[AoQ2020] Sang Pengganti Sedang Beraksi


Arabic of Quran (AoQ) Hari Ke-16

Senin, 21 September 2020

Materi AoQ Hari Ke-16 Pagi | Sang Pengganti Sedang Beraksi (Full)

Oleh: Tim Chefs VoB

#BasicNahwVideo14Full

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Untuk berhak mengikuti pelajaran ini, syaratnya, Anda harus sudah memahami dua pelajaran sebelumnya. Yaitu tentang ‘kata ganti’ dan ‘kata ganti yang nebeng di belakang’. 

Dan Anda seharusnya sudah hafal TABEL KATA GANTI dan juga tabel KATA GANTI YANG NEMPEL.

Huwa humaa hum, hiya humaa hunna.

Anta antumaa antum, anti antumaa antunna.

Anaa nahnu.

Hu/hi humaa hum, haa humaa hunna.

Ka kumaa kum, ki kumaa kunna.

Nii/ii naa.

Jadi kalau Anda belum mengikuti kedua pelajaran itu, perbanyak istighfar. 😃😃

Dan silakan mengulangi.

Silakan ikuti dulu dua pelajaran sebelumnya.

Tapi kalau Anda nekat melanjutkan materi ini, karena takut ketinggalan, karena inginnya asal move on, asal moving forward, ya silakan.

Risiko Anda tanggung sendiri. 

Di pelajaran kali ini, kita akan belajar untuk membedakan, dari kata ganti yang sudah Anda pelajari itu, yang mana yang raf’, yang mana yang nasb, yang mana yang jarr.

Kata huwa artinya dia, laki-laki.

هُوَ

Dan dia, seorang laki-laki, atau si huwa ini adalah raf’. Kita beri simbol R.

هُوَ DIA, LAKI-LAKI, R

Jadi huwa atau dia (laki-laki) ini adalah pelakunya. 

Seperti dalam kalimat: 

Dia tidur.

(semoga Anda tidak ya, he-he-he, karena Anda kan serius belajar bahasa Arab)

😃😃

Kalau hu atau hi, artinya masih sama: dia (laki-laki), tapi statusnya nasb atau jarr.

هُ   هِ

هُوَ DIA (LAKI-LAKI), R

هُ هِ DIA (LAKI-LAKI), N/J

Singkatan N dan J sudah bisa Anda tebak: N adalah nasb, dan J adalah jarr.

Nasb adalah detail.

Contoh:

“Saya melihat dia.”

Atau, bisa juga dinyatakan seperti ini, “Saya melihatnya.”

Kata ‘saya’ dalam kalimat ini adalah raf’, pelakunya.

Kata ‘dia’ adalah yang dilihat oleh ‘saya’ sehingga ‘dia’ adalah nasb.

Jadi, bahasa Arab dari ‘dia’ di sini bukan ’huwa’, tapi ’hu’.

Atau, jika kita bilang, “Buku miliknya.”

Atau, “Buku milik dia.”

Atau kalau dalam bahasa Inggris, ”The book of his.”

Karena ‘dia’ atau ’his’ di sini posisinya adalah setelah atau after of, maka ‘dia’ adalah jarr. Semoga Anda masih ingat dari pelajaran awal bahwa after of adalah jarr.

Buku saya.

Buku Anda.

Bukunya.

Maka kata ‘saya’, ‘Anda’, dan ‘nya’ atau ‘dia’, statusnya adalah jarr.

Sekarang, kita punya contoh berupa sebuah cerita. 

Sebuah cerita yang sangat pendek.

“Saya bepergian. Mereka ketemu saya. Mereka mengambil tas saya.”

Cerita super pendek tadi terdiri dari tiga kalimat. Mari kita bahas kalimat yang pertama lebih dahulu: “Saya bepergian.”

‘Saya’ adalah pelakunya.

Jadi ‘saya’ adalah raf’.

Berarti kata ganti yang tepat adalah anaa.

“Saya bepergian.”

Anaa bepergian.”

أنا BEPERGIAN

Setidaknya Anda tahu separuh bahasa Arab. 😃😃

Sekarang, kita bahas kalimat kedua: “Mereka ketemu saya.”

Di kalimat ini, ‘saya’ adalah nasb.

Karena ‘mereka’ yang jadi pelakunya, atau, ‘mereka’ yang statusnya raf’.

Versi nasb dari ‘saya’ atau ’anaa’ adalah nii.

Bukan ’ii’, karena ’ii’ adalah versi jarr dari ’anaa’.

“Mereka bertemu nii.”

Mereka bertemu نِي.

Sekarang, kalimat ketiga: “Mereka mengambil tas saya.”

“Mereka mengambil tas ii.”

Mereka mengambil tas ي.

Ini jadi campuran bahasa Indonesia dan bahasa Arab. 😃😃

Itu lah logika di balik makna kata ganti raf’, nasb, dan jarr.

Raf’ adalah anaa.

Nasb adalah nii.

Jarr adalah ii.

Semoga perubahan posisi ‘saya’ menjadi lebih jelas di benak kita, sekarang.

Ada ‘saya’ sebagai raf’, sebagai nasb, dan sebagai jarr.

Jadi, kalau Anda ditanya, “Apa bahasa Arab dari ‘saya’?”

Maka, sebagai pelajar bahasa Arab yang sudah ‘terdidik’, he-he-he, Anda dan saya seharusnya menjawab seperti ini, “Bisa anaa, bisa nii, bisa ii.”

Kita juga bisa menjawab dengan menggunakan contoh super pendek yang barusan kita pelajari.
“Jika yang dimaksud dengan ‘saya’ adalah pada contoh kalimat ‘Saya bepergian’, maka bahasa Arab dari ‘saya’ adalah anaa.”

“Jika yang dimaksud dengan ‘saya’ adalah pada contoh kalimat ‘Mereka ketemu saya’, maka bahasa Arab dari ‘saya’ adalah nii.”

“Jika yang dimaksud dengan ‘saya’ adalah pada contoh kalimat ‘Mereka mengambil tas saya’, maka bahasa Arab dari ‘saya’ adalah ii.”

Ini sih sebenarnya hanya sedikit catatan tambahan.

Untuk kita perhatikan.

Sebelum kita melangkah ke pelajaran berikutnya.

Barakallaahu lii wa lakum.

Wassalaamu ‘alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.

*****

RINGKASAN

SANG PENGGANTI SEDANG BERAKSI

RAF’ ADALAH ANAA

NASB ADALAH NII

JARR ADALAH II.

*****

Modul Basic Nahw

Jumlah video: 86

Judul video ini: 12. Pronouns in Action

Video ke 14 dari 86 video.

Durasi: 3 menit 23 detik

*****

Sumber: 

Bayyinah TV > Arabic > Understand Arabic > Dream > Basic Nahw > 12. Pronouns in Action (00:00-03:23)


Materi AoQ Hari Ke-16 Sore | Dari Biologi Hingga Geografi (Part 1)

Oleh: Tim Chefs VoB

#BasicNahwVideo15Part1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Mari kita review alias meninjau kembali, materi-materi yang sudah kita pelajari.

Ism.

Ada empat sifat dari ism.

Yang pernah kita kenal dengan singkatan SGNT.

Status, Gender, Number, dan Type.

Tentang Status, kita sudah membahasnya.

Ada raf’, nasb, dan jarr, ada fleksibilitas, ‘ringan’ dan ‘berat’, dan seterusnya.

Sekarang kita lanjut ke huruf kedua dari SGNT.

Yaitu Gender.

Atau, jenis kelamin. 

Bahasa Arab mengenal ‘jenis kelamin’.

Setiap ism, apa pun itu, harus ada ‘jenis kelamin’-nya.

Bisa maskulin, bisa feminin.

Jadi, di materi ini kita juga sekaligus belajar tentang decision making alias pengambilan keputusan.

Karena kita memang harus memutuskan apakah sebuah ism itu maskulin atau feminin.

Sesi pelajaran kali ini, isinya ya, itu.

Simpel kan?

Oke, sekarang kita langsung saja masuk ke pertanyaan intinya: bagaimana kita bisa bilang bahwa sebuah kata itu feminin atau maskulin?

Cara untuk mengetahuinya adalah dengan menjelajahi, bukan dunia maskulin, tapi dunia feminin.

Mengapa?

Karena asumsinya adalah, semua ism itu maskulin, kecuali kalau kita bisa membuktikan bahwa kata itu adalah feminin. Itu kaidahnya.

Jadi, kalau tidak ada bukti apa pun bahwa sebuah ism adalah feminin, maka baru kita putuskan bahwa kata itu adalah maskulin.

Untuk itulah maka konsekuensinya, yang kita pelajari sekarang adalah berbagai jenis ism yang feminin.

Mari kita langsung masuk ke jenis atau kategori pertama: feminin secara biologis.

Yang ini terlalu gampang kali yee. 😃😃

Contohnya: wanita, ibu, sapi betina, anak perempuan, saudara perempuan.

Feminin secara biologis artinya, ya, secara biologis, dia wanita. Tidak ada urusannya dengan tata bahasa. Cukup mengandalkan penglihatan mata karunia Allah saja.

Mari kita ikuti contoh berikut. Pastikan Anda sedang sendirian, karena mungkin Anda akan senyum-senyum sendiri. Kurang bagus jika Anda dilihat orang. 

Ini sebenarnya skenario gila. Tapi, ya sudahlah. Katakanlah ada orang tua yang memberi nama anak perempuan mereka dengan nama: Abdul Karim. Jenis kelamin sudah benar-benar dicek saat lahiran: memang cewek. Tapi entah kenapa orang tuanya memberinya nama: Abdul Karim.

Pertanyaannya: Abdul Karim ini maskulin atau feminin?

Jawabannya jelas dan tegas: feminin. Kenapa? Karena langsung memenuhi kategori pertama. Kata kunci kategori pertama adalah: secara biologis. Secara biologis dia cowok atau cewek? Bahkan mungkin saat dilakukan USG beberapa kali sebelum lahiran, sudah terlihat bahwa dia adalah cewek. Pas lahiran, diperiksa, atau dipastikan lagi: ternyata memang cewek. Berarti tidak ada keraguan lagi. Berarti dia feminin. Meskipun namanya Abdul Karim.

Nama-nama seperti Bambang, Joko, atau Ahmad, bisa dipastikan: laki-laki atau maskulin.

Nama-nama seperti Dewi, Ayu, atau Fatimah, bisa dipastikan: perempuan atau feminin.

Nama-nama seperti Dwi, Tri, Wiwik, nah, harus hati-hati. Kalau perlu, pinjam KTP atau akta kelahirannya. Supaya kita tahu persis jenis kelaminnya. Sehingga bisa memutuskan apakah maskulin atau feminin.

Contoh lain: Maryam

مريم

Ini jelas feminin.

Contoh lain: Imroah

امرأة

Imroah artinya perempuan. 

Dan nama ini hampir pasti diberikan untuk bayi perempuan.

Berarti jelas. Feminin.

Mungkin sekarang Anda bertanya pada diri sendiri: “Ini sebenarnya pelajaran bahasa Arab atau pelajaran biologi?”

Nah. 

Itulah hebatnya pelajaran bahasa Arab.

Ada pelajaran biologinya juga. 😃😃

Itulah kategori pertama dalam upaya kita menjelajahi dunia kefemininan.

Mari kita move on ke penjelajahan berikutnya.

Kategori kedua adalah ism dengan akhiran ta marbuthah, alif maqshurah, alif hamzah:

ة    ى     آء

Kategori ini berlaku untuk kata yang tidak bisa ditentukan jenis kelaminnya secara biologis.

Contoh: busyroo, yang artinya: berita baik.

بشرى

Kita tidak sedang bicara tentang saudara sepupu Anda yang mungkin namanya Busyro. 

Karena mungkin dia bukan berita baik buat Anda. 😃😃

Hehehe, maaf, bercanda.

Fokus kita sekarang adalah sebuah ism yang tidak bisa ditentukan maskulin atau femininnya secara biologis. Jadi di kategori kedua ini yang kita amati adalah huruf yang ada di akhir kata. Huruf Arab tentunya.

Karena kata busyroo itu di belakangnya ada ى

maka akhiran  ى  itu membuat kata busyroo menjadi feminin.

Sekarang kita lihat contoh berikutnya.

Ada kata-kata: rohmah dan qiyamah, dengan tulisan Arab sebagai berikut:

رحمة     قيامة

yang masing-masingnya berarti kasih sayang dan kebangkitan.

Secara biologis, ‘kasih sayang’ tidak bisa ditentukan: maskulin atau feminin.

Secara biologis, ‘kebangkitan’ tidak bisa ditentukan: maskulin atau feminin.

Maka, penjelajahan kategori satu kita lewati tanpa menghasilkan keputusan.

Penjelajahan kita lanjutkan ke kategori kedua yaitu melihat huruf di akhir kata tulisannya.

Ternyata rohmah dan qiyamah berakhiran ة (ta’ marbuthoh).

Sehingga di kategori kedua ini kita sudah bisa mengambil keputusan.

Yaitu bahwa rohmah dan qiyamah adalah feminin.

Mari kita pelajari contoh berikutnya.

Kali ini tentang warna-warna.

Ada sawdaa’, hamroo’, baydhoo’, khodhroo’.

سوداء    حمراء    بيضاء    خضراء

Sawdaa’ itu hitam. Anda pasti sudah tahu ini. Karena selama pandemi ini Anda menambah imun tubuh dengan mengonsumsi jintan hitam atau habbatus sawdaa’. 😃😃🙏🙏

Hamroo’ itu merah. Anda juga tahu ini karena kata hamroo’ dan ‘merah’ punya tiga konsonan yang sama persis: m, r, dan h. 😃😃🙏🙏

Baydhoo’ itu putih. Lagi-lagi Anda sudah mengenalnya sejak Anda hafal salah satu doa iftitah (tsawbul ABYADHU minaddanas).

Khodhroo’ itu hijau. Jika Anda belum kenal dengan khodhroo’ maka bersyukurlah karena saat ini kenalan Anda bertambah satu. 😃😃🙏🙏

Semuanya diakhiri dengan alif yang diikuti hamzah.

Yang membuatnya juga dianggap feminin.

Jadi tiga akhiran itu:  ة   ى   اء, membuat sebuah ism menjadi feminin.

Sebenarnya tidak 100% tapi sebagian besarnya begitu..

Tentu saja masalah ini bisa selesai dengan perbendaharaan kata yang banyak.

Tapi ini bisa dijadikan pedoman yang sederhana untuk menentukan apakah sebuah kata itu maskulin atau feminin.

Contohnya lagi: muslim. 

Ditambahi akhiran ta’ marbuthoh jadi muslimatun.

Sehingga muslimatun jadi feminin.

Alhamdulillah.

Kita sudah mempelajari dua kategori:

1. Secara biologis

2. Tiga akhiran:  ة   ى   اء

Sekarang mari kita lanjutkan.

Kategori ketiga adalah kategori yang unik, yaitu bagian tubuh yang sepasang.

Apakah harus disebut sepasang supaya masuk kategori feminin?

Tidak harus.

‘Kedua kaki’ adalah feminin.

‘Kaki’ juga feminin.

Berikut adalah beberapa contohnya.

Bibir (syafatun)   شَفَةٌ

Telapak kaki (qadamun)  قَدَمٌ

Tulang kering (saaqun)  سَاقٌ

Pergelangan kaki (ka’bun)  كَعْبٌ

Telinga (udzunun)  أُذُنٌ

Kaki (rijlun) رِجْلٌ

Pipi (khaddun) خَدٌّ

Tumit (‘aqibun) عَقِبٌ

Tangan (yadun) يَدٌ

Mata (‘aynun) عَيْنٌ

Siku (mirfaqun) مِرْفَقٌ

Bahu (mankibun) مَنْكِبٌ

Apakah kita harus hafal kata-kata itu?

Tidak harus hafal.

Yang penting, kalau bisa, begitu disebut ’aynun, misalnya, Anda tahu artinya: mata.

Tapi seandainya Anda lupa artinya, kalau bisa Anda masih ingat bahwa ’aynun pernah disebut di kategori ketiga. Sehingga masuk ke kategori feminin.

Yang penting, poinnya adalah: kata-kata itu adalah bagian-bagian tubuh yang sepasang. Apakah kata-kata itu disebut dalam bentuk jamak maupun tunggal, tidak masalah, kata-kata itu tetap feminin.

Mari kita lihat contohnya sekarang.

Tanganku terluka.

‘Tangan’ masuk kategori feminin.

Mataku melihatnya.

‘Mata’ masuk kategori feminin.

Alhamdulillah.

Kita sudah mempelajari tiga kategori:

1. Secara biologis

2. Tiga akhiran:  ة   ى   اء

3. Bagian tubuh yang sepasang.

Sekarang mari kita lanjutkan.

Kategori keempat adalah nama-nama tempat.

Negara, kota, dan sebagainya. 

Wah.

Di kategori sebelumnya kita sempat berpikir tentang pelajaran biologi.

Sekarang, kita mungkin berpikir tentang pelajaran geografi. 😃😃

Belajar bahasa Arab ternyata mencakup banyak hal. 

Yang penting kita tetap enjoy

Apalagi kategori keempat ini termasuk mudah.

Dijamin: memahami konsep kategori keempat ini tidak sulit. 

Mengapa?

Oke, kita sepakat bahwa negara adalah termasuk nama tempat.

Ustaz Nouman tinggal di mana? Di Amerika Serikat. Jadi Amerika Serikat adalah nama tempat.

Eyang Habibie lahir di mana? Di Indonesia. Jadi Indonesia adalah nama tempat.

Apa personifikasi yang pernah Anda dengar untuk Indonesia?

Anda pasti sudah tahu.

Sangat terkenal dan pernah viral.

Menjadi bagian dari judul lagu, yang diulang-ulang beberapa kali di beberapa bait lagunya.

Ibu Pertiwi.

Jadi, negara, atau tempat secara umum, adalah feminin.

Terima kasih, Ibu Pertiwi.

Kami mungkin belum bisa menggembirakan Ibu.

Tapi Ibu telah membantu memudahkan kami belajar bahasa Arab.

*****

Modul Basic Nahw

Jumlah video: 86

Judul video ini: 01. Gender 

Video ke 15 dari 86 video.

Durasi: 14 menit 08 detik

*****

Sumber: 

Bayyinah TV > Arabic > Understand Arabic > Dream > Basic Nahw > 01. Gender (00:00-07:15)

*****

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s