[Transkrip Indonesia] Kesedihan Luar Biasa – Nouman Ali Khan


Kesedihan Luar Biasa – Nouman Ali Khan

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي
وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي
يَفْقَهُوا قَوْلِي
اللهم ثبتنا عند الموت بلا اله الا الله
اللهم اجعلنا من الذين آمنوا وعملوا الصالحات
وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن

Khutbah hari ini sangat sulit untuk dijelaskan. Ini tentang konsep yang menjadi inti dari hubungan kita dengan Allah (عز و جل).

Kita semua beriman kepada Allah. Namun keyakinan kita, dengan Allah, kepada Allah diuji. Tidak sekedar meyakini konsep satu Tuhan, atau konsep Tuhan yang pantas disembah. Tapi sebenarnya kita mempunyai hubungan yang sangat dekat dan ikatan dengan Allah (عز و جل).

(QS An-Nahl: 60) وَلِلَّهِ ٱلْمَثَلُ ٱلْأَعْلَىٰ

Namun gagasan tentang hubungan yang serius… Pertama-tama, izinkan saya mengatakan beberapa hal tentang itu. Ada orang-orang yang Anda kenal dalam hidup, yang memiliki hubungan dengan Anda. Beberapa dari Anda mungkin terlupakan, atau terpisah dengan teman dekat, atau mungkin terpisah dengan keluarga. Banyak dari kita bepergian dan pindah ke bagian dunia yang lain.

Jadi Anda tidak terhubung dengan paman, atau kakek, atau siapa pun. Anda tahu mereka ada, Anda memiliki hubungan dengannya. Anda mungkin berbagi nama belakang dengannya. Tetapi itu tidak berarti Anda berhubungan erat dengannya.

Anda mungkin tidak mengikuti kehidupannya selama 10-15 tahun terakhir, atau selama 20 tahun terakhir. Anda juga tidak tahu semua nama anak-anaknya. Anda tidak tahu seperti apa pergulatan hidupnya. Tidak satu pun.

Meskipun Anda berhubungan, itu sangat renggang. Sesekali Anda kembali, silaturahim, dan semacamnya, namun selebihnya, Anda tidak benar-benar terhubung. Dan kemudian, Anda membandingkan hubungan itu dengan hubungan-hubungan lain, yang terjadi setiap hari, yang Anda berinteraksi setiap hari, yang Anda ajak bicara setiap hari, ya kan?

Dalam Hidup Ada Suatu Hubungan, Namun Terjalin Karena Ikatan

Jadi dalam hidup ada suatu hubungan, namun itu terjalin karena ikatan. Hubungan tersebut tidak terlalu kuat. Lalu ada hubungan yang menarik kita setiap hari. Hubungan yang mempengaruhi kita, cara kita berpikir, emosi kita, setiap hari. Hubungan yang sangat kuat dan dekat.

Hubungan itu menjadi seperti demikian ketika berhubungan dengan Allah. Allah (عز و جل)… kita semua beriman kepada-Nya. Kita semua memiliki hubungan dengan-Nya. Namun bagi sebagian kita, itu hanyalah sebuah teori.

Allah ada di sana, Dia di dekat kita. Saya mengetahui Dia ada. Namun ketika salat, kita tidak benar-benar terhubung dengan-Nya. Walaupun terhubung, kita tidak begitu mengerti hubungan apa itu? Apa arti hubungan itu?

Apa yang seharusnya hubungan yang sangat dekat, dalam, erat dan kuat. Anda tahu, dalam percakapan kita sehari-hari. Tidak ada percakapan dengan orang lain yang kita lewatkan. Itu sebenarnya percakapan dengan Allah juga. Itu seharusnya percakapan dengan Allah juga.

Manusia Terbenam Dalam Beban yang Berat

Salah satu manfaat mendasar dari salat lima waktu, sebenarnya – dan inilah mengapa Al-Fatihah disebut doa itu sendiri – Al Fatihah sendiri bisa disebut doa, karena pada Al-Fatihah, sebagian darinya Allah berbicara dan sebagian lagi kita yang berbicara. Artinya kita bercakap-cakap dengan Allah. Kita sebenarnya berkomunikasi langsung dengan Allah.

Ketika Allah berfirman, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Dia berbicara.

Tapi saat kita mengatakan, إِيَّاكَ نَعْبُدُ
و إِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Dan seterusnya.

Kita berbicara.

Jadi sebenarnya, ketika kedua belah pihak berbicara, ada percakapan yang terjadi. Seperti itulah seharusnya, saat Anda mempunyai hubungan dekat dengan seseorang. Anda setiap hari berbicara dengannya, sering mengobrol dengannya. Seperti itulah seharusnya doa. Dari situlah kata Salat (صَلَوٰة) berasal. Dari kata Silah (صلة), hubungan.

Jadi dengan pemikiran itu, saya ingin berbagi pandangan dari hubungan yang Anda dan saya seharusnya miliki dengan Allah. Bagaimana pandangan itu bisa membantu. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sulit. Dia menciptakan manusia dengan beban yang berat.

(QS Al-Balad: 4) لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ

“Kami telah menciptakan manusia terbenam dalam beban yang berat, usaha yang melelahkan.”

Secara emosional Anda berjuang. Secara fisik Anda terbebani, terganggu. Dari segi kesehatan, Anda mungkin depresi. Secara finansial, Anda mungkin kesusahan. Dengan orang-orang, Anda mungkin juga bermasalah. Allah merancang agar kehidupan ini sulit.

Kadang Anda melihat orang lain dan mengatakan, “Hidup mereka jauh lebih mudah.”

Tapi Anda tidak tahu kesulitan apa yang Allah berikan kepada mereka yang tidak terlihat oleh Anda. Setiap orang mengalami kesulitan, setiap orang menghadapi tantangan.

Sebagai contoh Anda mengira bahwa Firaun, memiliki kerajaan, kekaisaran. Dia memiliki bala tentara terbesar di dunia pada saat itu. Dia memiliki semua yang Anda inginkan. Semua kekayaan yang Anda inginkan, semua kekuatan yang Anda inginkan, semua status yang Anda inginkan. Dia memiliki segalanya.

Bagaimana bisa dia memiliki segalanya namun orang beriman tidak memiliki apa-apa? Dan Allah menjelaskan tentangnya bahwa Firaun hidup dalam ketakutan.

وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ

(QS Al-Qasas: 6) وَجُنُودَهُمَا مِنْهُم مَّا كَانُوا يَحْذَرُونَ

مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ

“Mereka hidup dalam ketakutan.”

Dia sering mendapat mimpi buruk di malam hari. Dia tidak bisa menemukan kedamaian. Terkadang orang memiliki harta namun tidak mendapatkan kedamaian. Terkadang orang memiliki kesehatan fisik tetapi tidak memiliki kesehatan mental, mereka tidak memiliki kesehatan emosional.

Jadi semua manusia berada dalam keadaan berjuang, baik dia beriman maupun tidak. Jadi hal pertama yang ingin saya sampaikan kepada Anda semua dan juga sebagai pengingat diri saya sendiri, hanya karena kita beriman tidak berarti masalah kita hilang.

Karena saya beriman, bukan berarti saya tidak akan bersedih, atau karena saya beriman, saya tidak akan merasa cemas, atau tidak akan mempunyai masalah keluarga, atau tidak akan memiliki masalah keuangan, atau masalah kesehatan, atau apa pun.

Iman, kepercayaan kita kepada Allah, hubungan kita dengan Allah tidak berfungsi untuk memecahkan masalah kita. Iman tidak berfungsi untuk menyingkirkan orang yang menyebabkan masalah kita. Bukanlah itu tujuan kita beriman.

Jika itu masalahnya, maka para Nabi (عَلَيْهِ ٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ) yang memiliki hubungan paling dekat dengan Allah akan memiliki kehidupan termudah. Mereka pantas mendapatkannya. Cukup berdoa, dan semua masalahnya akan hilang.

Jika Anda mempelajari kisah para Nabi (عَلَيْهِ ٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ), orang yang paling dekat dengan Allah, mereka memiliki kehidupan tersulit, kehidupan yang paling berat. Terkadang kehidupan terberat yang mereka alami tidak datang dari musuh yang jauh, namun datang dari keluarga sendiri.

Jadi dengan kata lain, masalah mereka datang dari orang-orang yang tidak bisa dihindari. Mereka harus bersamanya setiap hari, sepanjang hidup dan tidak bisa lepas dari masalah itu.

Jadi gagasannya adalah manusia diciptakan dan ditempatkan dalam suatu situasi sehingga mereka akan berjuang. Mereka harus menghadapi keadaan yang sangat sulit, situasi yang sangat sulit. Bahkan bagi orang-orang, kenyataan mereka harus menghadapinya adalah bagian dari hidup.

Tidak ada hubungannya dengan Anda, jika memiliki iman lebih baik, maka tidak akan mengalami masalah ini. Tidak seperti itu cara kerjanya. Kenyataannya, semakin tinggi iman Anda, orang-orang mengira semakin tinggi iman Anda, masalahnya akan hilang. Tidak, semakin tinggi iman Anda, itu hal yang lain. Dan hal lain itulah yang ingin saya jelaskan kepada Anda hari ini.

Apa Fungsi Iman?

Sebagai sebuah gambaran, Allah menciptakan dan menempatkan kita dalam badai. Oke, mari membayangkan badai dan di lautan. Anda berada di tengah badai, ombaknya bergolak, Anda berada di perahu kecil, dan semacamnya. Anda terus-menerus khawatir akan tenggelam dan mencemaskan mereka yang tenggelam di sebelah.

Tapi Allah (عز و جل) – Apa fungsi iman? Iman memberi Anda kekuatan dan kemampuan untuk melewati badai, menghadapi badai. Tidak berarti Anda tidak akan basah. Tidak berarti perahunya tidak akan nyaris terbalik. Tetapi Anda sekarang memiliki kemampuan untuk melewati dan selamat dari badai itu.

Anda paham? Itulah tujuan kita memiliki iman. Bukan untuk menghilangkan masalah tetapi untuk memperkuat kita, agar bisa mengatasi masalahnya. Salah satu contoh paling bagus dari hal itu – sebenarnya sebelum saya membahas contohnya, sesungguhnya inti dari khutbah hari ini adalah salah satu frasa dari ayat surat Fussilat. Saya akan membahasnya nanti namun sekarang ingin memberi Anda contoh.

Dua beban terberat yang dihadapi manusia adalah ketakutan dan kesedihan. Ketakutan dan kesedihan. Itulah dua beban terberat yang dihadapi manusia dalam kehidupan ini. Faktanya ketika Allah menurunkan Adam (عليه السلام) ke bumi. Allah berfirman ketika memberikan petunjuk-Nya.

فَمَن تَبِعَ هُدَايَ
فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
(QS Al-Baqarah: 38) وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Siapapun yang mengikuti petunjuk-Ku, mereka akan mampu melawan ketakutan dan kesedihan.”

Dengan kata lain, Allah mengetahui dalam kehidupan manusia dari Adam (عليه السلام) sampai manusia terakhir yang akan berjalan di bumi ini. Setiap dari mereka harus berjuang melawan rasa takut, dan harus berjuang melawan kesedihan.

Sekarang apakah dua hal ini? Ketakutan adalah tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Takut apakah saya akan kehilangan pekerjaan? Apa yang akan terjadi pada ibu? Apa yang akan terjadi pada keluarga saya? Apa yang akan mereka katakan? Apa yang akan terjadi besok? Apa yang akan terjadi dengan ujian saya? Apa yang akan terjadi dengan imigrasi saya? Apa yang akan terjadi dengan ini? Dan apa yang akan terjadi dengan itu?

Ketakutan ini… tentang apa yang akan terjadi dalam beberapa jam ke depan, atau beberapa hari mendatang, atau satu tahun dari sekarang, atau di masa depan. Ketakutan ini kecil dan besar, dan selalu ada, mereka bagian dari hidup kita.

Anda bangun dengan ketakutan. Anda takut terlambat bekerja. Anda takut lupa mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan atau batas waktunya hampir habis. Ketakutan kecil, ketakutan besar. Namun ketakutan bagian dari hidup. Ketakutan ini selalu ada.

Dan apa yang Anda takuti, misalkan seorang siswa takut gagal dalam ujian. Sampai tiba waktu ujian, ada ketakutan, jantung berdebar kencang. Akhirnya mereka mengikuti ujian, dan sayangnya, hasilnya mereka gagal. Ketika mereka gagal, tidak ada lagi ketakutan. Sekarang adanya kesedihan. Maksud saya, ada ketakutan terhadap apa yang ayah Anda akan lakukan tetapi umumnya kesedihan, bukan? Sekarang ada kesedihan atas apa yang telah terjadi.

Jadi ketakutan adalah tentang masa depan dan kesedihan adalah tentang masa lalu. Apa yang sudah terjadi di masa lalu. Hanya karena itu terjadi di masa lalu, Anda tidak bisa mengatakan seseorang, “Yah itu masa lalu, lupakan saja.”

“Itu sudah selesai sekarang, Anda harus melanjutkan hidup.”

Tidak! Anda dan saya tidak punya wewenang untuk mengatakan siapapun bahwa mereka tidak berhak untuk merasa sedih lagi. Nabi kita (ﷺ) terus merasa sedih atas ketiadaan Khadijah (رضي الله تعالى عنها). Selama bertahun-tahun. Merasa sedih bukanlah pertanda Anda tidak memiliki cukup iman. Begitulah. Maksud saya… beliau memiliki iman terbaik di antara kita, namun tetap merasa sedih.

Yaqub (عليه السلام) kehilangan putranya, Yusuf (عليه السلام). Dan beliau menanggung begitu banyak kesedihan. Begitu sedihnya sampai beliau menangis.

(QS Yusuf: 84) ٱبْيَضَّتْ عَيْنَاهُ

“Matanya memutih.”

Matanya memutih karena sedih. Tetapi itu bagian dari… Itu tak berarti beliau tidak beriman kepada Allah. Beliau sebenarnya tidak memiliki “kesedihan” itu, karena faktanya beliau hanya menangisi ketakutan, kesusahan, dan kesedihannya kepada Allah.

(QS Yusuf: 86) إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ

Ketakutan dan Kesedihan Ibunda Nabi Musa

Saya sudah menyampaikan khutbah tentang itu sebelumnya. Tetapi hari ini saya ingin berbicara tentang masalah ketakutan dan kesedihan yang berlebihan dahulu. Dan itu tentang Ibunda Nabi Musa (عليه السلام). Saya tidak dapat memikirkan kejadian yang lebih ekstrim dari seorang wanita yang harus melakukan sesuatu yang sangat tidak terpikirkan.

Beliau tahu sebentar lagi, tentara akan mendobrak pintu dan membunuh bayinya di depan matanya sendiri. Bagi seorang ibu membayangkan pembunuhan bayinya yang baru lahir, itu tidak terpikirkan. Dan satu-satunya ide yang beliau miliki, yang Allah ilhamkan padanya, kamu harus memasukkan anakmu ke dalam keranjang, lalu hanyutkan keranjang itu.

(QS Al-Qasas: 7) أَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ

“Jatuhkan keranjang itu ke sungai.”

Bahkan bukan menaruhnya hati-hati, lembut, ke sungai.

إلقاء adalah menjatuhkan.

Sekarang ketika Anda menjatuhkan sesuatu ke sungai. Sungai adalah air yang bergerak mengalir. Ketika Anda menjatuhkan sesuatu ke sungai, itu bisa terbalik. Keranjangnya belum tentu mengambang. Mungkin airnya masuk ke dalam, mungkin keranjangnya menabrak batu. Ada binatang di dalam air. Ada banyak hal.

Sebenarnya, sering kali dulu saya mengajar dengan kisah ini. Biasanya saya memberikan contoh, ketika Anda melihat seorang anak kecil berjalan setengah meter dekat kolam renang. Bahkan bukan dekat ujung kolam yang dalam, tapi ujung yang dangkal. Seorang ibu akan panik. Dia akan menjatuhkan semuanya, menerobos orang-orang, dan mengambil bayinya.

Ada wanita yang memandikan bayinya, di bak mandi. Wanita itu menuangkan air sesedikit ini. Bayinya seakan berkata, “Ayolah.”

“Tidak, tidak, tidak, terlalu berbahaya.”

“Ini sudah terlalu banyak, kamu akan tenggelam.”

“Airnya bahkan tidak sampai kepala saya.”

“Tidak, tidak, tidak.”

“Tidak akan saya bolehkan.”

Ada ketakutan.

Ibunda Nabi Musa harus mengambil bayinya, yang bahkan belum bisa merangkak. Nabi Musa bahkan belum bisa merangkak dan sang ibu harus menjatuhkannya ke sungai.

Dapatkah Anda membayangkan ketakutan yang dirasakan Ibunda Nabi Musa dalam hatinya ketika melakukan itu? Ketika menjatuhkan bayinya, beliau tidak bisa melihatnya, bahkan tidak bisa menangis dan berteriak, “Bayiku! Bayiku!”

Beliau tidak bisa melakukan itu. Karena jika beliau melakukannya, para tentara akan tahu ada yang selamat, dan mereka akan mengejar dan membunuhnya.

Jadi, beliau bahkan tidak bisa… sekalipun melihat, beliau harus melihat dari samping. Air sungainya juga tidak diam, airnya mengalir.

Jadi, keranjang ini menjauh dari pandangannya ke tempat yang bahkan beliau tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada keranjang itu. Beliau tidak tahu apa yang terjadi pada keranjang itu. Dan sekarang, beliau hidup dengan kesedihan yang luar biasa.

“Apa yang baru saja kulakukan?”

“Apa yang akan terjadi pada bayiku?”

Pada saat-saat itu Allah (عز و جل) mengatakan padanya.

(QS Al-Qasas: 7) لَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي

“Jangan takut. Jangan rasa sedih.”

Meskipun begitu, beliau masih merasa takut, dan masih merasa sedih. Yang kita pelajari pada ayat ini adalah Allah akan membantu mengatasi… bagaimana Anda tidak tenggelam oleh rasa takut, dan tidak tenggelam oleh kesedihan. Allah akan membantu mengatasi kedua perasaan itu.

Kedua perasaan ini sangatlah kuat. Mereka dapat membuat seseorang marah. Mereka mampu mendorong seseorang ke titik mereka tidak ingin hidup lagi. Perasaan ini bisa sekuat itu. Namun Allah dapat memberi kekuatan mengatasinya ketika Anda dan saya tidak memiliki kekuatan mengatasinya.

Ibu ini, tidak seperti ibu lainnya. Beliau dapat tegar melakukannya, dan bertahan. Jadi, Allah berfirman,

(QS Al-Qasas: 10) وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَىٰ فَارِغًا

Hati ibu Nabi Musa seperti… Anda dapat membayangkan hatinya terluka, hatinya menjadi kosong. Hatinya seperti meledak.

(QS Al-Qasas: 10) إِن كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ

Beliau hampir saja berteriak, “Itu bayiku! Aku ingin bayiku kembali!”

Beliau hampir saja mengatakannya. Beliau tidak bisa menahannya.

(QS Al-Qasas: 10) لَوْلَا أَن رَّبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا

“Seandainya Kami tidak teguhkan hatinya.”

Seperti sesuatu akan hancur dan bocor. Dan Allah berfirman, bagaikan tali, Dia mengikat dan menahan pada tempatnya.

Apa yang kita pelajari? Kita sebenarnya belajar bahwa Anda dan saya tidak mampu mengendalikan emosi sampai Allah memberi kita kekuatan melakukannya. Situasinya tidak berubah. Bayi itu tidak “terbang” namun mengambang di air. Kenyataannya tidak berubah. Tapi hati kita berubah. Hati beliau diperkuat oleh campur tangan ilahi dari Allah sendiri.

(QS Al-Qasas: 10) لَوْلَا أَن رَّبَطْنَا عَلَىٰ قَلْبِهَا

Ibunda Nabi Musa bukanlah seorang Nabi. Apa yang kita pelajari dalam ayat ini adalah bahwa Allah akan memberi Anda dan saya kekuatan di hati sehingga kita akan bisa mengatasi ketakutan terbesar dan kesedihan terdalam, kesedihan terus menerus.

Allah akan membuat kita cukup kuat. Bukan berarti situasinya akan hilang, tetapi Anda akan cukup kuat untuk menghadapinya. Anda tidak akan jatuh. Hati Anda tidak akan hancur.

Dan Dia mengatakan semua ini.

(QS Al-Qasas: 10) لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Agar, dia termasuk mereka yang benar-benar percaya.”

Beliau benar-benar dapat berpegang pada imannya. Beliau tidak akan pernah menerima bahwa bayinya tenggelam. Beliau tidak akan menerimanya. Beliau akan berpegang pada imannya. Beliau akan terus berharap. Faktanya dalam ayat ini, bagi beliau menjadi orang yang beriman, sebenarnya sama dengan beliau termasuk orang yang berharap.

Salah satu hubungan kita dengan Allah, ikatan dengan Allah, kita berdoa kepada Allah, kita menaruh harapan kepada Allah. Apa yang Allah berikan kepada kita adalah perekat yang menyatukan hati kita dan menjaganya agar tidak hancur. Allah memberi kita kekuatan itu.

Tuhan Kami adalah Allah

Inilah yang ingin saya bicarakan dengan Anda tentang ayat dari surat Fussilat.

(QS Fussilat: 30) إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ

“Tidak keraguan tentangnya, mereka yang menyatakan Tuhan kami adalah Allah.”

Sepertinya ini pernyataan yang cukup sederhana.

“Tuhan kami adalah Allah.”

Ini bukanlah pernyataan yang sederhana. Anda tidak hanya mengatakan Pencipta kita Allah, atau Yang kita sembah Allah. Anda menyebut-Nya Rabb Anda, Rabb kami adalah Allah.

Rabb adalah seorang مُنعِم.

Rabb adalah Yang membantu Anda, padahal Anda tidak pantas dibantu, dan terus memberi apa-apa yang tidak layak Anda dapatkan. Itulah arti pertama dari Rabb.

Jadi Allah satu-satunya bagi kita, Yang akan memberi melebihi yang layak bagi saya. Dia akan terus memberi melebihi yang pantas bagi saya. Dia akan terus memberi…

Dan مُنْعِم juga berarti Dia yang memberi إِنْعَامًا.

Artinya Yang membuat segalanya mudah. Dialah yang akan selalu memberi kemudahan bagi saya. Itulah Allah bagi saya. Saya telah menyatakan hal itu ketika menyebut-Nya Rabb.

المُنْعِمُ
وَالمُرَبِّي

Dialah yang akan memastikan bahwa saya terus berkembang, bahwa saya terus membuat kemajuan, bahwa saya tidak akan berjalan di tempat. Jika saya dalam masalah, Dia akan mengizinkan saya keluar dari masalah itu. Jika saya dalam keadaan lemah, Dia akan memberi saya kekuatan.

Seperti istilah tanaman yang tumbuh… seperti sehelai daun kecil tumbuh menjadi pohon, Dia akan memberi saya kekuatan untuk mengarahkan dan untuk dapat mengatasi kelemahan saya.

Inilah المُرَبِّي.
وَالقَيِّمُ

Yang akan memastikan saya takkan jatuh berkeping-keping.

Hanya karena memastikan sesuatu berkembang, bukan berarti Anda membiarkan segala masalah muncul.

Anda dapat membangun gedung, dan membangun lantai demi lantai namun jika fondasinya hancur berantakan, semuanya akan runtuh. Allah akan mengukuhkan saya, menjaga saya, dan tidak membiarkan saya jatuh.

Dialah Rabb saya, وَالأقَيِّمُ.

وَالسَّيِّدُ, dan Dialah Yang berkuasa,

Dia berkuasa atas apa yang saya lakukan. Dia mempunyai otoritas penuh atas diri saya. Saya tidak lagi berwenang.

Anda tahu, sekali lagi mungkin sebuah gambaran akan membantu Anda paham.

Jika Anda tidak pandai berenang, dan berada di tengah lautan. Anda berusaha berenang dan melakukan apa pun yang Anda bisa, namun tidak ada satupun yang berhasil. Air terus masuk ke hidung dan mulut Anda.

Sepertinya tidak ada yang bisa menolong, Anda kelelahan, dan kemudian menyadari ada yang menahan Anda dari bawah, Anda hanya perlu tenang, melepaskan kepanikan, dan Allah akan menjaga Anda mengambang. Dia tidak akan membiarkan Anda tenggelam.

Ketika Anda melepaskan beban Anda, itulah, رَبُّنَا اللَّهُ.

“Tuhan kami adalah Allah.”

Apapun masalah, badai yang saya alami, Dia tidak akan membiarkan saya tenggelam, Dia menahan saya di tempat saya. Mereka yang secara terbuka menyatakan hal itu, mereka mengakui tidak mampu mengendalikan keadaannya. Mereka mengakui tidak dapat mengendalikan pendapat orang lain. Mereka mengakui tidak dapat mengendalikan apa yang dilakukan oleh setiap ciptaan Allah.

Ketika ada orang lain… Anda tahu sebagian orang, sebagian Anda menghabiskan siang dan malam memikirkan bagaimana orang ini akan mencelakai saya. Apa yang akan mereka katakan? Apa yang akan mereka lakukan? Apa yang akan mereka pikirkan? Inilah yang berkecamuk di kepala Anda sepanjang waktu. Waktu Anda begitu tersita olehnya.

Ketika Anda menerima رَبُّنَا اللَّهُ.

Anda lepaskan semuanya. Karena Dia yang melindungi Anda, yang menjaga Anda di tempat Anda, yang akan mengarahkan Anda melewati badai. Anda menyatakan telah menyerahkan kepada-Nya. Anda lepaskan semuanya.

رَبُّنَا اللَّهِ

Itu pernyataan yang sangat kuat, ia laksana kebebasan. Banyak dari kita yang membuat begitu banyak keputusan dalam hidup. Kenyataannya, sebagian besar emosi kita dalam hidup dikendalikan oleh orang lain, dipengaruhi oleh orang lain. Betapa sedihnya Anda, betapa marahnya Anda, betapa sakitnya Anda. Kita membiarkan orang lain mengendalikan perasaan.

Ketika Anda benar-benar menyatakan, “Tuhanku adalah Allah.”

Kekuatan yang dimiliki mahluk atas diri Anda, lenyap. Seolah-olah mereka hanyalah mahluk biasa, tanpa kekuatan apabila Allah tidak memberinya kekuatan. Ketika Dia menguatkan hati Anda maka apapun yang mereka katakan dan lakukan, terpental kembali dari Anda. Hal itu tidak menyakiti Anda lagi.

Sekali lagi, realitas tidak berubah, Anda yang berubah. Anda yang berubah.

Fitnah Terhadap Aisyah

Saya akan memberikan contoh singkat lainnya. Anda tahu ada fitnah keji dari ayat yang saya bagikan sebelumnya. Saya akan kembali ke kisah itu. Ayat yang saya bagikan dengan Anda tentang fitnah terhadap Aisyah (رضي الله عنها).

Ayat Qur’an datang. Ayat Qur’an datang dan beliau merasa lega. Beliau merasa lega tapi tahukah Anda? Orang munafik tetaplah orang munafik. Mulut yang kotor tetaplah mulut yang kotor. Orang-orang masih mengatakan apa yang mereka katakan. Hal itu tidak berubah.

Bagi orang-orang mukmin mereka menyadarinya dan bertobat, berubah. Namun bagi orang yang memiliki kotoran di hatinya, mereka tidak berubah.

Jadi kata-kata yang menyakitkan, fitnah yang melukai, dan tuduhan keji terus berlanjut. Mereka terus melakukannya sampai saat ini. Mereka terus melakukannya sampai hari ini, namun beliau tetap merasa lega. Realitas tidak berubah.

Allah tidak mengirim ayat tersebut untuk membungkam semua orang. Karena hal itu tidak akan terjadi. Tidak akan, Allah tidak melakukan hal-hal seperti itu. Mereka menggali kuburannya sendiri, tak mengapa. Allah menurunkan ayat itu agar orang beriman dapat memiliki kekuatan. Hati mereka dapat diteguhkan. Hati mereka dapat menemukan kedamaian.

Itulah, إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ

Lalu Dia berkata, ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟

Mereka tidak hanya mengatakan Tuhan kami Allah, kemudian hidup dengan mencoba bertahan kuat. Mereka hidup dengan berpegang pada رَبُّنَا ٱللَّهُ.

Tidak membiarkan orang lain menjatuhkan mereka. Tidak membiarkan orang lain memegang kendali. Tidak membiarkan orang lain menguasainya. Tidak secara emosional, tidak secara fisik, tidak secara finansial, tidak dalam hal gangguannya. Mereka mengakui Allah yang menguasai, mengendalikan, dan memperhatikan. Dan mereka mengakui hal itu berulang kali.

Anda tahu استقامة (istaqaama) dalam bahasa Arab tidak hanya berarti lurus. Mereka juga menggunakannya untuk puisi.

استَقَامَ الشِعر اعْتَزَلَ
أو عَزَلَ عِوَجَهُ

Seperti saat… Ketika penyair menulis puisi, puisinya tidak sepenuhnya berima. Jadi dia membuat penyesuaian memperbaikinya sampai akhirnya seimbang. Semua sajaknya seimbang, semua baris seimbang. Semua bunyi katanya berima. Itulah gagasan dari استقامة (istiqaama)

Dengan kata lain Anda tidak hanya mengatakan Tuhan saya Allah dan sekarang Anda sempurna. Tidak.

Anda terus berjuang memperbaiki diri. Anda mendapati diri condong seperti ini karena terlalu banyak ketakutan dalam hidup saat berusaha menenangkan diri. Anda tidak membiarkan rasa takut menguasai. Ketika Anda banyak mengalami kesedihan maka Anda mengingatkan diri Anda pada Allah. Anda kembali berpegang teguh pada Allah dan menguatkan diri kembali.

Gagasan dari berpegang teguh pada Allah, adalah untuk mengatasi serta menyingkirkan kesusahan dan kesedihan Anda. Sekali lagi saya ingatkan seperti di awal. Iman kita kepada Allah tidak akan menghilangkan kesusahan kita. Iman kita kepada Allah tidak akan menghilangkan kesedihan, dan ketakutan kita. Namun memiliki iman membuat Anda akan cukup kuat mengatasinya. Cukup kuat untuk melewatinya tanpa menghancurkan kita.

Tak Ada Lagi Rasa Takut dan Kesedihan

Pada saat-saat ketakutan, kesedihan, dan kesusahan itulah setan datang dan ingin Anda menjauhi Allah. Karena setan membisikimu sesuatu yang lain. Setan berkata, jika Allah begitu besar mengapa kamu kesal? Jika Allah begitu luar biasa, mengapa Anda harus mengalami semua kesedihan? Allah dapat membuat kesusahan atau kesedihan. Dia juga dapat membuat situasi sehingga Anda tidak mengalami kesedihan.

Mengapa Anda harus mengalaminya? Mengapa Anda harus mengalami ketakutan ini? Mengapa Anda mengalami kecemasan ini? Lepaskan Allah, Dia tidak melakukan apa-apa pada Anda. Itu kesempatan setan yang paling kuat pada saat-saat itu.

Namun di sini Allah berfirman, jika Anda mampu, tidak hanya menyatakan Tuhan Anda Allah namun juga meneguhkannya dalam diri Anda. Bukan karena orang lain, namun karena diri Anda sendiri. Jika Anda dapat melakukannya maka apa yang Dia katakan?

تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ
(QS Fussilat: 30) أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ

Jika orang-orang dapat hidup dengannya dan berpegang teguh pada Allah, maka menjelang ajalnya, saat mereka akan meninggalkan dunia ini. Orang-orang di sekitarnya menangis. Orang menjelang ajalnya tak dapat berbicara lagi. Mereka berada di ranjang kematiannya. Namun mereka dapat melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh kerabatnya. Mereka dapat melihat malaikat turun. Para malaikat sedang bercakap dengan seseorang di ranjang kematiannya.

Mereka memberitahunya, “Kamu tidak perlu takut lagi.”

“Tidak ada lagi ketakutan sama sekali.”

“Tidak ada lagi kesedihan sama sekali.”

“Selamat kamu akan masuk surga.”

(QS Fussilat: 30) وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Kemudian mereka menambahkan sesuatu. Ini, Anda tahu, ini akhir dari hidup mereka. Mereka bahkan belum berada di dalam kubur. Mereka bahkan belum dikubur namun diberitahu kamu akan masuk surga oleh malaikat.

Semua orang menangis, namun mereka tersenyum di dalam. – Mereka adalah satu-satunya – Semua orang merasa sangat sedih, ini adalah sebuah tragedi. Inilah momen terbesar dalam hidup mereka. Inilah momen terbesar karena mereka sudah melewati ujian itu. Mereka melewati badai itu. Pada saat itu, apa yang malaikat katakan kepada mereka?

Mereka mengatakan,

(QS Fussilat: 31) نَحْنُ أَوْلِيَآؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ

“Kamilah malaikat pelindungmu. Kami melindungimu di kehidupan ini dan Kami juga akan melindungimu di kehidupan selanjutnya.”

“Allah mengirimkan tim keamanan khusus hanya untukmu.”

“Ketika kamu mengalami kesulitan dan berpegang teguh kepada Allah, Kamilah penjaga di sekitar hatimu.”

“Ketika kamu dilanda kesusahan, kesedihan, dan ketakutan. Kamilah yang Allah kirimkan untukmu.”

“Kamilah yang menjagamu.”

“Kamilah yang telah melindungimu dari bisikan iblis.”

“Kami ada di sana selama ini.”

Mereka mengenalkan diri kepada Anda. Anda bertemu mereka untuk pertama kalinya, namun mereka mengenal Anda sepanjang hidup Anda.

(QS Fussilat: 31) نَحْنُ أَوْلِيَآؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْـَٔاخِرَةِ

Yaa Rabb… Itulah janji Allah bagi mereka yang berpegang teguh pada-Nya. Bagi mereka yang dapat berpegang teguh pada-Nya.

Anda Bagian dari Sebuah Warisan

Sekarang hal terakhir yang ingin saya sampaikan, pada saat kematian, kita sendirian. Ketika Anda hidup dan akan berpisah dengan kehidupan ini. Anda tidak mengajak siapa pun bersamamu. Anda sendirian, ditanya hal itu sendirian. Namun yang luar biasa dalam ayat ini, semuanya berbentuk jamak.

قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
(QS Fussilat: 30) أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟

Semuanya jamak.

“Janganlah kamu semua takut.”

Mereka mengatakan Tuhan kami Allah. Mengapa bentuk jamak digunakan jika seseorang berada di ranjang kematiannya? Gagasan dari jamak di sini adalah Anda mungkin merasa satu-satunya yang mengalami ini.

Namun berabad-abad sebelum Anda, seorang ibu mengalami ini ketika dia memasukkan bayinya ke sungai. Dan berabad-abad sebelumnya, seorang laki-laki mengalami ini ketika ayahnya mengusirnya dari rumah. Dan berabad-abad sebelumnya, ada orang-orang beriman dan para nabi, orang-orang baik, di sepanjang sejarah dan seluruh dunia yang belum pernah Anda temui, yang tidak pernah Anda kenal, yang telah mengalami perjuangan yang persis sama.

Anda melaluinya seperti mereka. Mereka berpegang teguh kepada Allah seperti Anda berpegang teguh kepada Allah. Anda sebenarnya terhubung dengan mereka di ayat ini. Anda tidak sendirian. Mereka mungkin telah meninggal ribuan tahun yang lalu tetapi Anda memiliki hubungan dekat dan dalam dengannya.

Sama seperti Anda, mereka juga memiliki hubungan dengan Allah (عز و جل). Dengan Allah, Anda terhubung dengan doa Anda. Dengan mereka terhubung karena perjuangan yang sama yang Anda alami. Anda tahu, inilah mengapa kita berdoa.

(QS Yusuf: 101) (QS Asy-Syu’ara: 83) أَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

“Gabungkanlah kami dengan orang-orang yang saleh.”

“Gabungkanlah kami dengan orang-orang baik.”

Anda tidak sendirian. Anda bagian dari sebuah warisan. Ada orang-orang sebelum Anda yang sudah wafat, yang berdoa untuk Anda.

(QS Ali Imran: 170) وَيَسْتَبْشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا۟ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ

“Mereka saling memberi selamat kepada yang belum bergabung dengan mereka.”

(QS Ali Imran: 170) أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Mereka juga tidak akan memiliki ketakutan dan kesedihan.”

Semoga Allah (عز و جل) membantu kita mengatasi ketakutan, kesedihan, dan tidak tenggelam olehnya. Semoga Allah (عز و جل) menjaga kita dari perasaan tersiksa dan manipulasi psikologis orang lain. Semoga Allah (عز و جل) memberi kita kehidupan yang bebas dari pengaruh ciptaan-Nya dan mengizinkan kita menjadi hamba-Nya yang tulus dalam segala hal.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْحَكِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِالْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s