa.
Melalui kondisi itu, kondisi di mana kita terpapar oleh Al-Qur’an itu, jiwa kita dibersihkan.
💦💦💦💦💦
Ada dua jenis pembersihan yang Qur’an lakukan.
⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️
Oh iya, ini mungkin bukan topik hari ini, tapi ini penting dalam konteks diskusi kita sebagai orang tua.
⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️
Ada dua jenis penyucian yang Al-Qur’an lakukan.
1️⃣ Ada penyucian terhadap akal pikiran. Tazkiyatul ‘aql.
2️⃣ Lalu ada tazkiyatul qalb. Penyucian hati. Atau tazkiyatun nafs.
Jadi ada dua penyucian.
Penyucian pikiran dan penyucian hati.
🚰🚰🚰🚰🚰
Penyucian Pikiran
Yang disucikan adalah pemahaman kita. Filosofi kita. Cara pandang kita terhadap dunia. Bagaimana seharusnya kita berpikir tentang hal-hal di seputar kita.
🚰🚰🚰🚰🚰
Penyucian Hati
Lalu kita harus menyucikan diri kita dari hal-hal ini:
▶️ Keserakahan (greed),
▶️ Nafsu yang tak terkendali (lust),
▶️ Kemalasan (laziness), dan
▶️ Godaan (temptation).
Hal-hal seperti itu.
Itulah penyucian hati.
Al-Qur’an secara ajaib menyucikan keduanya.
Al-Qur’an adalah pembersih spiritual (a spiritual cleanser).
Al-Qur’an juga adalah pembersih pemikiran dan pemahaman (an intellectual cleanser).
Al-Qur’an menyucikan cara pandang kita terhadap dunia secara filosofis.
Al-Qur’an menyapu semua pikiran yang keliru tentang kehidupan.
Al-Qur’an membuang semua pikiran yang keliru tentang tujuan kehidupan.
Al-Qur’an menyingkirkan semua pikiran yang keliru tentang Sang Pencipta.
Al-Qur’an menghapuskan semua pikiran yang keliru tentang kenapa kita berada di bumi, tentang ke mana akhir hidup kita, tentang tujuan hidup kita.
Al-Qur’an membersihkan semua pikiran itu.
Dan Al-Qur’an menguatkan hati kita.
💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻
Sehingga kita bisa bertarung melawan zina dan kekejian atau fahsyaa’ (فَحْشَاء).
Bertarung melawan bisikan setan atau waswasa (وَسْوَسَ).
Bertarung melawan kemalasan (laziness).
Bertarung melawan kelengahan atau kealpaan atau ghaflah (غَفْلَة).
Dan hati kita menjadi lunak.
🔓🔓🔓🔓🔓
It opens up our mind.
It opens up our heart.
Al-Qur’an membuka pikiran kita.
Al-Qur’an membuka hati kita.
Itulah yang Al-Qur’an lakukan untuk kita.
Itulah yang lebih penting.
Maka Allah menegaskan hal yang penting ini: Bacakanlah ayat-ayat Al-Qur’an kepada mereka.
Karena ayat-ayat itu menyucikan mereka.
Dan ketika jiwa mereka telah dibersihkan, mereka siap untuk belajar.
Karena ada orang-orang yang belajar tapi belum bersih jiwa mereka.
Mereka belajar, tapi jiwa mereka belum pernah dibersihkan.
Contohnya gimana?
Misalnya anak kita, atau kita sendiri, sudah tahu banyak tentang Islam.
🧎🏼🧎🏼🧎🏼🧎🏼🧎🏼
Tapi shalat kita sangat singkat. Hit and run.
Sangat-sangat singkat.
Semacam senam aerobik tapi menghadap kiblat.
Yang berarti tidak banyak ayat yang kita baca di shalat kita.
Maka kita perlu bertanya pada diri kita sendiri:
Pengetahuan kita yang banyak tentang Islam itu, bermanfaat atau tidak?
Bahkan saat kita menghadap-Nya di dunia.
Sebagai bentuk gladi resik sebelum kita menghadap-Nya di akhirat.
Bermanfaatkah pengetahuan kita yang banyak tentang Islam itu, bahkan untuk membangun hubungan kita yang mesra dengan-Nya di shalat-shalat kita?
If you’re getting more knowledgeable, then you should enjoy spending more time with Allah.
Jika pengetahuan Anda tentang Islam semakin banyak, maka Anda seharusnya menikmati saat-saat itu; saat di mana Anda menghabiskan lebih banyak waktu bersama Allah.
Shalat adalah saat-saat itu.
Shalat adalah saat di mana kita seharusnya menikmatinya.
❤️🧡💛💚💙
Katanya cinta sama Allah?
Kok shalatnya buru-buru?
Bukankah dengan yang dicinta itu kita inginnya berduaan saja berlama-lama?
Untuk saya dan Anda, pengetahuan itu ada di atas sini, di kepala kita.
Tapi shalat tidak membersihkan pikiran kita.
Shalat membersihkan hati kita.
Inilah kesalahan yang sering kita lakukan.
We’re feeding our mind, but we’re not feeding our heart.
Kita memberi makanan untuk pikiran kita.
Tapi kita tidak memberi makanan untuk hati kita.
Kita bisa saja belajar tafsir, bahasa Arab, tata bahasa, tajwid, dan yang serupa itu.
Tapi itu semuanya ada di atas sini, di otak kita.
Kapankah semuanya itu masuk ke hati kita?
Saat kita menghabiskan waktu untuk membaca Al-Qur’an.
Dengan tujuan hanya untuk membaca Al-Qur’an.
Bukan dengan tujuan untuk mempelajari tafsirnya.
Bukan dengan tujuan untuk mempelajari bahasa Al-Qur’an.
Bukan dengan tujuan untuk mengajarkan Al-Qur’an.
Tapi dengan memahami bahwa Al-Qur’an adalah kata-kata Allah, dan ayat-ayat itu membersihkan jiwa kita.
Kita membiarkan diri kita terpapar dengan ayat-ayat-Nya.
Kita membiarkan ayat-ayat yang penuh mukjizat itu membersihkan jiwa kita.
Cobalah untuk duduk dan mendengarkan bacaan Al-Qur’an.
Dengan tujuan untuk mendengarkan bacaan Al-Qur’an.
Hubungan kita dengan Al-Qur’an bisa bermacam-macam.
Salah satunya: hanya dengan membacanya. Atau, hanya mendengarkan bacaan-Nya.
Hanya membacanya. Hanya mendengarkan bacaannya.
📖📖📖📖📖
It’s a necessary spiritual exercise.
Membaca Al-Qur’an atau mendengarkan bacaan Al-Qur’an adalah sebuah latihan spiritual yang penting.
Mengapa?
Karena latihan spiritual yang satu ini membersihkan jiwa kita.
Lalu, selain itu, tentu saja kita perlu latihan yang lain.
Mempelajari maknanya.
Mempelajari makna kata demi kata.
Mempelajari maknanya dalam satu kalimat.
Mempelajari maknanya sesuai konteksnya.
Maka latihan tambahan ini membersihkan diri kita secara intelektual.
Membersihkan pemahaman kita.
Membersihkan filosofi kita.
Jangan tinggalkan salah satu darinya.
Tentu saja, jangan tinggalkan dua-duanya.
Tapi yang sering kita amati, atau bahkan kita lakukan, kita meninggalkan salah satunya.
Kita kejar setoran one day one juz tapi maknanya kita ga paham.
Atau kita tenggelam di samudra makna kata-kata, tapi kita kurang baca atau kurang dengar Al-Qur’an.
Meninggalkan salah satunya membuat tazkiyah kita tidak komplet.
Meninggalkan salah satunya, maka jangan pernah berharap penyucian akal budi akan terjadi.
Wa yu’allimuhumul kitaaba wal hikmah (وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ).
Sudah.
Itulah tadi pentingnya urutan keempat di do’a Nabi Ibrahim.
Yang Allah sempurnakan dan tempatkan di urutan kedua saat mengabulkan do’a itu.
📒📕📗📘📙
Sekarang kita kembali ke ayat yang dibaca di awal.
Dua ayat yang dibaca setelah ta’awudz di awal kajian ini.
Al-Baqarah 133 dan 134.
Am kuntum syuhadaa’ (اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ). Were you around? Apakah kalian menjadi saksi?
Atau: Apakah kalian ada di sisinya?
Idz hadhara ya’quubal mawt (اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ). When death presented itself to Ya’quub. Saat maut akan menjemput Yakub.
Saat itu, beliau berada di ujung akhir hidup beliau. Yakub ’alayhis salaam.
Apa yang beliau pikirkan?
Apakah beliau marah-marah karena semuanya berkumpul di sisi beliau dan tidak ada yang jaga toko?
