[VoB2020] Buss Ah Lime, Kuy Uklam-Uklam


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-75

Topik: Pearls from Al-Kahfi

Kamis, 04 September 2020

Materi VoB Hari ke-75 Pagi | Buss Ah Lime, Kuy Uklam-Uklam

Ditulis oleh: Muchamad Musyafa’

#FridayAlKahfiWeek11Part1

Part 1

🍋🍋🍋🍋🍋

Yang akan kita bahas di Pekan 11 Al-Kahfi adalah tentang bahasa Arab Al-Qur’an.

Hal yang pertama yang perlu diketahui di pembahasan kali ini adalah :

Ada 3 macam bahasa Arab,

1.    Bahasa Arab Lisan

2.    Bahasa Arab Formal

3.    Bahasa Arab Klasik

Bahasa Arab lisan atau bisa kita sebut Al-Lahjah ( اللهجة ).

Al Lahjah adalah dialek.

Orang-orang Arab memiliki berbagai cara dalam berbicara. Bergantung dari mana mereka berasal. Dari desa mana, dari kota mana, dari wilayah mana mereka berasal. Masing-masing dari mereka itu mungkin akan memiliki dialek khas mereka sendiri-sendiri. Itulah dialek, banyak sekali ragamnya.

Kita bisa membayangkannya seperti bahasa Inggris. Bahasa Inggris banyak variasinya.

Ustaz Nouman bercerita bahwa beliau baru saja datang dari Trinidad. Beliau belajar banyak bahasa Trini di sana. Menurutnya bahasa Inggris Trini cukup menarik. Misalnya, jika dikatakan:

🍋 We go buss ah lime sometime, artinya we go hangout sometime. 🇹🇹

🍋 Buss ah Lime, burst a lime. 🇹🇹

Jadi bagi orang-orang Trinidad, waktu yang menyenangkan tampaknya adalah ketika mereka bisa mengambil buah jeruk nipis (lime) lalu menginjaknya.

Momen yang menyenangkan ketika berkumpul dengan kawan bagi mereka sama menyenangkannya dengan momen saat bermain-main menginjak buah jeruk nipis.

Itulah salah satu dialek dalam bahasa Inggris, dialek Trinidad.

🍋🍋🍋

Oke, tidak usah berpanjang-panjang membahas bahasa Inggris, coba kita lihat di bahasa kita sendiri.

Bahasa Indonesia, tentunya memiliki beragam dialek.

Ada dialek yang dipengaruhi oleh daerah, misalnya jika saya sebut : sabi, nakam, oskab, ayas, libom.

Dialek mana ini? Yang tahu silakan angkat tangan. ☝🏼 Hehe..

Jawabannya adalah ini dialek orang Malang.

Kata-kata di atas bukanlah diambil dari bahasa Jawa, kata di atas diambil dari bahasa Indonesia (bisa, makan, bakso, saya, mobil) yang penulisannya dibalik. Karena memang daerah Malang dikenal sebagai bahasa Walikan (bahasa Kebalikan)

Ada dialek yang hanya digunakan di era-era tertentu, misalnya :

Di era 1970-an ada istilah bokap (bapak) nyokap (ibu), bokis (bohong) dan plokis (polisi)

Di era 2000-an ada istilah cus (ayo), rempong (repot), segambreng (banyak), lebay (berlebihan)

Dan ada pula dialek yang tercipta karena plesetan dari kata aslinya, misalnya :

Ciyus, bingits, dan tidak lupa yang sedang heboh di jagat media sosial kali ini “Anj*y”

Itulah beberapa contoh kecil ragam dialek dalam bahasa Indonesia.

Poin penting sampai di sini adalah kita tahu bahwa dialek itu beragam, begitu juga dengan dialek dalam bahasa Arab.

Lalu apa kaitannya dengan dialek dalam bahasa Arab yang akan kita bahas kali ini?

(bersambung in syaa Allaahu ta’aalaa ba’da zhuhur )

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Al-Kahf > 03. Quranic Linguistics – Al-Kahf – A Deeper Look


Diskusi dan Tanggapan VoB Hari Ke-75 Pagi |  Buss Ah Lime, Kuy Uklam-Uklam

Vera:

Maa syaa Allah..

Gilig:

Boleh menambah sedikit mengenai bahasa walikan?

Karena ini bersejarah…

Kisah ini saya dengar ketika 3 tahun tinggal di kota yang dingin ini antara 1994-1997.

Orang Malang dulu saat berperang melawan Belanda, mereka senantiasa dipantau dimata-matai. Mereka perlu kode yang tidak dipahami penjajah kafir Belanda. Maka dibuatlah bahasa walikan, sederhananya dengan membalik kosakata seperti tidak menjadi kadit dan orang menjadi genaro.

Jadi boleh dibilang bahasa walikan adalah bahasa perjuangan.

Mestinya, itulah semangat kita dalam melakukan pembaruan.


Materi VoB Hari ke-75 Siang | Izayyak, Apa Kabar?

Ditulis oleh:  Muchamad Musyafa’

#FridayAlKahfiWeek11Part2

Part 2

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

🍒🍒🍒🍒🍒

Kuy, gas gaes. Kita lanjut lagi..

Di atas adalah contoh dialek dalam bahasa Indonesia sekali lagi.

Dari tulisan sebelumnya kita tahu bahwa dialek itu sangat beragam.

Di zaman nabi Muhammad ﷺ , nabi Muhammad ﷺ tinggal di lingkungan dengan bahasa Arab dialek Quraisy. Al-Qur’an pun diturunkan dengan dialek bahasa Quraisy. Itulah bahasa Al-Qur’an.

Seiring berjalannya waktu, dalam beberapa abad ke belakang ini bahasa Arab sendiri mendapatkan banyak pengaruh dari masuknya bahasa Inggris, Perancis dan Spanyol sehingga terbentuk dialek-dialek baru. Ini tidak termasuk ragam dialek asli seperti dialek Quraisy yang sudah ada di tanah Arab sejak dulu itu.

🍒🍒🍒🍒🍒

Sebut saja dialek bahasa Arab Mesir, mereka memiliki dialek informal khas mereka sendiri.

Misalnya :

Jika di bahasa Arab formal kita mengucap : Kaifa haluka/ki? yang artinya ‘kamu apa kabar?’, maka di Mesir mereka menggunakan izayyak? atau izayyik? untuk menanyakan kabar seseorang.

Contoh lain,

Jika di bahasa Arab formal kita mengucap : قلم  qalam untuk ‘pena’, maka di Mesir mereka menggunakan  ألم ’alam untuk menyebut ‘pena’.

Lain dengan Mesir, orang Arab Khaliji menggunakan galam untuk menyebut ‘pena’. Jadi huruf ‘qaf’ berubah menjadi ‘g’.

Bahkan ada beberapa orang yang ingin lebih simpel, mereka menyebut لم lam untuk ‘pena’

Jadi tidak hanya bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, bahasa Arab pun memiliki dialek yang beragam.

🍒🍒🍒🍒🍒

Dalam keseharian jarang sekali orang Arab menggunakan bahasa Arab formal, biasanya mereka menggunakan bahasa Arab dialek yang informal.

Jika kawan-kawan pernah melihat kartun Saladin, di film ini mereka menggunakan bahasa Arab yang formal. Tidak akan kita temukan orang Arab di zaman sekarang menggunakan bahasa seperti yang ada di film ini.

Namun bagi pelajar Al-Qur’an, film ini bagus karena dari sana kita bisa belajar bahasa Arab yang bersih, yang tiap pengucapan harakatnya diperhatikan. Sangat bagus dan direkomendasikan.

Di luar itu, saat ini banyak sekali kartun yang sulih suaranya menggunakan bahasa dialek informal. Sayang sekali.

🍒🍒🍒🍒🍒

Pengetahuan terhadap dialek sebenarnya sangat bermanfaat bagi seseorang untuk berkomunikasi, bergaul dengan suatu kaum / komunitas di wilayah negara Arab.

Tapi hanya mengetahui bahasa Arab dialek tidak akan membantu kita untuk bisa memahami ilmu agama. Tidak akan bisa kita memahami bahasa Al-Qur’an jika hanya berbekal kemampuan bahasa Arab informal.

Kuy, belajar

(bersambung in syaa Allaahu ta’aalaa ba’da Ashar )

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Al-Kahf > 03. Quranic Linguistics – Al-Kahf – A Deeper Look

🍹🍹🍹🍹🍹


Materi VoB Hari ke-75 Sore | Kelakar Seorang Syekh

Ditulis oleh:  Muchamad Musyafa’

#FridayAlKahfiWeek11Part3

Part 3

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

🍉🍉🍉🍉🍉

Ya, dengan mempelajari bahasa Arab dialek, kita bisa mendapatkan banyak teman. Tapi dengannya saja kita tidak akan bisa mempelajari Al-Qur’an.

Meskipun begitu, bukan berarti kita ingin merendahkan nilai dari bahasa dialek. Tidak berarti bahasa dialek menjadi tidak penting. Kita tidak ingin menghina orang-orang yang menggunakan bahasa dialek. Kita hanya ingin menganggap bahasa dialek sebagai bahasa yang terpisah saja. Tentunya akan terasa aneh bagi kita jika kita mencampuradukkan penggunaan bahasa dialek dengan bahasa formal.

🍉🍉🍉🍉🍉

Ada beberapa hal yang mungkin bisa membuat kita bisa lebih menghormati bahasa dialek. Salah satunya karena Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi rahimahullah. Beliau seorang mufasir yang besar, seorang dosen besar dalam studi Al-Qur’an. Buku tafsirnya yang masyhur dengan nama Tafsirus Sya’rawi belum selesai ia tulis karena beliau telah lebih dahulu dipanggil ke sisi Allah ﷻ. Kita bisa menemukan banyak poster besar di berbagai penjuru kota Kairo, Mesir. Beliau benar-benar meninggalkan karya yang berarti bagi studi Al-Qur’an di Mesir.

Banyak cara orang-orang menggunakan gaya mereka sendiri dalam mengajarkan Al-Qur’an, mengajarkan tafsir Al-Qur’an.

Agar terhubung dengan muridnya, Syekh Asy-Sya’rawi rahimahullah biasanya mengeluarkan kelakar-kelakar di dalam kuliahnya. Sehingga kita akan bisa menemukan tujuh puluh lima persen kuliahnya menggunakan bahasa Arab yang murni. Sisanya di tengah-tengah kuliahnya tersisip kelakar bahasa dialek Mesir yang bisa tiba-tiba muncul begitu saja di dalam kelas. Bagi kita yang hanya tahu bahasa Arab Al-Qur’an pasti tidak akan paham jika mendengar kelakar beliau.

Syekh Asy-Sya’rawi rahimahullah melakukannya agar beliau bisa nyambung dengan bahasa muridnya. Dan tentu saja hal itu adalah suatu hal yang patut kita hormati.

🍉🍉🍉🍉🍉

Jadi, bahasa dialek bisa saja kita hormati sebagai bahasa pergaulan.

Ada satu keuntungan bagi kita yang dilahirkan dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu kita. Yaitu ketika kita belajar bahasa Arab, maka kita bisa belajar dari nol. Karena tiba bisa memulainya dari nol, mengapa tidak kita memulainya dari bahasa Arab Al-Qur’an yang paling murni. Kita bisa langsung menerapkan bahasa Arab Al-Qur’an itu tanpa perlu  terpengaruh dialek-dialek yang ada.

Dengan itu kita bisa membiasakan penggunaan bahasa Arab Al-Qur’an ini di lingkungan kita dengan orang non-Arab lainnya. Atau kita bisa meningkatkan kemahiran kita dengan bercakap-cakap dengan para ustaz atau syekh. Biasanya mereka lebih menyukai menggunakan bahasa Arab Al-Qur’an dibanding bahasa dialek informal.

🍉🍉🍉🍉🍉

Sesuatu yang awalnya sudah terasing, jika mulai dibiasakan lagi tentunya akan menjadi hal yang umum juga.

Dengan itu, mungkin kita bisa berkontribusi dalam menghidupkan kembali bahasa Arab klasik, bahasa Al-Qur’an.

(bersambung in syaa Allaahu ta’aalaa minggu depan)

Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Al-Kahf > 03. Quranic Linguistics – Al-Kahf – A Deeper Look

🥤🥤🥤🥤🥤

***

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s