[VoB2020] Menjadi Muslim Adalah Ketundukan Kepada Allah


Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-104

Topik: Parenting
Sabtu, 03 Oktober 2020

Materi VoB Hari ke-104 Pagi | Menjadi Muslim Adalah Ketundukan Kepada Allah

Oleh: Ayu S Larasaty
#SaturdayParentingWeek15Part1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” QS. Al Baqarah : 128

Dalam doa ini, Nabi Ibrahim memohon agar “jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau” dan dalam ayat tersebut tunduk patuh kepada Allah berarti muslim.

Jika dicermati, kalimat ini sungguh menarik karena ternyata sosok Nabi Ibrahim hanya memohon agar setidaknya ia dan anaknya, Nabi Ismail dijadikan seorang ‘Muslim’. Padahal berdasarkan ilmu yang diberikan Allah kepadanya, derajat ‘Nabi’ itu hirarkinya jauh lebih tinggi dibandingkan “Muslim”.

Di bawah Nabi, ada Waliy, kemudian Muhsin lalu Mukmin hingga yang terakhir dalam urutan hirarki tersebut adalah Muslim. Hal ini mengisyaratkan kepada kita semua bahwa seorang Nabi bahkan berharap agar setidaknya ia masuk ke golongan Muslim, yang tunduk sepenuhnya kepada Allah baik jiwa dan raganya.

Selain itu, seringkali kita menganggap bahwa menjadi muslim itu erat dengan istilah ‘Muslim KTP’ yang sering juga diartikan dengan tingkatan paling rendah iman dan ilmunya. Namun, ternyata ayat ini mengisyaratkan bahwa menjadi muslim terkait erat dengan penundukan jiwa dan raga kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Parenting > 07. Concerned Parents (Part 1) (10:38-13:36).


Materi VoB Hari ke-104 Siang | Agar Mudah Mengamalkan Ilmu

Oleh: Ayu S Larasaty
#SaturdayParentingWeek15Part2

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Lalu mengapa terkadang masih banyak di antara kita masih kerap meyakini bahwa dengan menjadi muslim berarti sama dengan menjadi manusia dengan selemah-lemahnya iman atau belum mau tunduk kepada Allah?

“Kenapa sih, aku sudah tau ilmunya, sudah paham konsepnya, tapi aku tak kunjung bisa dan mau mengamalkannya?”

Hal ini menjadikan kita sulit menginternalisasikan ilmu yang kita miliki ke dalam diri sendiri, bahkan banyak di antara kita lelah menuntut ilmu karena tak sanggup mengamalkan ilmu tersebut.

Prof. Syed Mohammad Naquib Al Attas mendefinisikan ilmu sebagai tibanya jiwa makna dan sampainya makna pada jiwa. Sedangkan ilmu adalah ma’dabah (hidangan) yang hanya diberikan kepada orang-orang yang pantas (beradab) dan mempersiapkan dirinya baik jiwa dan fisiknya dengan terus menerus melakukan tazkiyatun nafs.

Sehingga seorang penuntut ilmu, jika ingin menundukkan jiwa dan raganya kepada Allah, menjadi setunduk-tunduknya muslim, selain harus istiqomah menuntut ilmu ia juga harus senantiasa membersihkan jiwanya, hingga Allah menyampaikan makna ilmu kepada jiwanya.

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Parenting > 07. Concerned Parents (Part 2) (10:38-13:36).


Materi VoB Hari ke-104 Sore | The Short Story of Nabi Ibrahim

Oleh: Ayu S Larasaty
#SaturdayParentingWeek15Part3

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Cara Allah Menjawab Doa Hamba-Nya

Sering kali saat kita berdoa, kita menghindari untuk berdoa dengan spesifik karena menganggap tidak baik dan tidak beradab meminta dengan spesifik kepada Allah. Padahal, pendahulu kita juga banyak yang berdoa dengan spesifik, contohnya dalam kisah Nabi Ibrahim.

Saat beliau berdoa kepada Allah,

“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” QS. Al Baqarah : 128

Anda mungkin sudah tahu, ini adalah doa Nabi Ibrahim, beliau berdoa “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau” yang dimaksud Nabi Ibrahim adalah dirinya dan Nabi Ismail.

Beliau juga berdoa, “dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau” lagi-lagi yang dimaksud Nabi Ibrahim juga adalah dirinya dan Nabi Ismail.

Nah, apakah Anda bisa menemukan hal keren dari doa ini?

Teman-teman pasti sudah tau bahwa anak Nabi Ibrahim bukan hanya Nabi Ismail, melainkan juga Nabi Ishaq. Setiap keturunan Nabi Ishaq juga lahir nabi-nabi keturunan Bani Israil, sebagian ada yang menjadi umat Nabi Yahya, sebagian lagi ada yang menjadi umat Nabi Zakariya, lalu ada umat Nabi ‘Isa, juga umat Nabi Musa.

Meski mereka semua adalah keturunan Nabi Musa, namun tiap-tiap umat dipimpin oleh nabi-nabi yang berbeda, kan?

Nah, di doa ini, Nabi Ibrahim menyebutkan secara spesifik agar setidaknya dari kami (Nabi Ibrahim dengan Nabi Ismail) lahir keturunan yang merupakan ummatan, muslimatan, satu umat.

Dan teman-teman tahu berapa umat yang lahir setelah doa tersebut, setelah Nabi Ismail?

Yap, satu umat, umat Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wassalam, kita semua.

MasyaaAllaah. Jadi, gak ada alasan bagi kita untuk putus asa berdoa dengan doa yang spesifik sekali pun. Yuk diingat lagi, apa kiranya doa-doa yang sempat kita pendam karena kita merasa doa tersebut terlalu spesifik atau kita enggan berdoa seperti itu karena kita merasa sepertinya kalau terlalu spesifik tidak akan dikabulkan.

Allah Maha Mengabulkan segala doa. Jadi jangan lupa berdoa meski doa itu spesifik, jangan lupa juga doakan keturunanmu seperti yang dicontohkan Nabi Ibrahim.

Anda pasti sudah tahu, kalau Anda berdoa agar memiliki keturunan lahir orang-orang yang bermanfaat seperti ustadz Nouman dan asatidz lainnya, yakinlah Allah pasti mengabulkannya.

Amalan Strategis Nabi Ibrahim

Saat menulis dan mendengarkan pemaparan Ustadz Nouman tentang Nabi Ibrahim ini, you should know the one thing that cross my mind is The Prophet Ibrahim is INDEED A GENIUS!

Satu hal yang terlintas di benak saya saat mendengarkan pemaparan tentang Nabi Ibrahim adalah Nabi Ibrahim sangat jenius!

Karena selain beliau berdoa agar ada keturunannya yang bersatu menjadi satu umat, yang kemudian di sana lahir sosok mulia, panutan kita semua, cahaya bagi redupnya dunia di masa jahiliyyah Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wassalam.

Ternyata beliau juga investasi pahala, loh!
How genius!
Betapa jenius!

Teman-teman pasti sudah mengetahui, pahala amal jariyyah yang dijanjikan bila seseorang membangun masjid? Setiap orang yang sholat di masjid tersebut, baca Al Qur’an, menuntut ilmu, bersedekah, silaturahim, dlsb. Maka orang-orang yang mendermakan hartanya untuk membangun masjid tersebut sudah pasti mendapatkan pahala yang sama saat orang-orang melakukan amalan di masjid tersebut, kan?

Wah, pasti sangat banyak pahala orang-orang yang membangun masjid, apalagi kalau masjidnya makmur.

Tapi, Gaes.
Can you imagine, how much the commission of good deeds that The Prophet Ibrahim still receive until know since he is the one who build The Ka’bah?

Bisakah kita membayangkan berapa komisi yang di dapatkan oleh Nabi Ibrahim dari saat ia membangun Ka’bah hingga sekarang?

Bisakah kita membayangkan, selama bumi ini berputar selama itu pula akan ada hamba-hamba Allah yang menempelkan dahinya ke tanah untuk sujud kepada Allah menghadap Ka’bah? Selain itu umat yang melakukan ibadah menghadap ke Ka’bah itu bukan hanya umat Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wassalam kan?
Melainkan ada beberapa umat sebelum kita yang juga beribadah menghadap kesana.

Ini tidak termasuk mereka yang menangis bermunajat di sepertiga malam, untuk berdoa memohon ampunan, membaca Al Qur’an, Umroh, Haji, atau sekadar membaca doa setelah wudhu saja kita dianjurkan untuk menghadap kiblat.

Waw, sekali lagi, Nabi Ibrahim sangat jenius.

Hal ini perlu banget sih untuk kita contoh, selain memiliki amalan-amalan rahasia, sepertinya kita juga harus mulai memproyeksikan amalan-amalan kita menjadi lebih strategis.

Well, amalan strategis itu kan tidak hanya membangun masjid, iya kan?

Bisa kah kita membayangkan, jika kita membantu biaya hidup anak-anak di pesantren?
Tempat tinggal mereka, biaya hidup mereka, gaji guru-guru mereka.

Hingga satu saat ada dari mereka yang bisa menerangkan, menjadi cahaya bagi umat, mengajak banyak orang dalam kebaikan?

Setiap pahala orang yang menjadi baik, hijrah, bertaubat karena dia, kita juga mendapatkan bagian dengan jumlah yang sama.

A M A Z I N G

Kita harus berusaha, mulai sekarang untuk memiliki amalan strategis.

Ustadz NAK: This is The Crazy Part of The Prophet Ibrahim

Setelah kita dibuat berbinar-binar dengan cara Nabi Ibrahim optimis dengan doa-doanya yang spesifik, amalan strategis beliau yang pasti hingga saat ini masih menambah gunungan pahala beliau di akhirat.

You should know the crazy part.
Teman teman, kalian harus tahu hal yang paling mencengangkan itu.

Well, ini beneran loh Ustadz NAK aja bilang, “This is the crazy part”, “Ini hal yang paling mencengangkan”

I’m not joking, hehe.
Saya tidak sedang bercanda.

Teman-teman, sudah tahu kan, bahwa Nabi Ibrahim itu keren banget amalannya, tapi beliau juga masih merasa he is not good enough, beliau merasa amalannya masih kurang.

Coba kita bayangkan di skala yang lebih kecil ya.
Hehe

Misal saat kita sekolah dulu, pasti kita pernah punya teman, yang kalau anak muda zaman sekarang sebut sebagai ‘insecure’ saat nilainya A- atau bahkan nilainya cuma A, bukan A+ atau gelisah saat nilainya belum keluar padahal kita sih yakin banget dia nilainya pasti bagus karena dia memang sepintar itu.

Well, kita aja remedial belum tentu insecure atau gelisah. Tapi temen kita yang satu ini insecure terus, merasa kalau dia ‘not good enough’, tidak cukup baik yang akhirnya perasaan itu akan menjadikannya berusaha lebih baik lagi dalam belajar, membaca banyak buku, latihan soal dan mengatur waktu agar tidak sia-sia digunakan untuk bermalas-malasan.

Well, insecure, gelisah adalah hal yang baik selama hal itu karena ketakutan dan kekhawatiran kita kepada penilaian Allah dan penuh dengan rasa syukur. Insecure karena Allah akan menjadikan kita berhati-hati dalam beramal, kita jadi memilih amalan strategis, melakukan hal yang terbaik, memberikan sebaik-baiknya benda, menghiasinya dengan adab, dan rasa syukur juga menjadikan kita puas dan memahami bahwa amalan yang kita lakukan itu adalah semata-mata Allah yang menjadikannya mudah.

Sepertinya, anak muda sekarang perlu memahami bagaimana Nabi Ibrahim insecure ,ya?

Hal ini juga perlu kita terapkan dalam mendidik anak-anak kita, bahwa meskipun anak-anak kita perlu dididik, di saat yang sama kita juga tidak boleh merasa ‘sudah cukup baik’ atau ‘sudah cukup sholeh’ sehingga kita tidak berjuang untuk mendidik diri kita agar ilmu bertambah atau menjadi orang yang lebih baik.

No, whether if you are a mother, a father, a teacher or even an ustadz.
Meski kamu seorang ibu, ayah, guru ataupun seorang ustaz kamu gak boleh berhenti untuk menuntut ilmu.

Ustaz bilang, kalau kita sudah merasa lebih baik dengan amalan kita, berarti kita belum mencontoh Nabi Ibrahim, karena jelas Nabi Ibrahim tidak melakukan hal itu. Beliau masih memohon agar amalannya diterima Allah, loh.

Maka, setelah kita beramal, berdoalah karena belum tentu amalan kita diterima Allah.

Hal itu yang akan menjadikan kita berhati-hati dalam beramal sekaligus menjaga kita untuk tetap rendah hati, karena kita tidak tahu apakah amalan kita layak untuk diterima sebagai amalan yang setidaknya ada di kualitas paling rendah?

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Parenting > 07. Concerned Parents (Part 1) (13:36-16.55).

***
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s