Insya Allah kita lanjutkan ba’da ‘ashar.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 09. Concerned Parents Part 3 – Parenting (03:14 – 07:36)
Materi VoB Hari ke-125 Sore | What’re You Gonna Worship After I’m Gone?
Ditulis Oleh: Heru Wibowo
#SaturdayParentingWeek18Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Nabi Ya’kub tidak mikirin toko.
Apa yang pertama kali terbersit dalam pikiran beliau di saat-saat menjelang ajal beliau?
Apa ya?
⏸️⏸️⏸️⏸️⏸️
Kita pause sejenak ya.
Kita fokus dulu ke dua skenario ini: adegan Nabi Ibrahim dan adegan Nabi Ya’kub.
🟢
Dalam skenario Nabi Ibrahim, beliau dijadikan pemimpin (imaam) atas manusia.
Sebuah penghargaan Allah dalam kehidupan Nabi Ibrahim ’alaihis salaam.
Beliau berada di puncak kejayaan sebagai leader of the world. Dan yang beliau pikirkan adalah anak cucu beliau.
🟢🟢
Nabi Yakub ’alaihis salaam skenarionya kebalikannya.
Beliau berada di ujung akhir hidup beliau. Beliau kumpulkan putra-putra beliau. Apa yang pertama kali beliau ucapkan?
🎤🎤🎤🎤🎤
Idz qaala libaniihi (اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ). He says to his children. Beliau, Nabi Yakub ’alaihis salaam berkata kepada anak-anak beliau.
Maa ta’buduuna mimba’dii (مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ)? What are you gonna worship after I’m gone? Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?
Bahkan Yakub ’alaihis salaam tidak bilang, ’man ta’buduuna mimba’dii’. Siapa yang akan kalian sembah?
Beliau menggunakan maa, bukan man.
Apa yang akan kalian sembah, bukan siapa.
What’re you gonna worship?
Seakan-akan beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam benar-benar ingin memulai dari awal.
Beliau ’alaihis salaam ingin mendengar jawaban dari anak-anaknya sebelum meninggalkan dunia yang fana.
Beliau ’alaihis salaam tidak ingin berasumsi bahwa jawaban anak-anaknya pasti seperti ini. Atau seperti itu.
Beliau ingin mendengarnya sendiri, langsung dari anak-anaknya.
Karena jawaban itu mungkin akan menjadi hal yang paling bikin beliau rileks sebelum beliau lengser dari dunia.
“Oh, anak-anakku tahu tentang Islam. Jadi sekarang aku bisa beristirahat dengan tenang.”
Rest in true peace.
⏹️⏹️⏹️⏹️⏹️
Qaaluu na’budu ilaahaka (قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ). Mereka bilang, “Kami akan menyembah Tuhan dari ayahanda.”
Wa ilaaha aabaa-ika (وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ). “Dan Tuhan dari ayah serta nenek moyang dari ayahanda.”
Ibraahiima wa ismaa’iila wa ishaaqa ilaahan waahidan (اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ). “Ibrahim, Ismail, dan Ishaq. Yang memiliki Tuhan Yang Satu.”
Nah, sekarang, kita fokus ke anak-anak Yakub ’alaihis salaam.
By the way, apa nama lain dari Ya’kub?
Israil.
Yakub atau Israil telah mendapatkan jawaban dari anak-anaknya.
Saat menjawab pertanyaan itu, anak-anak Israil bilang, “Tuhan dari ayahanda.”
Artinya, Tuhan dari Ya’kub, adalah sama dengan Tuhan dari Ibrahim, dan sama juga dengan Tuhan dari Ismail.
Jadi mereka menghormati Nabi Ismail ’alaihis salaam.
Penting ini, dan harus digarisbawahi.
Mereka menghormati Nabi Ismail ’alaihis salaam.
Anak-anak Israil menghormati Ismail ’alaihis salaam.
Pernyataan ini kalau perlu diulang lagi beberapa kali.
Karena kadang-kadang hal ini sulit dipercaya.
Anak-anak Israil menghormati Ismail ’alaihis salaam.
Anak-anak Ismail adalah orang Arab.
The original sons of Israil had tremendous respect for Ismail and his children.
Putra-putra asli dari Israil sangat menghormati Ismail dan anak-anaknya.
Tapi apa yang terjadi sekarang?
❓❓❓❓❓
Anak keturunan Ismail diberi label gentiles.
Alias orang bukan Yahudi.
Castes alias ada kasta-kasta.
Dan anak keturunan Ismail dianggap berkasta rendah.
The illegitimate race.
Alias anak keturunan Ismail dianggap berasal dari ras yang tidak sah.
Ma’adzallah.
Aku berlindung kepada Allah.
Kita semua berlindung kepada Allah.
Berlindung atas apa?
Atas pemberian label terhadap anak keturunan Ismail ’alaihis salaam.
Yang dilakukan oleh Bani Israil zaman now.
Yang sama sekali tidak punya rasa hormat sama sekali.
Dan benar-benar beda dibandingkan anak-anak asli Yakub ’alaihis salaam.
Yahudi zaman sekarang tidak menghargai Nabi Ismail dan keturunan beliau.
Untungnya Al-Qur’an menyingkap tabir itu.
Bahwa anak-anak asli keturunan Israil sangat menghormati Nabi Ismail.
Qaaluu na’budu ilaahaka wa ilaaha aabaa-ika ibraahima wa ismaa’iila (قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ).
Wa ismaa’iila (وَاِسْمٰعِيْلَ).
Lalu habis itu, wa ishaaqa (وَاِسْحٰقَ).
💡💡💡💡💡
Nah, ada lagi yang menarik di ayat ini.
Terkait urutannya.
Wa ismaa’iila wa ishaaqa (وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ).
Apa hikmah dari urutan itu?
Kita jadi tahu urutannya, dari yang lebih tua ke yang lebih muda.
Ibraahiima wa ismaa’iila wa ishaaqa (اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ).
Yang tertua di urutan ini adalah Nabi Ibrahim, sang ayahanda.
Yang disebut berikutnya adalah Nabi Ismail, baru Nabi Ishaq.
Karena Nabi Ismail disebut duluan, maka beliau lebih tua dari Nabi Ishaq.
Nabi Ismail adalah kakak seayah dari Nabi Ishaq.
Mengapa pengetahuan ini penting?
Karena Bible bilang, ’sacrifice your only son’.
‘Korbankan putramu satu-satunya.’
Bible bilang yang disembelih adalah Ishaq, bukan Ismail ’alaihis salaam.
Padahal putra yang lebih muda tidak mungkin menjadi putra satu-satunya.
Isaac atau Ishaq ’alaihis salaam bukanlah yang disembelih.
Tapi Ismail ’alaihis salaam, beliaulah yang disembelih.
Kalau dibilang ‘satu-satunya anak’, maka kemungkinan yang paling masuk akal adalah bahwa anak yang lebih tualah yang disembelih, saat anak yang lebih muda belum lahir ke dunia.
Jadi, jelas, bahwa yang disembelih adalah Ismail ’alaihis salaam.
Kontroversi itu memang beredar luas.
Muslimin dituduh memiliki pemahaman yang salah.
Karena menganggap bahwa yang disembelih adalah Ismail ‘alaihis salaam.
Padahal menurut mereka, yang disembelih adalah Ishaq ’alaihis salaam.
Hmmm.
Tidak benar itu.
Tuduhan mereka soal ini terhadap muslim, tidak berdasar.
Apa yang sesungguhnya terjadi?
Insya Allah kita kaji lanjutannya minggu depan.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Home / Quran / Courses / Parenting / 09. Concerned Parents Part 3 – Parenting (07:36 – 10:30)
Diskusi dan Tanggapan VoB Hari Ke-125 Sore | What’re You Gonna Worship After I’m Gone?
~ilmi:
Siti Badriyah:
SubhanAllaah… it is the true guidance how a father should assure whether all of his children understood what he has taught about God. Sungguh beruntung anak-anak para Nabi.. karena mereka berdialog dengan sang ayah… dan disini Allah juga Langsung berbicara kepada kita melalui ayat-ayat Al-Quran.. Kalaamullaah .. La haula walaa quwwata illaa billaah…
Betapa indah jika kita bisa memiliki kesempatan berdialog tentang Tuhan dan keimanan dengan ayah kita…🤍💦
Maha Besar Allah yang mengajarkan kita…. jika Bani Israil… anak-anak Kandung Nabi Ya’qub.. menghormati Nabi Ismail dan Nabi Ishaq…dan menempatkan posisi Nabi Ismail lebih dahulu… untuk menghormati keturunan Nabi Ibrahim … Keturunan The father of Believers … Nabi Ibrahim …
Thank you so much for this ilm🤍🤍🌼
Erna Listia:
Masya Allah ❤️
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah