Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-121
Topik: Pearls from Al-Baqarah
Selasa, 20 Oktober 2020
Materi VoB Hari ke-121 Pagi | Menggali Kedalaman Makna “Innalladziina Kafaruu”
Ditulis oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek18Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Ada hudan lil muttaqiin (هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ) di Al-Baqarah ayat 2.
Ada hudan linnaas (هُدًى لِّلنَّاسِ) di Al-Baqarah 185.
Jadi, mana yang benar?
Al-Qur’an itu petunjuk bagi seluruh manusia, atau hanya bagi mereka yang bertakwa?
Buat mahasiswa teknik kimia, salah satu buku yang paling bermanfaat adalah buku berjudul Unit Operations of Chemical Engineering.
Ditulis oleh McCabe dkk., terbitan McGraw Hill.
Hampir semua profesor teknik kimia akan bilang bahwa buku itu bermanfaat buat mahasiswa.
Buat semua mahasiswa.
Tapi siapa sebenarnya yang dimaksud oleh para profesor itu?
Apakah benar-benar semua mahasiswa?
Tidak. ⛔
Tidak semua mahasiswa. ⛔
Buku itu hanya akan bermanfaat buat yang _paling serius di antara semua mahasiswa.
Yaitu, buat mahasiswa yang mau membaca.
Buat mahasiswa yang mau menekuni buku itu.
💡💡💡💡💡
It has benefit for you if you choose to extract the benefit.
Buku itu bermanfaat buat Anda jika Anda memilih, atau memutuskan, untuk mengambil sari pati manfaatnya.
💡💡💡💡💡
Allah bilang bahwa yang akan mengambil manfaat dari Al-Qur’an adalah the people of taqwa.
Mereka yang bertakwa.
Semua manusia berpotensi untuk mengambil manfaat itu.
Ya, berpotensi.
Tapi, siapa yang benar-benar akan mengambil manfaatnya?
Mereka yang bertakwa.
Jadi, itulah kabar baik yang tersirat dari dua ayat tadi.
💡💡💡💡💡
All of humanity has an opportunity to become muttaqiin.
Semua manusia punya kesempatan untuk menjadi orang yang bertakwa.
💡💡💡💡💡
Coba sama-sama kita pikirkan.
Mana di antara dua pernyataan ini yang lebih masuk akal?
➡️ 1. Kita terlahir dengan default sebagai al-muttaqiin.
➡️ 2. Kita terlahir dengan default sebagai an-naas.
Seorang bayi yang menangis di hari kelahirannya, dia punya label an-naas.
Bukan al-muttaqiin.
Dia harus berproses dulu.
Tumbuh dan berkembang.
Dekat dengan Al-Qur’an.
Meningkat imannya.
Sampai akhirnya mencapai level yang membuatnya berhak mendapatkan label al-muttaqiin.
By the way, itu adalah label dari Allah ya, bukan dari manusia.
Yang merasa masuk kategori al-muttaqiin, bisa jadi lebih pantas masih di posisi an-naas.
Yang menganggap dirinya hina dan pantasnya hanya di level an-naas, bisa jadi malah sudah lama Allah beri label al-muttaqiin.
Bukan urusan kita untuk menebak label itu. Baik menebak untuk diri kita sendiri, apalagi untuk orang lain.
Kita sebaiknya fokus kus untuk terus beramal.
Perkara kita ada di level mana, biar Allah saja dengan hak super prerogatif-Nya yang memberi label.
Tapi manusia boleh berdoa.
Semoga Allah masukkan kita ke dalam golongan mereka yang bertakwa.
Allaahummaj’alnaa minhum.
🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻🤲🏻
Sekarang kita sampai di ayat yang berada di ujung yang sebaliknya.
Innalladziina kafaruu
(اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا)
No doubt those who have disbelieved.
Tak diragukan lagi mereka yang ingkar.
Ayatnya memang belum selesai. Kalimatnya belum utuh. Ini masih frasa yang belum komplet.
Tapi kita memang perlu berhenti dulu di sini.
Untuk menggali maknanya lebih dalam.
Qur’an itu sangat sensitif terhadap konteks.
Dan ayat ini sungguh luar biasa.
Kita harus memperhatikannya dengan super cermat.
Karena salah satu tragedi kemanusiaan dalam mendekati Al-Qur’an adalah jika kita manusia melihatnya secara dangkal.
Frasanya memang menyebutkan seperti itu:
mereka yang tidak beriman.
Dan orang-orang pun berasumsi bahwa yang dimaksud dengan alladziina kafaruu di sini adalah mereka yang non muslim.
Semua non muslim.
Apa yang Allah bilang selanjutnya?
Sawaa-un ‘alayhim (سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ). Sama saja bagi mereka.
A-andzartahum am lam tundzirhum (ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ).
Apakah engkau (Muhammad) memberi peringatan, atau tidak memberi peringatan.
Laa yu’minuun (لَا يُؤْمِنُوْنَ). They’re not gonna believe. Mereka tidak akan beriman.
Ayat ini, bottom line atau inti dari ayat ini adalah: mereka yang non muslim, mereka tidak akan beriman. Mereka tersesat. Mereka rugi.
Benarkah cara memahaminya seperti itu?
❓❓❓❓❓
Bukankah banyak non muslim yang akhirnya mengucap dua kalimat syahadat dan masuk Islam?
❓❓❓❓❓
Ayat ini, di ujung awalnya: innalladziina kafaruu, dan di ujung akhirnya: laa yu’minuun.
Mereka yang tak beriman, di awal.
Lalu: mereka tidak akan beriman, di akhir.
Singkatnya:
Mereka yang tidak beriman di awal,
bla bla bla di tengah,
tidak akan beriman di akhir.
Dan ada inna (اِنَّ) di awal. Inna berarti: tak ada keraguan lagi tentang hal itu.
Mereka yang tidak beriman, tidak akan beriman.
Bagaimana kita memahami ayat ini?
Bagaimana dulu ayat ini dipahami di era Rasulullah dan para sahabat?
Bagaimana ayat ini dipahami secara kontekstual?
Kita bisa mencoba memahaminya melalui studi tafsir.
Banyak komentar tentang ayat ini, termasuk dari Imam Razi dan Ibnu Katsir.
Para ahli tafsir tadi bilang, Allah menggunakan bentuk jamak di ayat ini: mereka yang tidak beriman.
Seakan-akan yang disebutkan adalah semua yang tidak beriman.
Kelihatannya artinya seperti itu. Ya, seperti itu, jika.
Sekali lagi, jika.
Jika kita kurang memperhatikan.
Karena ternyata para ahli tafsir sepakat bahwa ayat ini bukanlah tentang semua orang yang tidak beriman.
Bukan tentang semua yang tidak percaya sama Islam.
Bukan tentang semua non muslim.
Bahkan, untuk menguatkan pemahaman tadi, para ahli tafsir sampai memberikan contoh.
Innannaasa yu’dzuunanii
People have hurt me
Orang-orang telah menyakiti saya.
Apakah ini berarti semua orang telah menyakiti saya?
Atau, yang menyakiti saya sebenarnya sebagian orang saja?
Pernahkah Anda menyaksikan seseorang yang disakiti?
Yang mengatakan seperti itu?
“Orang-orang telah menyakiti saya.”
💔💔💔💔💔
Apakah 7 miliar lebih penduduk dunia telah menyakitinya?
Yang bener aja!
😊🙈🙈🙈😊
Atau mungkin ada seorang guru Fisika yang begitu frustasi.
Karena pelajaran Fisika dianggap pelajaran yang paling sulit.
Saking gemasnya sang guru Fisika bilang,
“Students are stupid!!!”
Benarkah semua murid di muka bumi ini bodoh?
Seandainya pun yang dimaksud sang guru hanya terbatas pada murid-murid di kelasnya saja.
Benarkah murid-muridnya semuanya bodoh?
Bukankah setidaknya pasti ada satu dua siswa yang pintar Fisika?
🤔🤔🤔🤔🤔
Atau Anda misalnya ga suka sama Donald Trump.
Benci banget sampai Anda mengidentikkan dia dengan Amerika.
Amerika, secara keseluruhan.
Sehingga Anda bilang,
“Saya benci Amerika!!!”
Apakah itu berarti Anda benci semua orang Amerika?
Termasuk Syekh Omar Suleiman?
Syekh Yasir Qadhi?
Ibu Dalia Mogahed?
Dan semua muslim yang ada di Amerika?
Jadi ayat tadi, kalimat yang digunakan Allah tadi, adalah sebuah cara untuk mengekspresikan rasa frustasi.
Itu adalah manifestasi kemarahan Allah.
Jadi seharusnya kita bisa merasakan nada kemarahan Allah di ayat ini.
Ibnu Katsir bilang, ada sahabat yang berpendapat bahwa ayat ini adalah tentang para pemimpin komunitas Yahudi yang paling keras perlawanannya terhadap Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam.
Di ayat yang lain disebutkan bahwa mereka sebenarnya melihat kebenaran itu. Tapi mereka tetap menolaknya.
Ibnu Abbas juga bilang begitu. Bahwa yang dimaksud di ayat ini bukanlah semua orang yang tak beriman.
Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud adalah para pemimpin Yahudi yang ada di Madinah.
Jadi pendapat Ibnu Abbas lebih spesifik lagi. Dibandingkan pendapat Ibnu Katsir.
Maka, penting untuk memahami dan mendalami ayat ini.
Mari sekarang kita buka mush-haf Al-Qur’an, yang ada terjemahan bahasa Indonesianya di situ.
Bagaimana bunyi terjemahan Al-Baqarah ayat 6? Khususnya terjemahan frasa innalladziina kafaruu?
Sesungguhnya orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang yang tak beriman.
Nah.
Berarti, semuanya?
Kalau begitu, berarti Allah sudah written off alias menghapuskan kemungkinan semua non muslim untuk beriman?
Bahwa mereka tidak mungkin akan beriman sama sekali, sampai kapan pun?
It’s done.
End of story.
Selesai sudah.
Benarkah begitu?
Berarti kita tidak perlu dakwah lagi?
Percuma, bukan?
Karena tak akan ada lagi yang menerima kebenaran?
Dan tak akan ada lagi yang akan masuk Islam?
Tapi buktinya, kok masih banyak yang masuk Islam?
❓❓❓❓❓
Hmmm.
🤔🤔🤔🤔🤔
Ada dua konteks yang perlu kita perhatikan di sini.
1️⃣ Pertama, konteks sejarah.
2️⃣ Kedua, konteks tekstual.
Mari kita lihat dari sisi sejarahnya.
Ada dua kelompok yang perlu kita cermati.
🚻🚻🚻🚻🚻
*Pertama*, kelompok yang tidak beriman, yang ada di Makkah.
Anda tahu siapa mereka itu: Quraisy.
Saking ingkarnya, mereka sampai ingin membunuh Rasulullah yang mulia, shallallaahu ‘alayhi wasallam.
Makanya Rasulullah sampai harus hijrah ke Madinah.
Jika kita bilang bahwa orang-orang Makkah itu adalah contoh yang hopeless, yang tidak bisa lagi diharapkan akan beriman, itu masuk akal.
🚻🚻🚻🚻🚻
Lalu yang kedua.
Siapakah kelompok yang kedua ini?
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Al-Baqarah (Ayah 4-7) – A Deeper Look (29:00 – 33:20)
DISKUSI FORUM
+62 853-4876-9205 : MasyaAllah…
Irfan Habibie : Ingin menambahkan. Ustadz saiful islam pernah menjelaskan soal al baqarah ayat 2 dan 185 ini.
Perlu diperhatikan bahwa yang satu menggunakan lafadz kitab untuk muttaqin. Yang satu menggunakan lafadz quran untuk manusia.
Al quran sebagai suara dapat memberikan manfaat bagi semua orang. Tapi al quran sebagai tulisan hanya bermanfaat bagi orang2 tertentu. Wallahu a’lam.
+62 817-227-720: Jazakallaah khairan tambahannya, kang @Irfan Habibie
+62 817-227-720: 💎💎💎💎💎
Materi VoB Hari ke-121 Siang | Dakwah yang Membentur Dinding
Ditulis oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek18Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Kelompok yang kedua ada di Madinah.
Mereka berasal dari komunitas Yahudi.
Mereka paham pesan-pesan Al-Qur’an.
Al-Qur’an membahasakannya dengan indah, bahwa apa pun kata Al-Qur’an, mereka mengenalinya seperti mereka mengenali anak-anak mereka sendiri.
Tapi ternyata mereka menjadi musuh terburuk Islam.
Bahkan mereka berkolaborasi dengan musuh-musuh Islam lainnya, yang di Makkah.
Mereka bekerjasama untuk menumbangkan Islam.
Mereka juga masuk kategori alladziina kafaruu.
💡💡💡💡💡
They have made up their mind.
Mereka telah mengambil keputusan untuk menjadi orang kafir.
💡💡💡💡💡
Tapi dua kelompok kuffaar ini, yang di Makkah dan di Madinah tadi, adalah dua kategori yang berbeda.
Sangat penting untuk memahami perbedaan dari keduanya.
Apa bedanya?
Coba kita ingat lagi sejarahnya.
Kuffaar yang di Makkah, apakah mereka mengenali wahyu yang turun sebelumnya? Tidak.
Maka saat mereka menolak untuk beriman, saat mereka ga percaya sama akhirat, mengapa mereka menolak?
Karena ketidakpedulian (ignorance) dan kesombongan (arrogance) mereka.
Sekarang, kuffaar yang di Madinah. Apakah mereka mengenali wahyu yang turun sebelumnya?
Ya, mereka mengenalinya.
Mereka bahkan tidak mau berbagi. Mereka sudah punya kitab mereka.
Apa isi kitab itu, mereka tidak mau berbagi.
Bahkan mereka ingkar terhadap akhirat di kitab mereka sendiri. Bahkan mereka ingkar terhadap kenabian di kitab mereka sendiri.
Jadi, bagaimana mereka bisa diharapkan untuk berbagi kepada Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam?
Belum apa-apa, mereka sudah benci sama Rasulullah karena beliau tidak berasal dari ras mereka.
💡💡💡💡💡
There is already racism that becomes manifest.
Sudah ada rasisme yang nyata-nyata mereka tunjukkan.
💡💡💡💡💡
Tapi bahkan jauh sebelum itu.
Mereka sudah tahu dari kitab mereka bahwa Al-Qur’an akan datang.
Bagaimana mereka berhubungan dengan kitab suci mereka sendiri?
Apakah mereka sebenarnya sudah mengingkarinya?
Yang berarti, mereka sudah menjadi kaum yang ingkar bahkan sebelum Rasulullah diutus?
Maka innalladziina kafaruu di ayat ini menegaskan keingkaran mereka.
Bahwa mereka mendemonstrasikan keingkaran mereka itu bukan saja di hadapan Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam.
Keingkaran mereka bukan hanya saat Rasulullah telah hadir di tengah-tengah mereka. Tapi mereka sudah ingkar jauh-jauh hari sebelumnya.
Maka ketika Rasulullah hadir dengan Al-Qur’an, mereka seperti mendapatkan konfirmasi dari apa yang pernah mereka ketahui.
There is no surprise.
Tidak ada kejutan yang baru buat mereka.
Di sinilah kita jadi makin paham.
Mengapa Allah bilang a-andzartahum am lam tundzirhum laa yu’minuun (ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ).
Rasulullah ingatkan mereka atau tidak, ga ngaruh.
Mereka tidak akan beriman.
Jika kita tidak memahami konteks ini, kita akan gagal paham.
1️⃣ Pertama, gagal paham tentang siapa yang dimaksud dengan ‘orang-orang kafir’ di ayat ini.
2️⃣ Kedua gagal paham tentang mengapa Allah bilang dakwah Rasulullah ga akan ngaruh.
Para dai di masa kini dan di masa lampau, tidak ada satu pun yang sehebat Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam.
Rasulullah adalah the best preacher, dai terhebat yang pernah ada.
Tapi ternyata, di ayat ini, kita jumpai dakwah beliau membentur dinding.
Orang-orang kafir Madinah itulah yang membangun dinding itu.
Mereka benar-benar terganggu dengan kehadiran Rasulullah.
Bayangkan, mereka sudah bersusah payah untuk mencoba menghapuskan ayat tentang kenabian dan tentang akhirat di kitab mereka.
Tapi Qur’an terus-menerus menghujani mereka dengan ayat-ayat tentang akhirat.
Kita akan temukan nanti, masih di Al-Baqarah juga: yawaddu ahaduhum law yu’ammaru alfa sanah (يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ).
Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun.
Aneh ya, mereka minta umur sepanjang itu.
Padahal wa maa huwa bimuzahzihihii minal ‘adzaabi an yu’ammar (وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ).
Padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab.
Dan Al-Qur’an terus ‘memburu’ mereka.
Seakan-akan Al-Qur’an bilang, ”I’ll still get you into the akhirah.”
Aku akan tetap membawamu ke akhirat.
Mereka ingin main petak umpet. Mereka ingin menghindari topik itu. Maka Allah hit them harder. Allah ‘memukul’ mereka lebih keras.
Bukan dengan pentungan kayu atau besi. Tapi dengan ayat-ayat tentang akhirat.
Yang juga penting untuk dicatat adalah kata yang telah Allah pilih di ayat ini: a-andzartahum am lam tundzirhum (ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ).
Apakah engkau (Muhammad) memberi peringatan kepada mereka atau tidak.
Apa yang Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam biasa lakukan?
Rasulullah tidak cuma memperingatkan.
Beliau memberi kabar gembira.
Beliau mengajarkan.
Beliau menasihati.
Ada’awtahum. Abasyartahum. A’allamtahum.
Ada banyak hal yang beliau lakukan.
Tapi saat kita menjumpai ayat ini: a-andzartahum.
Ayat ini adalah tentang warning.
Memberi peringatan.
What is a warning referring to?
Apa yang dimaksud dengan memberi peringatan?
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Al-Baqarah (Ayah 4-7) – A Deeper Look (33:20 – 36:01)
Materi VoB Hari ke-121 Sore | Mutiara dalam Lumpur
Ditulis Oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek18Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Warning refers to punishment. Warning refers to consequences.
Peringatan mengacu pada hukuman. Peringatan mengacu pada konsekuensi.
Dan konsekuensi final untuk orang-orang yang beriman, kapan datangnya?
Di akhirat.
Jadi ayat ini benar-benar terstruktur secara sempurna.
Bahasa dari ayat ini, membidikkan sasarannya ke arah mereka yang mengingkari akhirat.
Ayat ini membuat ustaz teringat surah Bani Israil.
Atau yang juga dikenal dengan suratul Isra’.
Surah yang diturunkan di Makkah.
Di surah itu Allah bilang, di satu sisi, inna haadzal qur’aana yahdii lillatii hiya aqwam, wa yubasysyirul mu’miniinalladziina ya’maluunashshaalihaati anna lahum ajran kabiiraa.
اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ
Wa annalladziina laa yu’minuuna bil aakhirati a’tadnaa lahum ‘adzaaban aliimaa.
وَّاَنَّ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ اَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا
(QS Al-Isra’, 17:9-10)
Saat bicara dalam konteks kaum Yahudi, Allah bilang, Qur’an ini membawa berita baik buat mereka yang melakukan amal kebaikan.
Tapi, Qur’an ini, memberi peringatan kepada mereka yang tidak percaya pada negeri akhirat, bahwa mereka akan mendapatkan painful punishment. Hukuman yang menyakitkan.
Kita kembali ke Makkah sejenak. Karena ada poin penting yang perlu kita pahami.
Dua pertiga Al-Qur’an diturunkan di Makkah.
Rasulullah lama hidup di Makkah bahkan sebelum menjadi Nabi.
Jadi seharusnya orang-orang Makkah itu punya peluang terbaik untuk menerima risalah Islam, dibanding semua masyarakat negeri yang lain di seluruh permukaan bumi.
Tapi kenyataannya?
Mereka justru ingin membunuh Nabi mereka sendiri shallallaahu ‘alayhi wasallam.
Jadi orang Makkah adalah the worst of the worst of the worst criminals.
Penjahat terburuk dari yang terburuk dari yang terburuk.
Jadi saat Allah bilang laa yu’minuun (لَا يُؤْمِنُوْنَ) di Al-Baqarah 6, Allah menegaskan bahwa mereka itu _hopeless_. Mereka tidak akan beriman.
Itu masuk akal.
Tapi ada yang membingungkan.
Sangat membingungkan.
Saat Rasulullah kembali lagi ke Makkah,
Setelah meninggalkan Makkah, lalu Rasulullah kembali lagi ke Makkah beberapa tahun kemudian.
Ingin melaksanakan haji dengan penuh kedamaian, awalnya.
Tapi cerita selanjutnya, justru mereka, rombongan dari Madinah itu, ingin menyerang Makkah. Karena ada rumor yang beredar bahwa kafir Quraisy membunuh Utsman radhiyallaahu ‘anhu.
Alhamdulillah Utsman ternyata masih hidup, ketegangan mereda, serangan ke kafir Makkah batal.
Apa hikmah di balik batalnya serangan ke Makkah ini?
Rombongan muslim tidak ada yang tahu bahwa Makkah tidak hanya berisi orang kafir yang jahat seratus persen.
Ternyata ada orang-orang yang beriman di Makkah, tapi tidak ada yang tahu.
وَلَوْلَا رِجَالٌ مُّؤْمِنُوْنَ وَنِسَاۤءٌ مُّؤْمِنٰتٌ لَّمْ تَعْلَمُوْهُمْ اَنْ تَطَـُٔوْهُمْ
Dan kalau bukanlah karena ada beberapa orang beriman laki-laki dan perempuan yang tidak kamu ketahui. (QS Al-Fath, 48:25)
Fatushiibakum minhum ma’arratun bighayri ‘ilmin (فَتُصِيْبَكُمْ مِّنْهُمْ مَّعَرَّةٌ ۢبِغَيْرِ عِلْمٍ). Tentulah kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesulitan tanpa kamu sadari.
Jadi, benar-benar tidak bisa dibayangkan. Jika rombongan muslim dari Madinah yang menuju Makkah itu beneran jadi menyerang Makkah, maka bisa jadi mereka akan membunuh orang-orang beriman yang ada di Makkah.
Orang-orang kafir Makkah itu bagai lumpur, saking jahatnya.
Tapi ternyata di tengah-tengah mereka masih ada mutiara.
Masih ada orang-orang yang beriman
Kok bisa ya?
Kenapa di Makkah masih ada orang yang beriman?
Kenapa masih ada mutiara dalam lumpur?
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 03. Al-Baqarah (Ayah 4-7) – A Deeper Look (36:01 – 39:57)
DISKUSI FORUM
+62 815-8819-502: MashaaAllah.. Superb, awesome, marvelous texts.👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾👍🏾
Reading part 1, part 2 & part 3 of today’s messege makes me feel like in the *Story Night’s setting*.
The choice of words and writing style makes the texts alive.
This is really a holistic collaboration on the ability, skills & language proficiency of both Ustadh NAK & Ustadh Heru.
The blended of Ustadh NAK (knowledge of Quran, Arabic, English) and Ustadh Heru (knowledge of Quran, Arabic, English, Bahasa) is really incredible✍️ 👏🏼👏🏼👏🏼
Alhamdulillah.. I’m proud be a member of this group. Thank you 😊🌹
Jazakumullah khayran. 🤲🤲🤲
+62 815-8819-502: It’s a good idea if we have Online Story Night in Bahasa with Ustadh Heru.
😎
+62 815-8819-502: It can be in Mubin TV, too. 👍🏾
+62 813-9407-3999: 👍👍
+62 813-9407-3999: Syukran bro @Irfan Habibie NAKID 🙏
+62 813-1040-1050: Jazaakallaah khayran, Kang Irfan for the additional insights.
+62 813-1040-1050: Thanks Ibu Hafni for the compliment.
Ibu, has set a great example by consistently share Arabic lessons in the next room.
It actually inspires so many people including myself and The Miracles Team.
Alhamdulillah, we won’t be able to walk this far, up to this eighteenth week, without HIS permission.
Please help pray for us so that we can be consistent in delivering daily pearls.
🙏🏻🙏🏻
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah