بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Voice of Bayyinah (VoB) Hari Ke-92
Topik : First Ayahs of Fatiha
Senin, 21 September 2020
Materi VoB Hari Ke-92 Pagi | Arti Sebuah Nama
Oleh: Rendy Noor Chandra
#MondayAlFatihahWeek14Part1
Part 1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Setelah pekan lalu kita membahas tentang alhamdu, sekarang kita akan melanjutkan ke bagian selanjutnya.
Ustaz Nouman kemudian mencoba untuk membacakan surah Al-Fatihah dan mengajak audiens menemukan apa yang hilang.
ٱلْحَمْدُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Eh, kok begitu?
Seharusnya,
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Kita tahu bahwa Rabb adalah salah satu nama Allah, kan? Jadi, kenapa harus menyebutkan kata Allah? Kita bisa saja menyebutkan nama Allah yang lain. Di Surah Al-Fatihah, ada beberapa nama Allah: Ar-Rahman, Ar-Rahim, Malik, kenapa harus Allah?
Kita bisa saja menyebut Alhamdulil Khaliq, Hamd milik Yang Maha Pencipta.
Atau kita juga bisa menyebut Alhamdulirrahman, Hamd milik Yang Maha Pengasih, yang paling besar cinta dan kepeduliannya.
Atau kita juga bisa mengatakan, Alhamdulilhakim. Hamd milik Yang Maha Bijaksana. Bukankah begitu? Semuanya benar, kan?
Kenapa harus menggunakan kata Allah?
Karena Asmaul Husna tadi adalah deskripsi tentang Allah. Jadi, ketika kita mengatakan hamd itu milik Yang Maha Pencipta, berarti kita berterimakasih kepada siapa? Kepada Maha Pencipta. Kita tidak memuji dan berterimakasih tentang Kebijaksanaan-Nya, Pengetahuan-Nya, Ampunan-Nya, atau Petunjuk-Nya.
Sama halnya dengan Alhamdulil Hakim, hamd milik al-Hakim, Maha Bijaksana, satu-satunya yang kita puji dan syukuri apa? Kebijaksanaan-Nya, tapi tidak yang lainnya.
Bagaimana kita memuji Allah dengan satu kata tapi kita juga menyertakan semua atribut-Nya? Satu-satunya yang bisa melingkupi semua itu adalah Alhamdulillah.
Itulah satu-satunya pilihan.
Tanpanya, akan ada sesuatu yang hilang. Sesuatu dari hamd milik Allah.
Allah adalah nama yang paling tepat, karena nama adalah sesuatu yang penting dalam suatu perkenalan, bukan?
Ketika kita bertemu seseorang untuk pertama kalinya, kita akan mengatakan. “Saya Nouman Ali Khan, dari USA, berasal dari Pakistan.” Bukankah begitu? Kita mengenalkan diri dengan menyebut nama.
Kalau ada seseorang yang mendatangi kita dan mengatakan,
“Assalamu’alaykum. Nama saya Abdurrahman.”
“Wa’alaykumsalam. Saya seorang electrical engineer.”
Anda orang yang aneh kalau berkata begitu.
Ketika kita memperkenalkan diri, kita tidak menyebut deskripsi kita terlebih dulu, tapi kita menyebut nama kita.
Fatihah adalah Allah Memperkenalkan diri-Nya. Jadi nama sangatlah penting, khususnya ketika kita berkenalan.
Ustaz Nouman punya pengalaman unik terkait ini. Seperti apa?
———————————-
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Al-Fatihah – Al-Fatihah – 01. A Deeper Look
(40.45-43.52 )
Materi VoB Hari Ke-92 Siang | Salah Persepsi
Oleh: Rendy Noor Chandra
#MondayAlFatihahWeek14Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Sekarang, coba kita lihat dari perspektif yang lain. Perspektif yang menarik dan memang terjadi.
Sebenarnya lucu dan bagi Ustadz Nouman sangat konyol.
Cerita ini adalah sebagian dari kisah Nabi Musa Alayhissalam.
Kita pasti tahu kalau bahwa Nabi Musa Alayhissalam memiliki sebuah tongkat, dan tongkat tersebut berubah menjadi apa?
Menjadi ular.
Siapa yang Nabi Musa hadapi? Siapakah yang melawan ular tersebut?
Penyihir, bukan?
Ketika Nabi Musa Alayhissalam melempar tongkat, dan tongkat itu kemudian berubah menjadi ular dan menelan semua tali-temali para penyihir itu, para penyihir itu bereaksi.
Apa reaksinya?
Mereka bersujud.
قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
Mereka berkata, “Kami beriman kepada Tuhan seluruh alam,
QS Asy-Syu’ara, 26:47
Ketika mereka bangkit di hadapan publik, ada ribuan orang yang menyaksikan kejadian tersebut. Fir’aun bingung.
“Apa yang terjadi?”
Mereka bangun dan berkata,
“Kami percaya kepada Rabb semesta alam, segala bangsa, dan seluruh manusia!”
Mereka tidak mengatakan,
“Kami percaya kepada Allah, Rabb Semesta Alam”.
Mereka tidak menyebutkan Allah, tapi Rabb al-‘Alamin
Sekarang masalahnya, Fir’aun sedang mendengarkan, dan jika kalian tahu Fir’aun, dia menyebut dirinya sendiri sebagai Tuhan. “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”
Ketika para penyihir tadi bangkit dari sujudnya dan mengatakan,
“Kami percaya kepada Rabb,”
Fir’aun menimpali, “Iya, aku tahu. (Yang kalian maksud adalah aku, bukan?)”
Mereka harus memperjelas.
رَبِّ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ
(yaitu) Tuhannya Musa dan Harun.”
QS Asy-Syu’ara, 26:48
Mereka berpaling ke arahnya sambil berkata, “Bukan, dungu. Tuhannya Musa dan Harun.”
Untuk sesaat, Fir’aun berpikir, “Oh, ya… tentu saja… tunggu dulu, maksud kalian apa?!?!”
Dikira para penyihir percaya dirinya Tuhan, eh, ternyata bukan.
Ustaz Nouman menceritakan pengalaman beliau beberapa waktu yang lalu. Ustaz yakin kita punya persepsi yang menarik tentang Amerika Serikat. Dikisahkan bahwa Ustaz saat itu sudah tinggal di Texas.
Saat itu beliau sedang di Louisiana, beliau berpakaian sangat tradisional sekali, memakai gamis dan surban, dan mau mengisi bensin di SPBU.
SPBU ini terletak di Louisiana dan sangat terpencil, tiba-tiba sebuah truk lewat.
Terdengar suara anjing menggonggong dari kursi belakang. Seorang laki-laki keluar dari truk dan terdengar musik country yang kencang sekali. Dia mau mengisi bensin dan mereka saling bertatapan.
Situasinya jadi aneh.
Ia melihat Ustaz dari atas ke bawah, dengan surban dan gamis, dan berkata,
“Kamu dari Islam, ya?”
Ustaz menjawab, “Bukan, saya dari New York.”
Ustaz tidak tahu dapat ide dari mana, beliau tiba-tiba menyahut,
“Puji Tuhan, _bro_!”
Ia bilang, “Oh, ya. Benar. Puji Tuhan.” Kemudian ia pergi.
Ketika Ustaz mengatakan, “Puji Tuhan,”
Siapa yang terpikirkan oleh pria tadi? Dia pikir itu Yesus (Nabi Isa Alayhissalam).
“Maksud saya sebenarnya Allah, tapi saya enggak mau ditembak!”
Ketika kita tidak menyebutkan nama Allah, maka akan ada kebingungan. Kalau kita hanya mengatakan,
ٱلْحَمْدُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ
Seseorang di ujung dunia lain akan punya konsep yang berbeda tentang Tuhan. Bagi mereka Tuhan bisa berarti manusia atau sembahan mereka selain Allah.
Jika Fatihah perlu mengklarifikasi siapa Rabb itu, maka seharusnya ia dimulai dengan nama yang tepat. Oleh karena itu, seharusnya seperti apa?
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Begitulah, agar tidak salah persepsi.
Masih ada lagi ternyata manfaat alhamdulillah, apakah itu?
———————————-
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Al-Fatihah – Al-Fatihah – 01. A Deeper Look
(43.52-47.53)
Materi VoB Hari Ke-92 Sore | Akan Selalu Ada
Oleh: Rendy Noor Chandra
#MondayAlFatihahWeek14Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Oke, sekarang kita akan bahas manfaat lain tentang al hamd.
Mengapa al hamd bukannya hamdun lillahi, bentuk lain yang mungkin, akan tetapi tidak menggunakan ‘al’?
Ngomong-ngomong, al tidak melulu diterjemahkan menjadi ‘the’ ya, khususnya dalam kasus ini. Kalau dalam bahasa Inggris bukan ‘The’ praise is belong to Allah. Pujian ‘itu’ milik Allah.
Sebenarnya, yang lebih tepat adalah seluruh pujian inti untuk Allah, dan segala ucapan terima kasih inti untuk Allah.
(All) praises and thanks is to Allah.
Kalau dalam terjemahan bahasa Indonesia disebutkan “Segala puji bagi Allah.”
Ini lebih tegas lagi, karena kita juga memuji dan berterimakasih kepada selain Allah juga.
Kita memuji Nabi Muhammad ﷺ. Sebenarnya kata Muhammad memiliki akar kata yang sama dengan al hamd yaitu hamd. Nama Rasulullah ﷺ merupakan isim maf’ul, yang artinya seseorang yang banyak sekali hamd diberikan kepadanya.
Jadi, hamd yang utama hanya milik Allah, tapi hamd bisa untuk yang lain juga.
Contohnya, ada seseorang yang menjemput kita di bandara, dan kita memujinya, “Wah, Anda cepat sekali datang. Terimakasih atas tumpangannya.”
Kita sadar berterimakasih kepadanya, tapi pertolongan itu sebenarnya dari siapa? Dari Allah. Allah yang menggerakkan hati orang itu agar menjemput kita di bandara.
Kita enggak boleh bilang, aku hanya percaya Allah, makanya aku ‘afgan’.
(paham kan, ya?)
Aku kan mau menjaga tauhid, aku enggak mau syirik, makanya aku enggak mau memuji orang atau berterimakasih kepada orang lain selain Allah.
Anda aneh kalau seperti itu. Allah sudah mengklarifikasi dengan menggunakan ‘al’ tadi.
Ketika kita mengucapkan Alhamdulillah, mindset seperti apa yang ada dalam seseorang?
Tentu mindset yang positif.
Kitab kita dimulai dengan sikap yang positif. Orang-orang menuduh Al-Qur’an adalah buku yang membuat orang stres, tertekan, bahwa Tuhan murka dan mau menghukum manusia, membuat semua haram dan susah.
Mereka mengemukakan ini dan memandang Islam seperti itu.
Itu sangat tidak adil, karena Al-Qur’an dimulai dengan lensa yang benar, dan lewat lensa itu kita bisa melihat keseluruhan Islam.
Langkah pertama atau impresi pertama itu segalanya. Impresi pertama Qur’an dimulai dengan hamd, pujian dan terima kasih. Alhamdulillah.
Impresi kita terhadap Allah adalah Dia secara terus-menerus berbuat menurut kehendak-Nya, dan apakah kita mengetahui apa yang Allah lakukan atau tidak, Allah sangatlah layak akan puji dan layak akan ucapan terima kasih.
Akan tetapi, ia tidak bergantung pada kita, apakah kita melakukannya atau tidak, karena hamd itu akan selalu ada.
———————————-
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Al-Fatihah – Al-Fatihah – 01. A Deeper Look
(47.53- 51.42)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.
Jazakumullahu khairan
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah