بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-105
Topik: Sunday Leadership
Ahad, 4 Oktober 2020
Materi VoB Hari ke-105 Pagi | Menjaga Kebersamaan vs Membuat Kesalahan
Oleh: Rizka Nurbaiti
#SundayLeadershipWeek15Part1
“Jangan menjadikan pembicaraan di dalam majelis, rapat, dan pertemuan yang bersifat pribadi dan rahasia menjadi omongan dan tontonan khalayak luas”.
Karena “Sebuah majelis didasarkan pada sebuah kepercayaan”.
المَجَالِسُ بِالْأَمَانَةِ
Lalu bagaimana jika seseorang memperlakukan Anda dengan tidak baik?
Atau jika ada orang yang menggagalkan proyek Anda?
Bagaimana jika orang tersebut terus menutup setiap langkah Anda dan tidak membiarkan Anda untuk menjalankan proyek Anda dengan lancar?
Bagaimana cara kita mengatasi masalah tersebut?
Sebenarnya, solusinya bisa kita pelajari melalui shalat berjamaah yang kita lakukan. Bagaimana maksudnya?🤔
Ustaz bertanya kepada muridnya, ”Shalat maghrib terdiri dari berapa rakaat?”
Kemudian murid-murid beliau menjawab 3 rakaat.
Ustaz kembali mengajukan pertanyaan, “Bagaimana jika saya melakukan kesalahan dengan berdiri lagi setelah rakaat ketiga, sehingga saya hendak melaksanakan shalat maghrib sebanyak 4 rakaat?”
“Apa yang akan kalian lakukan?”
Ada yang menjawab, “Tetap duduk”.🧎🏻♂
Kemudian ustaz meyakinkan orang tersebut yang menandakan jawabannya kurang tepat, “Apakah Anda akan tetap duduk?”🤨
Kemudian akhirnya ada yang menjawab 🙋♂️, “Saya akan ikut berdiri”.
Ustaz membenarkan jawaban tersebut kemudian mengajukan pertanyaan kembali, “Lalu setelah berdiri apa yang Anda lakukan selanjutnya?”
Saya akan mengucapkan ’Subhanallah’.
Iya itu adalah jawaban yang tepat.
So, ketika kita melaksanakan shalat berjamaah dan imam melakukan kesalahan maka makmum seharusnya ikut melakukan kesalahan tersebut juga (mengikuti imam), setelah itu barulah dia mengingatkan imam dengan mengucapkan ‘subhaanallah’.
Di sisi lain saat ustaz baru selesai menjelaskan hal di atas, ada murid ustaz yang mengatakan bahwa ia akan berhenti melaksanakan shalat saat itu terjadi.😱
Ustaz mendengar jawaban muridnya tersebut, langsung mengajukan pertanyaan kepadanya sambil terheran-heran, “apakah kamu akan benar-benar berhenti shalat saat imam lupa rakaat dalam shalat?”.
Tentu jawabannya tidak, kan?
Karena jawaban yang tepat adalah makmum akan tetap mengikuti imam. We follow the imam.
Jika imam lupa rakaat sehingga melaksanakan shalat maghrib sebanyak 4 rakaat, kita sebagai makmum tetap mengikutinya.
Begitu juga saat imam melaksanakan shalat sebanyak 5 rakaat, kita juga tetap mengikutinya.
Walaupun mungkin saat imam berdiri lagi di rakaat kelima ada makmum mengucapkan tasbih dengan nada yang super tinggi 😂. ”Subhanallah!”🗣
Tapi itulah prosedurnya, makmum akan tetap mengikuti imam.
Mengapa hal itu dilakukan?🤔
Padahal kita tahu dengan jelas bahwa Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk shalat maghrib sebanyak 3 rakaat.
Tapi imam shalat kita melakukan shalat sebanyak 4 rakaat karena dia khilaf.
Jadi apa yang harus kita lakukan?
Tetap melakukan shalat 3 rakaat sesuai ajaran Rasulullah ﷺ atau mengikuti imam yang sedang lupa?
Apakah kita akan tetap duduk dan membaca tahiyat akhir, kemudian mengucapkan salam dan lantas pergi sambil mengucapkan ‘salam’ dengan nada tinggi “Assalamualaikum!“ 😡
Bahkan setelah mengucapkan ‘salam’ kita masih menggerutu, “Ah sudahlah, kesalahan yang Anda lakukan adalah masalah Anda saja, bukan urusanku”. 😤
Apakah itu benar?
Tentu tidak.
Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk tetap mengikuti imam walaupun ia melakukan kesalahan. Setelah itu baru kita mengingatkannya.
Mengapa prosedurnya seperti itu?
Kenapa kita tidak langsung melakukan yang benar saja tanpa harus mengikuti imam?
Kita melakukan hal itu karena menjaga kebersamaan komunitas lebih penting daripada membuat kesalahan.
Because keeping the community together is more important than making a mistake.
In syaa Allah bersambung ba’da zhuhur.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > 03. Leadership Workshop (20:30-22:18)
Materi VoB Hari ke-103 Siang | Jika Pendapat Anda Ditolak
Oleh: Rizka Nurbaiti
#SundayLeadershipWeek15Part2
Kita tetap mengikuti imam saat beliau melakukan kesalahan dalam shalat terlebih dahulu.
Kemudian baru mengingatkannya dengan mengucapkan “Subhanallah“.
Mengapa prosedurnya seperti itu?
Padahal shalat adalah hal yang utama bagi kita umat muslim.
Rasulullah ﷺ bersabda :
اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدّيْنِ فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدّيْنِ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدّيْنِ
Artinya : “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat, maka berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti ia merobohkan agama”. (HR Bukhari Muslim).
Dan kita diperintahkan shalat dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻛَﻤَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻤُﻮﻧِﻲ ﺃُﺻَﻠِّﻲ
Artinya: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” [HR. Bukhari]
Walaupun begitu kita tetap mengikuti imam yang melakukan kesalahan.
Dengan kata lain kita mengikuti imam melakukan kesalahan demi menjaga kebersamaan shalat berjamaah.
Begitulah gambaran akan pentingnya menjaga kebersamaan dalam suatu kelompok.
Lalu bagaimana jika kesalahan tersebut terjadi di organisasi kita?
Contohnya di masjid.
Dalam jajaran kepengurusan Masjid, tingkat tertinggi adalah Amir Masjid (Ketua dari Dewan Kemakmuran Masjid). Lalu setelahnya ada Majelis Syura.
Di dalam Majelis Syura tersebut terdapat kelompok yang lebih kecil lagi yaitu Remaja Masjid.
Divisi Remaja Masjid memiliki Ketua Pelaksana Program Remaja Masjid.
Dan misalnya Anda adalah anggota dari Remaja Masjid tersebut.
Kemudian suatu saat Anda mengajukan suatu usulan kepada Ketua Pelaksana Remaja Masjid.🙇♂️
Tapi dia tidak menyetujui usulan Anda.🤦♂️ Dia berkata kepada Anda, “Tidak, saya tidak setuju dengan usulan kamu”.👨🦰
Kemudian setelah ditolak Anda mencoba menyempurnakan proyek yang ingin Anda ajukan. Setelah semuanya sempurna Anda kembali mengajukan usulan tersebut lagi.🙇♂️
Dalam hati sudah berharap, usulan kali ini akan disetujui. Tapi hasilnya berbanding terbalik.
Usulan Anda kembali ditolak.😓
Atas kejadian tersebut apakah Anda boleh membicarakan hal tersebut dengan anggota lain yang setara dengan Anda di Remaja Masjid?
Tidak. Tidak boleh.
Jangan pernah membicarakan masalah Anda kepada seseorang yang memiliki tingkatan yang sama dengan Anda. Karena itu dapat menimbulkan fitnah.
Sebaiknya Anda membicarakan masalah Anda dengan seseorang yang levelnya lebih tinggi dari Anda.
Jadi, ketika Ketua Remaja Masjid tersebut tidak mendengarkan usulan Anda dengan baik.
Maka hal yang dapat Anda lakukan adalah catat ketidaksetujuan Anda secara rasional, dan intelektual. Tanpa emosional sedikitpun.
Tuliskan apa yang menjadi perhatian Anda. Dan apa yang Anda inginkan usulkan. Cukup itu saja.
Tanpa ada tambahan ‘bumbu’ seperti, “Demi Allah saya sangat mencintai Islam….”
No.. No… No…
Jangan ada unsur emosi. Anda harus menjaga ucapan Anda, sehingga semua yang Anda katakan benar-benar bersih.
Tanpa ada perkataan buruk atau menyudutkan pihak lain.
Anda hanya cukup mengatakan ketidaksetujuan Anda. Dan alasan ketidaksetujuan Anda. Clean. Cukup itu saja.
Jangan sampai Anda mengatakan, “Saya mencoba melakukan ini untuk Agama kita (our din), sedangkan dia melakukan hal itu untuk dunia”.😤
Jangan. Jangan sertakan kata-kata yang dapat mengotori usulan yang Anda ajukan.
Tidak ada ruang untuk perkataan buruk di sini.
Tidak ada ruang untuk emosi Anda di sini. 🚫
Lakukanlah komunikasi dengan bersih. Jangan menambahkan kata-kata yang dapat memicu perselisihan.
Selanjutnya, Anda dapat membawa permasalahan tersebut ke Majelis Syura, di mana mereka memiliki tingkatan di atas Anda dan di atas Ketua Remaja Masjid tersebut.
Anda membawa permasalahan ini bukan kepada anggota yang setara dengan Anda dan bukan juga kepada seseorang dengan level yang paling tinggi.
Melainkan kepada seseorang yang levelnya di atas tepat satu tingkat dari Ketua Remaja Masjid.
Dan ingatlah Anda perlu mengatakannya dengan clean, tanpa ada emosi dan perkataan yang buruk.
Katakan kepada mereka, “Saya memiliki perhatian akan hal ini…..”.
Kemudian mintalah mereka untuk berbicara dengan Ketua Remaja Masjid, agar bisa mendapatkan solusi terbaik.
Setelah Ketua Remaja Masjid dan Majelis Syura berdiskusi, dan ternyata hasilnya tetap sama.
Usulan Anda ditolak.😓
Mereka berkata, “Afwan ukhti, atau afwan akhi”. “Kami tidak bisa melaksanakan usulanmu sekarang”.🙏
Kami memiliki hal-hal lain yang perlu kami kerjakan terlebih dahulu. Jadi, kami belum bisa menyetujui usulan ini.
Dengan jawaban tersebut berarti dua levelnya di atas Anda sudah menolak usulan Anda. Mereka tidak menyetujui ide Anda.
Jadi Apa yang harus Anda lakukan selanjutnya?
In syaa Allah bersambung ba’da ashar
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > 03. Leadership Workshop (22:18-24:09)
Materi VoB Hari ke-103 Sore | Berlapang Dada
Oleh: Rizka Nurbaiti
#SundayLeadershipWeek15Part3
“Afwan ukhti, atau afwan akhi”. 🙏
“Kami tidak bisa melaksanakan usulanmu sekarang”.
Kami memiliki hal-hal lain yang perlu kami kerjakan terlebih dahulu.🙏
Itu adalah jawaban yang diberikan oleh Majelis Syura setelah Anda mengajukan usulan Anda.
Mendengar jawaban itu, dalam hati Anda berkata, “Saya harus tetap mencoba mengatakan ini kepada orang lainnya”. 💪
Jadi, Anda membawa usulan Anda kepada Amir Masjid.
“Assalamu’alaikum Pak, saya mohon izin untuk mengutarakan pendapat saya”.🙇♂️
“Saya telah mengikuti prosedur yang sesuai dengan membicarakan permasalahan ini kepada Ketua Remaja Masjid dan Majelis Syura“.
“Dan saya juga telah mencatat ketidaksetujuan saya akan hal ini”. ✍
So, Anda telah melewati level pertama yaitu membicarakannya kepada Ketua Remaja Masjid.
Dan level kedua yaitu membicarakannya kepada Majelis Syura.
So, ini adalah pengajuan terakhir Anda. Anda mengajukannya kepada level teratas di masjid tersebut yaitu kepada Amir Masjid.
Dan omong-omong, dengan siapa lagi Anda boleh berbicara tentang ketidaksepakatan Anda selain kepada Ketua Remaja Masjid, Majelis Syura dan Amir Masjid?
Tidak ada. Tidak ada orang lain yang boleh mengetahui permasalahan ini. 🙅🏻♂️
Dan jika Anda tidak mampu mengikuti protokol ini dengan disiplin.
Maka Anda tidak berhak untuk mengungkapkan pendapat Anda lagi karena itu dapat menjadi sumber fitnah. 🗣💬
Sekalipun opini yang Anda ajukan itu adalah opini yang baik. Ide yang bagus.💡
Anda tetap tidak bisa mengajukannya, jika Anda tidak bisa menjaga rahasia.
Disiplin menjaga kerahasiaan pembicaraan di dalam majelis lebih penting daripada menjadi benar sendiri. 🤐
Ustaz kembali menekankan bahwa, ‘Disiplin’ lebih penting daripada menjadi ‘Benar sendiri’. Itulah yang diajarkan oleh agama kita. ✍
Menjaga kesatuan dan memiliki moral yang baik sebagai umat lebih penting daripada mengikuti hal yang dianggap benar.
Meskipun kita melakukan kesalahan secara kolektif, insyaAllah itu bukanlah syirik. Itu bukanlah kufur.
Paling-paling itu hanya akan menjadi kesalahan pengambilan strategi saja.
Jadi kesalahan ini tidak akan menjadi masalah untuk agama kita.
Kesalahan tersebut tidak sampai membuat seseorang gagal memasuki jannah (surga).
Jadi meskipun hal itu penting bagi Anda, tapi itu bukanlah akhir dari dunia.
Oleh karena itu, jangan sampai kita malah menyebabkan fitnah hanya karena permasalahan tersebut. 👌
Sekali lagi, jika ada ketidaksepakatan antara Anda dan pengurus yang lain.
Maka yang dapat Anda lakukan adalah membawanya kepada orang yang levelnya di atas Anda dengan cara baik-baik.
Jika belum mendapat kesepakatan juga, maka Anda dapat membawanya ke seseorang yang levelnya lebih tinggi lagi. Begitu seterusnya hingga ke level yang tertinggi (Amir).
Dan selama proses tersebut, Anda harus mengungkapkan ketidaksetujuan yang Anda rasakan dengan cara yang baik. Tidak dengan emosional.
Ketika semua itu sudah Anda lewati, dan hasil akhirnya juga tetap tidak disetujui.
Entah mereka telah mendengarkan usulan Anda dengan baik, tetapi memang mereka belum dapat menyetujui usulan Anda.
Atau memang mereka belum mendengarkan usulan Anda dengan baik. Keduanya sama-sama tidak masalah untuk Anda.
Karena yang terpenting Anda telah melakukan yang terbaik yang bisa Anda lakukan. Mengenai hasil keputusannya itu sudah bukan kuasa Anda.
So, apa yang harus kita lakukan ketika itu semua terjadi? Ketika pendapat kita tidak diterima hingga akhir.
Ada dua pertanyaan yang dapat kita ajukan kepada diri kita sendiri untuk dapat membantu kita dalam mengambil keputusan terbaik dalam menghadapi ketidaksetujuan tersebut.
Kedua pertanyaan tersebut adalah:
1️. Pertama, apakah ini masalah moralitas? Atau masalah prinsip yang tidak akan dapat Anda kompromikan?
2️. Kedua, apakah ini masalah strategi?
Jika masalah tersebut adalah masalah prinsip, dan Anda benar-benar yakin bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan.
Selain itu, Anda juga sudah benar-benar tidak dapat menjadi bagian dari mereka lagi.
Maka, itulah saat yang tepat bagi Anda untuk mengundurkan diri dengan hormat tanpa menimbulkan masalah.
Anda harus mengajukan pengunduran diri Anda dengan hormat. ✉️
Tanpa ada rasa emosional sedikitpun.
Anda hanya cukup mengungkapkan alasan Anda mengundurkan diri. Yakni karena hal yang mereka putuskan tersebut tidak sesuai dengan prinsip yang Anda yakini.
Kemudian Anda mendoakan komunitas tersebut agar mendapatkan yang terbaik. 🤲
Selain itu, Anda tetap menghormati komunitas tersebut dan mengatakan bahwa Anda beserta keluarga Anda tetap menjadi bagian dari mereka.
Tidak lupa Anda perlu mengungkapkan bahwa Anda sangat menghormati semua anggota komunitas tersebut dan tidak akan pernah menyebarkan percakapan yang ada di dalam komunitas kepada siapapun.
Karena Rasulullah ﷺ bersabda:
المجالسُ بالأمانةِ
“Sebuah majelis didasarkan pada sebuah kepercayaan”.
Selesai ✅. Kasus tersebut ditutup ⛔. Semua keadaan tetap tenang dan bahagia.💞
Allah ﷻ mengetahui segala apa yang Anda lakukan dan mengetahui niat Anda. 😇
Sehingga itu sudah cukup. Tidak ada alasan bagi Anda untuk mengungkitnya lagi.
Sekarang coba pikirkan berapa banyak orang yang benar-benar mengikuti protokol ini dalam mengatasi permasalahan di komunitasnya?🧐
Mungkin tidak banyak.🙍🏻♂️
Padahal kita tahu bahwa jika kita tidak mengikuti protokol ini dalam menghadapi masalah di kelompok kita, maka dapat berakibat buruk untuk kita serta kelompok kita tersebut.
Karena dalam setiap organisasi selalu ada rantai komando yang harus dipatuhi. 🎯
Kita akan menuai apa yang kita tanam. Jadi, ketika yang kita tanam adalah benih yang tidak baik maka hasilnya tidak akan baik pula. 😟
Ini adalah salah satu hal kecil yang harus kita perhatikan sebagai anggota atau pengikut dalam suatu organisasi atau kelompok.
Lalu bagaimana jika masalahnya terkait dengan strategi, apakah kita harus mengundurkan diri juga?
In syaa Allah bersambung minggu depan.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > 03. Leadership Workshop (24:09-27:03)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah