22-10-2020 [VoB2020] Sunbulat – Tangkai Bunga Mayang
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-123
Topik: Divine Speech
Kamis, 22 Oktober 2020
Materi VoB Hari ke-123 Pagi | Sunbulat – Tangkai Bunga Mayang
Ditulis oleh: Muchamad Musyafa’
#ThursdayDivineSpeechWeek18
Part1
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah, 2:261)
Pada sesi Divine Speech kali ini kita akan membahas kata سُنْبُلَة dan سَنَابِل dari ayat di atas.
Sunbulat (سُنْبُلَة) memiliki arti ear of grain. Ia seperti tongkol jagung yang jika kita kupas di dalamnya banyak terdapat biji jagung. Atau seperti tangkai padi yang setiap tangkainya bisa kita temukan banyak bulir padi di sana. Ini adalah gambaran dari Sunbulat. Untuk kata Sunbulat sendiri ia adalah bentuk kata tunggal.
Kata Sunbulat ini dapat kita temukan di kamus KBBI lho. Ini merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang salah satu artinya adalah mayang. Adalah mayang, tangkai-tangkai bunga pohon palem-paleman seperti pohon kelapa atau pohon pinang. Yang bentuknya juga mirip seperti tangkai-tangkai biji padi. Orang Jawa biasa menyebut bunga palem-paleman ini dengan sebutan manggar.
Lalu ada juga Sunbulaat (سُنْبُلَات), mirip dengan kata Sunbulat namun dengan modifikasi tambahan alif di lam-nya sehingga huruf lam di baca panjang. Modifikasi ini menyebabkan arti katanya berubah dari tunggal menjadi jamak. Bentuk ini bisa kita temukan di surat Yusuf, 12:43 yang bercerita tentang mimpi raja Mesir (di zaman nabi Yusuf alayhissalam) yang melihat tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum yang kering.
Lalu ada juga sanaabil (سَنَابِل). Sanaabil juga merupakan bentuk jamak dari Sunbulat.
Jadi kata Sunbulat memang memiliki 2 bentuk jamak, Sunbulaat dan sanaabil . Dan ini adalah hal cukup umum di dalam bahasa Arab di mana beberapa kata bisa memiliki lebih dari satu bentuk jamak.
Contoh lainnya kata Kaafir (كَافِر) yang merupakan bentuk tunggal, lalu di bentuk jamaknya kita bisa menggunakan kata kaafiruun (كَافِرُوْن) atau kuffar (كُفَّار). Lainnya lagi, pada kata ‘nabi’ kita memiliki nabiyy (نَبِيّ) sebagai bentuk tunggalnya, sedangkan bentuk jamaknya kita bisa menggunakan nabiyyun (نَبِيُّون) atau anbiyaa’ (أَنْبِيَاء) .
Di dalam terjemahan bahasa Indonesia ataupun terjemahan bahasa inggris baik Sunbulaat maupun sanaabil akan memiliki terjemahan yang sama. Ears atau tangkai-tangkai.
Tapi dalam bahasa Arab, kita bisa memiliki lebih dari satu bentuk kata jamak. Pertanyaannya, lalu apa bedanya dari beberapa bentuk jamak itu?
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Divine Speech > 04. What Does Allah See in You (00:00 – 03:10)
Materi VoB Hari ke-123 Siang | Sanaabil – Balasan Allah ﷻ yang Berlipat-lipat
Oleh: Muchamad Musyafa’
#ThursdayDivineSpeechWeek18Part2
Part 2
Ketika kita menemukan ada dua atau lebih bentuk kata jamak, beberapa di antaranya memang memiliki perbedaan arti. Dalam pembahasan kali ini Sunbulaat merupakan bentuk jamak yang lemah. Sedangkan sanaabil merupakan bentuk jamak yang kuat, jamak yang sangat berlimpah, jamak dengan steroid, jamak yang sangat berotot, hehe.
Secara konvensional, jika jumlahnya kurang dari sepuluh, jika kita bisa menghitungnya dengan jari tangan kita, maka kita menggunakan bentuk jamak lemah. Jika jumlahnya lebih dari itu atau hampir tak terhitung banyaknya, maka kita bisa menggunakan bentuk jamak yang kuat.
Sunbulaat (سُنْبُلَات) adalah bentuk jamak lemah, sedangkan sanaabil (سَنَابِلُ) adalah bentuk jamak yang kuat.
Namun ada yang tidak biasa di pemakaian kata سَنَابِل di surat Al-Baqarah ini. Ia digunakan untuk hitungan tujuh tangkai. Sedangkan di surat Yusuf digunakan kata سُنْبُلَات juga untuk hitungan tujuh tangkai gandum. Sama-sama berjumlah tujuh. Padahal seharusnya kalau menggunakan aturan konvensional di atas, hitungan tujuh itu sebaiknya menggunakan kata سُنْبُلَات semuanya.
Pada kisah Nabi Yusuf alayhissalam, diceritakan bahwa sang raja bermimpi tentang tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Yang oleh nabi Yusuf alayhissalam ditafsirkan bahwa akan ada 7 tahun masa prihatin di mana kerajaan akan kekurangan bahan makanan karena semua ladang mengering. Oleh karena itu kerajaan harus mulai menyimpan stok makanan di tahun-tahun sebelumnya. Dengan kondisi tersebut kita paham bahwa 7 tangkai di surat Yusuf ini merupakan perlambang kondisi yang lemah dan prihatin. Dengan indahnya Allah ﷻ menggunakan kata سُنْبُلَات di surat Yusuf ini.
Di sisi lain di surat Al-Baqarah, Allah ﷻ menyampaikan perumpamaan orang yang menginfakkan jumlah yang sedikit saja (misal sebutir biji gandum) maka Allah ﷻ akan membalasnya berlipat-lipat, tujuh lipat. Terlebih lagi dari 7 lipat (tujuh tangkai) tersebut berisi seratus biji. Jadi apa yang kita berikan kepada Allah ﷻ semisal sebiji saja, maka kita akan diberikan tidak hanya 7 tangkai tanaman saja tapi masing-masing tangkai itu terdapat 100 biji. Totalnya kita mendapatkan 700 biji.
Nah, jadi jelas bahwa di surat Al-Baqarah kata sanaabil سَنَابِل digunakan karena tujuh tangkai ini bukanlah jumlah yang sedikit karena ia membawa 100 biji di tiap tangkainya. Dengan penggunaan kata sanaabil Allah ﷻ ingin menekankan pada jumlah yang besar.
Allah ﷻ telah memilih kata yang tepat di tempat yang tepat.
Banyak sekali kutbah di luar sana yang mengatakan bahwa Allah ﷻ menggunakan pilihan kata-kata yang sempurna di dalam Al-Qur’an. Setiap kata dipilih dan ditaruh di tempat yang seharusnya ia berada. Melalui tulisan kali ini, kami berharap kita bisa mengecap bahwa klaim tersebut benar adanya. Dan salah satunya tentang penjelasan tentang sanaabil dan Sunbulaat di atas.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Divine Speech > 04. What Does Allah See in You (03:00 – 08:00)
Materi VoB Hari ke-123 Sore | Nikmat Allah ﷻ – Satu yang Tak Terhitung
Oleh: Muchamad Musyafa’
#ThursdayDivineSpeechWeek18Part3
Part 3
Contoh selanjutnya berasal dari kisah nabi Ibrahim alayhissalam.
Banyak dari kita yang sudah kerap menggunakan kata nikmat (نِعْمَة). Ia bermakna tunggal. Dalam bahasa Arab, kata nikmat ini juga memiliki 2 bentuk jamak. Yang pertama ni’am (نِعَم), lalu yang kedua ada an’um (أَنْعُم). Keduanya memiliki makna jamak, nikmat-nikmat.
Lalu, mana kata jamak yang lemah dan mana kata jamak yang kuat?
Ni’am adalah jamak kuat, sedangkan an’um adalah pilihan untuk jamak yang lemah. Dan kita bisa menemukan dua kata tersebut di Al-Qur’an.
Mari kita pelajari perbedaannya.
Pertama-tama mari kita simak potongan ayat berikut.
شَاكِرًا لِّأَنۡعُمِهِ
“dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.” (QS. An-Nahl 16:121)
Di ayat tersebut diceritakan bahwa nabi Ibrahim alayhissalam disebut sebagai orang yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah ﷻ. Nikmat-nikmat dibahasakan menggunakan kata an’um. Sesuai yang kita ketahui di atas, an’um ini adalah bentuk jamak lemah dari kata nikmat.
Itu artinya, nabi Ibrahim alayhissalam adalah orang yang mensyukuri sedikit nikmat-nikmat Allah ﷻ. Ya, tidak ada salah sebut di sini. Apa yang disyukuri nabi Ibrahim alayhissalam adalah sedikit nikmat-nikmat dari Allah ﷻ . Tentu banyak dari kita terheran dengan hal ini, karena sebagian besar dari kita memiliki ekspektasi seorang nabi Allah ﷻ tentunya orang yang mensyukuri semua nikmat Allah ﷻ yang banyak itu.
Sebelum kita jawab keheranan tersebut, mari coba kita lanjut ke ayat selanjutnya dahulu.
وَأَسۡبَغَ عَلَيۡكُمۡ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةٗ وَبَاطِنَةٗ
“dan menyempurnakan (melapangkan) nikmat-nikmatNya untukmu lahir dan batin (yang terlihat dan yang tersembunyi)“. (QS. Luqman, 31:20)
Allah ﷻ telah melapangkan, meluaskan, melepaskan nikmat-nikmatNya. Mulai dari yang terlihat oleh kita sampai yang tersembunyi atau tidak tampak oleh kita. Kata jamak mana yang digunakan di ayat ini? Ni’am (نِعَم), ia merupakan kata jamak yang kuat.
Jadi dari 2 ayat di atas saja, Allah ﷻ menggunakan 2 bentuk jamak. Jamak lemah di satu ayat dan jamak kuat di ayat lainnya. Untuk mengerti alasan kenapa Allah ﷻ menggunakan dua bentuk jamak ini, mari kita lanjut lagi ke ayat selanjutnya.
وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآ
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya”. (QS. Ibrahim, 14:34)
Dari ayat ini dikatakan bahwa kita manusia tidak akan mampu menghitungnya. Apa yang dihitung? Nikmat Allah ﷻ. Dan di sini nikmat Allah ﷻ dituliskan dalam bentuk tunggal (نِعْمَتَ). Jadi satu pun nikmat Allah ﷻ saja, kita manusia tidak akan mampu menghitungnya.
Tidak usah menghitung semua nikmat Allah ﷻ, cukup menghitung satu nikmat saja kita tidak akan mampu.
Satu nikmat saja, misalnya nikmat kita bisa melihat, coba kita hitung berapa manfaat yang kita dapatkan hanya dari satu nikmat penglihatan ini? Coba kita hitung berapa nikmat darinya yang kita dapatkan hari ini saja? Apakah kita bisa menghitungnya?
Kita tidak akan bisa sepenuhnya menghitung satu pun nikmat yang telah Allah ﷻ berikan kepada kita.
Jadi kembali ke ayat pertama, ketika Ibrahim dapat menghitung, dapat mensyukuri tiap-tiap nikmat Allah ﷻ itu, walaupun di sana digunakan kata jamak yang sedikit itu sudah merupakan pencapaian yang sungguh luar biasa. Karena kita sendiri belum tentu bisa menghitung satu saja nikmat yang diberikan Allah ﷻ.
Dibandingkan Ibrahim alayhissalam dalam hal mensyukuri nikmat Allah ﷻ kita jauh di bawahnya. Ibrahim alayhissalam telah berhasil menghitung beberapa nikmat (walaupun belum semua) sedangkan kita belum tentu bisa menghitung satu pun. Nabi Ibrahim alayhissalam adalah orang yang paling bersyukur selama sejarah manusia selama ini.
Jadi semampu-mampunya manusia menghitung nikmat Allah ﷻ, seperti nabi Ibrahim alayhissalam yang mampu dihitung hanya beberapa saja, tidak banyak.
Lalu coba kita lihat di ayat lain, pada Luqman, 31:20 di sana disampaikan bahwa Allah ﷻ telah melapangkan, meluaskan nikmat-nikmatnya yang banyak, yang banyak dan sangat banyak. Yang tampak bagi kita manusia, sampai yang tersembunyi dari pengetahuan manusia. Semua itu sesungguhnya adalah nikmat-nikmat dari Allah ﷻ.
Inilah salah satu pelajaran yang baik yang bisa kita ambil terkait kata jamak lemah dan kata jamak kuat. Dan pengetahuan ini tidak akan pernah bisa kita dapatkan jika kita tidak pernah mendalami bahasa Arab.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Divine Speech > 04. What Does Allah See in You (08:00 – 14:10)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah