بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-81
Topik: Divine Speech
Kamis, 10 September 2020
Materi VoB Hari ke-81 Pagi | Kadar Cinta
Oleh: Rizka Nurbaiti
#ThursdayDivineSpeechWeek12Part1
Hari ini kita akan membahas sebuah ungkapan yang menurut ustaz adalah ungkapan yang berat. Apakah ungkapan itu?
Ungkapan tersebut terdapat di dalam QS Asy-Syu’ara, 26:225, yaitu sebagai berikut:
أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِى كُلِّ وَادٍۢ يَهِيمُونَ
Terjemahan secara sederhana dari ayat tersebut adalah:
“Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah”.
Ustaz menyampaikan bahwa ayat ini menggambarkan tentang ‘penyair’. 📯
Mengapa demikian?
padahal tidak ada kata ‘penyair’ di ayat ini?
Untuk dapat memahaminya mari kita mulai pembahasannya.
***
Kata ‘haama yahiimu’ yang terkandung di dalam ayat tersebut digunakan untuk menggambarkan unta 🐫 yang sedang mencari air 🥤 dan sedang sekarat karena kehausan.
Sehingga membuat ia mengembara tanpa tujuan, ke segala arah. Itulah makna dari ‘haama yahiimu’.
Selanjutnya, ‘al-hiyaam’ adalah kata yang digunakan untuk cinta yang dapat membunuhmu. Atau sederhananya ‘al-hiyaam’ adalah cinta mati.💔
Di dalam bahasa Arab, orang-orang Arab memiliki 10 level cinta . Level kesepuluhnya yaitu ‘hiyaam’.
‘Hiyaam’ adalah cinta yang membunuhmu. Seperti, kasus bunuh diri yang dilakukan seseorang karena putus cinta. Maka cinta yang dimiliki oleh orang tersebut adalah ‘hiyaam’.
Seseorang yang depresi dan memilih untuk bunuh diri karena masalah percintaannya dengan pasangannya. Maka cintanya itu juga adalah ‘hiyaam’.
Al-hiyaam bisa terjadi juga kepada seorang ibu yang mengalami stres dan melakukan bunuh diri karena putranya.
Atau seorang pria yang bunuh diri akibat cintanya bertepuk sebelah tangan. Itu juga merupakan contoh cinta yang berada di level ‘hiyaam’.
Jadi intinya cinta pada level ‘hiyaam’ ini adalah ‘cinta mati’. Dan perasaan cinta yang tidak sehat. 🥀
Rasa cinta yang jelas-jelas tidak kita inginkan. Cinta ini seperti penyakit atau bisa disebut toxic. Cinta ini akan membunuhmu.
💖💖💖
Level cinta di bawah ‘al-hiyaam’ atau level kesembilan adalah ‘وله (walah)’.
Cinta pada level ini adalah cinta tertinggi yang bisa dicapai jika kita tidak ingin mati karena cinta. 🏆💕
‘Walah’ tersusun dari ‘waw (و), lam (ل) dan ha (ه)’. Atau juga dapat tersusun dari ‘hamzah (ء), lam (ل), dan ha (ه)’ . Seperti kata ’ilah’ pada “la ilaha ilallah”.
‘Walah’ dan ’ilah’ memiliki keterkaitan satu sama lain. Dan salah satu arti dari ‘ilah’ adalah objek cinta.
Seperti makna cinta pada ‘walah’, cinta yang lebih dari ‘ilah’ adalah cinta yang dapat membunuhmu juga.
So, apa karakteristik dari ‘walah’?
‘Walah’ adalah jenis cinta yang ketika kamu memilikinya, kamu tidak merasakan sakit lagi.
Cinta yang membuat kita meniadakan rasa sakit yang kita rasakan.
👩👧👦
Seperti yang terjadi pada seorang ibu yang berada di terminal kedatangan untuk menjemput anaknya.
Ibu tersebut rela menunggu anaknya datang, meski dia belum makan siang.
Dan saat menunggu tersebut sang ibu tidak merasa lapar karena sangking senangnya membayangkan putranya akan datang. Ia akan bertemu sang anak yang dia cintai.
Jadi perasaan cinta yang dia miliki memenuhi hatinya, sehingga meskipun dia memiliki kebutuhan yang lainnya. Misalnya kebutuhan akan makanan, maka dia tidak akan merasakannya.
Seakan-akan semuanya tertutupi oleh rasa cinta. Itu adalah ‘walah’.
Seperti yang telah dikatakan bahwa kata ’ilah’ memiliki keterkaitan dengan ‘walah’.
Jadi apa makna dari لآ إِلَهَ إِلاَّ الله ketika kita mengucapkannya?
Sumber Bayyinah TV > Course > Divine Speech > 03. The Quran is Beyond Explanation (07:03-09:56)
InsyaAllah bersambung ba’da zhuhur
Materi VoB Hari ke-81 Siang | Mengembara di Setiap Lembah
Oleh: Rizka Nurbaiti
#ThursdayDivineSpeechWeek12Part2
Apa makna dari لآإِلَهَ إِلاَّ الله saat kita mengucapkannya?
Kata ‘ilah’ adalah bentuk cinta yang berada pada level kesembilan. Di mana pada level ini, cinta yang dimiliki adalah cinta yang dapat menghilangkan kebutuhan akan hal lain ataupun rasa sakit.
Dari pengertian ‘ilah’ di atas maka ketika kita mengucapkan “لآإِلَهَ إِلاَّ الله“, itu berarti ‘iman’ kita dan ‘ibadah’ kita kepada Allah ﷻ telah diisi dengan begitu banyak cinta kepada-Nya.
Yang membuat kita tidak merasa kehilangan atas apapun di dalam hidup kita.🥺😇
When we say “لآإِلَهَ إِلاَّ الله”, our iman in Allah ﷻ and our ibadah to Allah ﷻ is supposed to be filled with so much love. So, we don’t feel like we’re missing anything in life.
Come back to kata ’يَهِيمُونَ (yahiimuun)’ yang terdapat pada QS Asy-Syu’ara, 26:225.
أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِى كُلِّ وَادٍ *يَهِيمُونَ*
Artinya: “Tidakkah kamu melihat bahwa mereka *mengembara* di setiap lembah”.
Kata ’yahiimu’ berarti ‘cinta mati’.
Cinta yang akan membunuhmu. Cinta yang dapat membuat seseorang menjadi gila seperti unta 🐫 pengembara yang mencari air kemana-mana tanpa arah.
Unta tersebut melangkah tanpa arah karena tidak kuasa menahan haus. Seperti akan mati kehausan.
Pada QS Asy-Syu’ara ayat 224-225 Allah ﷻ membahas mengenai ‘penyair’.
وَالشُّعَرَۤاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَأَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ في كُلِّ وَادٍ يَهيمُونَ
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, (QS Asy-Syu’ara, 26:224-225)
Mengapa Allah ﷻ menyebutkan ‘وَادٍ (lembah)’ ?🌄
Padahal pembahasan di sini adalah tentang ‘penyair’.
Berikut penjelasan dari Ustaz Nouman.
Bangsa Arab memiliki sebuah ungkapan “haama fii kulli waadin”.
Apa maksud dari ungkapan tersebut?
Maksudnya adalah orang ini pergi ke mana-mana tanpa tujuan. Tidak ada ujungnya.
Dan dia bahkan tidak tahu bahaya macam apa yang dia akan hadapi.
Kemudian ustaz memvisualisasikan makna tersebut agar kita bisa semakin memahaminya. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Anda sedang berada di gunung⛰. Kemudian Anda melihat sebuah lembah🏞.
Jika Anda ingin memasuki lembah tersebut, maka apakah Anda berjalan naik atau turun?🚶♂️
Anda harus berjalan menurun, kan? 🏂
Anda berada di atas gunung. Kemudian Anda turun menuju ke lembah. Dengan kata lain, posisi awal Anda adalah tinggi dan kemudian posisi akhir Anda akan turun.
Berada pada posisi yang tinggi dapat dihubungkan dengan ‘dihormati’, ‘memiliki martabat’, dan ‘dihargai’. 👑
Sebaliknya, berada pada posisi rendah dapat diartikan dengan ‘kehinaan’.
Jadi jika kita hubungkan dengan QS Asy-Syu’ara ayat 225, maka berarti para penyair itu digambarkan sebagai seseorang yang rela merendahkan dirinya sendiri. Mereka rela mempermalukan dirinya sendiri.
Ini adalah gambaran pertama dari ‘penyair’. Yaitu *seseorang yang siap untuk merendahkan diri.*
Hal lain yang menarik dari ungkapan ini adalah ketika Anda turun memasuki lembah, maka Anda hanya bisa melangkah turun tapi tidak mungkin bisa naik ke atas.
Mengapa hanya bisa turun dan tidak bisa naik?🤔
Anda bisa turun karena gravitasi akan membantu Anda berjalan menurun.Tapi Anda sulit atau hampir tidak bisa mendaki naik. Anda terjebak di dalam lembah tersebut.
Kata كُلِّ وَادٍ adalah ism nakirah. Ism nakirah adalah ism yang menunjukkan pada makna yang umum.
Sehingga dapat diartikan bahwa para penyair tersebut bahkan tidak mengetahui lembah seperti apa itu.
Mereka tidak mengetahui lembah seperti apa yang mereka lewati.
Mereka tidak tahu apakah ada ular di bawah sana. Apakah ada hal yang berbahaya di dalamnya. Mereka sama sekali tidak mengetahuinya.
Bahkan mereka juga tidak mengetahui apakah mereka akan bisa keluar dari sana atau tidak.
Mereka tidak peduli kemana langkah kaki mereka melangkah. Mereka berjalan tanpa arah. Tanpa tujuan. Mereka terus melakukan perjalanan yang sia-sia.🚶♂️
Allah ﷻ tidak mengatakan bahwa para penyair itu suka mendaki. Ayat di atas tidak mengatakan demikian.
Ayat ini juga tidak menyatakan arti secara sebenarnya, bahwa mereka (para penyair) benar-benar pergi menuju lembah.
Itu bukanlah arti yang dimaksudkan di ayat tersebut.
Jadi apa maksud dari ayat tersebut?
Sumber Bayyinah TV > Course > Divine Speech > 03. The Quran is Beyond Explanation (09:56-12:19)
In syaa Allah bersambung ba’da ashar
Materi VoB Hari ke-81 Sore | Penyair
Ditulius oleh: Rizka Nurbaiti
#ThursdayDivineSpeechWeek12Part3
Artinya: “Tidakkah kamu melihat bahwa mereka (penyair) mengembara di setiap lembah”.
Apa maksud dari ayat di atas?
Pertama-tama Ustaz Nouman menjelaskan gambaran tentang ‘penyair’.🎼
Saat ini kita telah memiliki banyak industri hiburan. Di mana pada zaman dahulu itu semua tidak ada.
Industri film Hollywood, MTV yang ada pada zaman sekarang, itu semua di zaman dahulu tidak ada.
Pada zaman dahulu semua media hiburan itu dilakukan oleh para penyair. 👨🎤
Jadi jika di zaman sekarang Anda bisa menonton film dengan pergi ke bioskop.
Kalau dua ribu tahun yang lalu, kita dapat pergi ke tengah gurun pada malam hari. Di sana ada api unggun 🎇 dan ada seorang pria (penyair) yang sedang membacakan beberapa sajak atau syair.👨🎤
Dia menceritakan sebuah cerita dan Anda akan terbawa oleh alur cerita yang dia buat. Itu adalah film di zaman itu.
Begitu pun dengan musik 🎶. Para penyair juga membacakan syairnya layaknya sebuah konser.
Jadi para penyair di zaman dulu, layaknya seorang aktor atau penyanyi di zaman sekarang.
Dan tidak hanya itu mereka juga filsuf bagi Anda. Mereka seperti profesor filsafat di universitas.
Mungkin sulit bagi kita membayangkan tentang penyair pada waktu itu.
Jadi, kita membahasnya dengan menggunakan industri hiburan di zaman sekarang saja, yah.
Industri hiburan saat ini memiliki film dan konser yang dapat menampilkan karyanya. Ia juga menciptakan lagu, video, video musik (MV).
Sebuah industri musik memiliki artis di label musiknya. Artisnya tersebut akan mengeluarkan sebuah lagu.
Orang-orang dapat menonton video di channel YouTube. Atau mengunduh MP3 . Atau mendengarkan di Spotify.
Dan mereka dapat me-share music video-nya melalui akun media sosial mereka.
Saat lagu tersebut baru launching banyak orang yang akan tergila-gila dengan lagunya.
Bahkan mungkin lagunya banyak mendapatkan penghargaan.
Tapi berapa lama popularitas lagu itu dapat bertahan? 🤔
Berapa lama lagu itu bisa menduduki puncak tangga lagu?
Ustaz mengajukan pertanyaan tersebut kepada audiensnya. Jawaban dari mereka pun beragam.
Pertama ada yang menjawab 1 tahun. Ustaz seperti kaget mendengar jawaban ini.
Apakah ada orang yang bisa mendengarkan lagu yang sama selama setahun? Tanya ustaz keheranan.
Kemudian ada yang menjawab enam bulan. Tiga bulan. Dan terakhir ada yang menjawab enam minggu.
Anggaplah sekitar enam minggu, orang-orang akan tergila-gila dengan lagu yang mereka buat. Kemudian setelah itu bagaimana?
Bagaimana perasaan Anda jika Anda mendengarkan lagu yang sama selama tiga bulan ? Bosan.
Sehingga, ketika teman Anda memutar lagu tersebut saat kalian sedang dalam perjalanan.
Apa yang akan Anda katakan ke teman Anda?
Please stop lagunya! Saya sudah sangat bosan dengan lagu itu.😣
Seperti saat lagu Frozen diputarkan “Let it go, let it go …”🎶.
Ketika Anda sudah sangat bosan dengan lagu tersebut.
Mungkin Anda akan menjawab lirik “let it go…” dengan “just let it go”😤, seakan ingin segera menghentikan lagunya.
Padahal saat pertama kali mendengar lagu Frozen, Anda suka banget dengan lagunya. Semua orang menyanyikannya.
Namun setelah beberapa lama Anda mendengarkan, Anda menjadi begitu terganggu ketika lagu itu diputar.
Mengapa hal itu bisa terjadi?
Dan bagaimana cara penyanyi menghadapi realitas tersebut?
Sumber Bayyinah TV > Course > Divine Speech > 03. The Quran is Beyond Explanation (12:19-14:33)
Bersambung in syaa Allah minggu depan
***
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah