بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Voice of Bayyinah (VoB) Hari Ke-83
Topik : Parenting
Sabtu, 12 September 2020
Materi VoB Hari Ke-83 Pagi | Orangtua Modern dengan Mentalitas Jahiliah
Oleh: Muchamad Musyafa’
#SaturdayParentingWeek12Part1
Jadi mana yang lebih hebat, anak laki-laki atau anak perempuan?
Ya, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa laki-laki lebih unggul dibanding perempuan.
Allah ﷻ paham akan hal ini.
Allah ﷻ paham bahwa hal ini akan terjadi di dalam masyarakat.
Dan Allah ﷻ tahu hal ini akan terjadi dalam kurun waktu yang lama, sampai hari ini.
Di dalam Al-Qur’an, di dalam banyak ayatnya itu, Allah ﷻ tidak membedakan antara laki-laki dengan perempuan. Di beberapa ayat Allah ﷻ mendahulukan penyebutan laki-laki. Tapi di ayat lain juga Allah ﷻ mendahulukan penyebutan anak perempuan.
Mendapatkan anak laki-laki atau anak perempuan adalah urusan Allah ﷻ. Yang harus kita lakukan adalah berdoa agar anak yang dikaruniakan kepada kita adalah anak yang baik amalannya.
Ada beberapa alasan sosiologis mengapa banyak budaya lebih mengunggulkan laki-laki.
- Pertama, karena laki-laki dianggap bisa menghasilkan uang.
- Kedua, karena setelah menikah, seorang perempuan harus meninggalkan keluarga kandungnya, kemudian mengikuti suaminya. Ia akan masuk ke dalam keluarga besar baru dari suaminya. Jadi ketika pernikahan terjadi, maka keluarga besar dari mempelai pria akan bertambah banyak. Sedangkan keluarga besar dari mempelai wanita harus rela melepas anak perempuannya itu.
- Ketiga, karena seorang laki-laki akan meneruskan nama keluarga melalui keturunannya. Sedangkan seorang perempuan hanya bisa meneruskan nama keluarga dari suaminya.
Itulah alasan mengapa banyak budaya mengunggulkan laki-laki dibanding wanita. Tak terkecuali masyarakat Arab Jahiliah, mereka menempatkan anak laki-laki di atas anak perempuan. Mereka bangga jika mendapatkan anak laki-laki. Mereka sangat malu jika memperoleh anak perempuan.
Menariknya adalah, mereka memiliki gagasan bahwa Allah ﷻ memiliki anak perempuan. Mereka menganggap malaikat adalah anak perempuan dari Allah ﷻ. Hal ini tertulis di ayat berikut :
أَفَأَصۡفَىٰكُمۡ رَبُّكُم بِٱلۡبَنِينَ وَٱتَّخَذَ مِنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنَٰثًاۚ إِنَّكُمۡ لَتَقُولُونَ قَوۡلًا عَظِيمٗا
“Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya).”
(QS. Al-Isra 17:40)
Dari situlah bisa kita simpulkan bahwa apa yang disukai oleh orang Arab Jahiliah, maka mereka akan mengambilnya. Dan apa yang tidak mereka sukai maka akan mereka berikan kepada Allah ﷻ.
Apa yang bisa kita rasakan dari kesimpulan di atas? Coba kita lihat pada masyarakat kita sendiri.
Jika sebuah keluarga dikaruniai beberapa anak. Ada anak yang cerdas dan ada anak yang biasa-biasa saja. Maka, sebagian besar masyarakat kita akan memiliki kecenderungan untuk menyekolahkan tinggi anak cerdas itu untuk menjadi ahli matematika, dokter atau lainnya yang berpotensi berpenghasilan besar. Sedangkan anak yang memiliki kecerdasan yang biasa-biasa saja, mungkin mereka akan diarahkan untuk masuk ke sekolah agama saja, ke pondok, menjadi ustaz saja atau menjadi imam saja.
Begitulah, pada anak yang kita sukai, kita membesarkannya untuk kepentingan kita sendiri. Sedangkan pada anak yang tidak kita sukai, kita berikan pada Allah ﷻ. Sebuah mentalitas yang sama dengan orang Arab Jahiliah di zaman dulu.
(bersambung, insyaAllah ba’da Zhuhur)
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Al-Kahf > 06. Boy or Girl – Parenting
Materi VoB Hari-83 Siang | Syair untuk Abu Hamzah
Oleh: Muchamad Musyafa’
#SaturdayParentingWeek12Part2
وَيَجۡعَلُونَ لِلَّهِ ٱلۡبَنَٰتِ سُبۡحَٰنَهُۥ وَلَهُم مَّا يَشۡتَهُونَ
“Dan mereka menetapkan anak perempuan bagi Allah. Mahasuci Dia, sedang untuk mereka sendiri apa yang mereka sukai (anak laki-laki).”
(QS. An-Nahl 16:57)
Jadi apa yang mereka inginkan?
Anak laki-laki.
Jadi apa yang mereka tetapkan bagi Allah ﷻ ?
Anak perempuan.
Coba kita perhatian ayat selanjutnya, berikut :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِٱلۡأُنثَىٰ ظَلَّ وَجۡهُهُۥ مُسۡوَدّٗا وَهُوَ كَظِيمٞ
“Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah.”
(QS. An-Nahl 16:58)
Coba kita bayangkan reaksi orang Arab Jahiliah ketika mendapat kabar atas kelahiran anak perempuannya. Bukannya senang dan bahagia, mereka malah merasa sangat depresi. Malu, sedih, marah bercampur menjadi satu. Muka mereka merah padam karenanya. Ekspresi ini benar-benar direkam oleh Allah ﷻ di ayat tersebut. Artinya bahwa hal ini penting bagi Allah ﷻ.
Allah ﷻ sangat tidak menyukai ekspresi yang tidak seharusnya ditunjukkan ketika seseorang dikaruniai anak perempuan. Seorang muslim harus tahu dan paham bahwa merendahkan anak perempuan adalah satu hal yang bisa mengecewakan Allah ﷻ.
يَتَوَٰرَىٰ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ مِن سُوٓءِ مَا بُشِّرَ بِهِۦٓۚ أَيُمۡسِكُهُۥ عَلَىٰ هُونٍ أَمۡ يَدُسُّهُۥ فِي ٱلتُّرَابِۗ أَلَا سَآءَ مَا يَحۡكُمُونَ
“Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.”
(QS. An-Nahl 16:59)
Mereka malu ketika mendapatkan anak perempuan. Baginya itu kabar buruk. Jika ada orang yang memberikan ucapan selamat, maka ucapan selamat itu terdengar bagaikan ejekan di telinga mereka.
“Mengapa kamu memberiku ucapan selamat ketika aku mendapatkan anak perempuan?”
“Kamu ingin mengejekku ya?”
Lalu mereka merasa galau, “Haruskah kubesarkan anak perempuan ini dengan menanggung kehinaan selamanya?”
“Ataukah harus aku kubur anak perempuan ini hidup-hidup?”
Mereka sungguh merasa malu ketika istrinya melahirkan anak perempuan. Beberapa di antara mereka memilih untuk membangunkan tenda untuk istri dan anaknya yang baru lahir itu. Setelah itu dia tidak ingin berkomunikasi lagi dengan istri dan anaknya itu.
Dia tanggung kebutuhan istri dan anaknya itu, namun dia tidak ingin tinggal bersama istri dan anaknya.
“Tinggallah di sini, jangan keluar rumah.”
“Jangan memanggilku lagi.”
“Kau telah membuatku malu.”
“Kau beruntung aku tidak membunuhmu.”
Ada sebuah syair indah dari Arab yang menggambarkan kesedihan sang istri ini, mari kita simak,
مَالِأَبِي حَمْزَةً لَا يَأْتِيْنَا
يَظَلُّ فِي البَيْتِ الَّذِي يَلِيْنَا
غَضْبَانٌ أَنْ لَا نَلِدَ البَنِيْنَ
وَاللّهِ
مَا كَانَ ذَلِكَ بِأَيْدِينَا
إِنَّمَا نَحْنُ لِزَارِعِيْنَ كَالْأَرْضِ
نَحْصُدُ مَا قَدْ زَرَعُوهُ فِيْنَــا
-Maa li Abi Hamzatan laa ya’tiinaa
ـYa dzollu fil baytiladzi yalinaa
-Ghodlbaanun an laa nalidal baniina
ـWa Allahi
-Maa kaana dzalika biaydiinaa
-Innama nahnu lizaari’iina kal ardl
-Nahshudu ma qad zara’uuhu fiinaa
-Ada apa dengan Abu Hamzah, ia tidak datang kepada kita.
-Ia tetap tinggal di dalam rumah, yang ada di sebelah kita.
-Ia sangat marah, karena tidak lahir seorang putra.
-Demi Allah
-Apa yang ada di tangan kami.
-Sesungguhnya kami, seperti tanah bagi para petani.
-Kami menuai apa yang mereka tanam di dalam kami.
(bersambung, insyaAllah ba’da Ashar)
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Al-Kahf > 06. Boy or Girl – Parenting
Materi VoB Hari Ke-83 Sore | Anak Perempuan dan Anak Laki-Laki Bernilai Sama dalam Pandangan Allah ﷻ
Oleh: Muchamad Musyafa’
#SaturdayParentingWeek12Part3
لِلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِ مَثَلُ ٱلسَّوۡءِۖ وَلِلَّهِ ٱلۡمَثَلُ ٱلۡأَعۡلَىٰۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ
“Bagi orang-orang yang tidak beriman pada (kehidupan) akhirat, (mempunyai) sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat Yang Maha Tinggi. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
(QS. An-Nahl 16:60)
Ayat di atas berhubungan dengan ayat sebelumnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa mereka yang berputus-asa terhadap anak perempuannya, mereka dikatakan tidak beriman pada akhirat. Mereka tidak percaya bahwa anak perempuan yang salihah bisa menjadi tiket bagi kedua orang tuanya untuk ke surga.
Ya, jadi ini masih terhubung dengan materi-materi parenting sebelumnya. Mereka yang menyia-nyiakan anak perempuan, pasti tidak meyakini adanya akhirat.
وَلَوۡ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِظُلۡمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيۡهَا مِن دَآبَّةٖ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗىۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ لَا يَسۡتَٔۡخِرُونَ سَاعَةٗ وَلَا يَسۡتَقۡدِمُونَ
“Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.”
(QS. An-Nahl 16:61)
Masih tersambung dengan ayat sebelumnya, di ayat ini kita pahami bahwa kezaliman yang dimaksud adalah dosa manusia jahiliah yang telah merendahkan seorang anak perempuan.
Di sini Allah ﷻ menggambarkan betapa marah diri-Nya. Allah ﷻ bisa saja menghancurkan bumi untuk menghukum mereka, hingga tak ada satu pun yang tersisa. Tapi Allah ﷻ memberi penangguhan pada mereka hingga ajal mereka datang.
Di ayat lain, Allah ﷻ juga menyampaikan hal yang hampir sama.
أَمِ ٱتَّخَذَ مِمَّا يَخۡلُقُ بَنَاتٖ وَأَصۡفَىٰكُم بِٱلۡبَنِينَ ١٦ وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِمَا ضَرَبَ لِلرَّحۡمَٰنِ مَثَلٗا ظَلَّ وَجۡهُهُۥ مُسۡوَدّٗا وَهُوَ كَظِيمٌ ١٧
“Pantaskah Dia mengambil anak perempuan dari yang diciptakan-Nya dan memberikan anak laki-laki kepadamu? Dan apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat, karena menahan sedih (dan marah).”
(QS. Az-Zukhruf 43:16-17)
Pertama mereka mengatakan bahwa anak perempuan sebagai perumpamaan apa yang dimiliki Allah ﷻ sebagai yang Maha Pengasih. Seharusnya ini bisa membuat mereka bahagia, tapi nyatanya ekspresi mereka tidak menunjukkan kesenangan sama sekali.
أَوَ مَن يُنَشَّؤُاْ فِي ٱلۡحِلۡيَةِ وَهُوَ فِي ٱلۡخِصَامِ غَيۡرُ مُبِينٖ
“Dan (apakah patut menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan sebagai perhiasan sedang dia tidak mampu memberi alasan yang tegas dan jelas dalam perdebatan.”
(QS. Az-Zukhruf 43:18)
Melalui ayat ini Allah ﷻ menangkap alasan di balik kebencian mereka terhadap anak perempuan. Mereka menganggap orang yang dibesarkan sebagai perhiasan, yang dikelilingi perhiasan tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka bahkan tidak mampu memberi argumen-argumen yang kuat di dalam sebuah forum perdebatan.
Apa yang diharapkan dari orang seperti ini? Mereka merendahkan anak perempuan lalu menetapkannya sebagai anak Allah ﷻ.
Jika kita perhatikan saja, hari ini kita telah mengambil 3 surat yang membahas status anak perempuan. Al-Isra’, An-Nahl, Az-Zukhruf. Di luar itu masih ada lagi.
Jadi pengulangan pembahasan mengenai status anak perempuan rupanya menjadi hal yang penting bagi Allah ﷻ. Jika Allah ﷻ sudah mengulanginya, menyebutkannya beberapa kali. Apakah kita akan berpura-pura lupa? Lalu kita kembali merendahkan anak-anak perempuan kita?
Siapa bilang agama Islam merendahkan seorang perempuan? Dari pembahasan hari ini kita melihat pembelaan Allah ﷻ ketika melihat manusia begitu merendahkan anak perempuan? Anak perempuan dan anak laki-laki sama berharganya dalam pandangan Allah ﷻ.
(bersambung, insyaAllah minggu depan)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah