Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-72
Topik : Pearls from Al-Baqarah
Selasa, 1 September 2020
Materi VoB Hari Ke-72 Pagi | Faith Booster
Oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek11Part1
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Kita dianggap mampu untuk hidup di zaman ini. Termasuk hidup di situasi pandemi saat ini. Kalau tidak, Allah tidak akan membiarkan kita berada di zaman ini, saat ini.
This day and age. Hari ini dan abad ini. Allah sudah menetapkan kita hidup hari ini. Dan di abad ini. Untuk menghadapi segala tantangan di abad ini.
So don’t think less of yourself. Jangan pernah meremehkan diri sendiri. Karena Allah tidak pernah meremehkan kita. Buktinya, Allah telah mengizinkan kita lahir di abad ini.
Keyakinan bahwa Allah telah memilih kita berada di zaman ini, dan mampu menghadapi tantangan-tantangannya, adalah bagian dari iman kepada yang ghayb.
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib.”
(QS Al-Baqarah, 2:3)
Tapi beriman kepada yang gaib itu memang tidak selalu mudah. Mudah luntur. Mudah tertutup hal-hal duniawi yang tidak gaib. Jadi bagaimana caranya menjaga supaya beriman kepada yang gaib itu bisa tetap fresh?
Ada ungkapan dalam bahasa Inggris yakni out of sight, out of mind. Artinya, kita melupakan sesuatu yang seharusnya ada, yang seharusnya nampak. Tapi mendung menerpa mata batin kita sehingga sesuatu itu tak lagi tampak.
Hmmm… Aku tak lagi bisa melihatnya. Aku butuh semacam mekanisme. Sehingga sesuatu itu bisa rejuvenated inside of me. Bisa pulih kembali iman kepada yang gaib itu dalam diriku.
Kita bisa menemukan the continuation of this wisdom. Keadaan dimana iman kepada yang gaib tetap terjaga. Alladziina yu’minuuna bil ghayb.
Di manakah iman kepada yang gaib dikuatkan di dalam diri seseorang? Jawabannya adalah:
وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ
“Menegakkan solat.”
(QS Al-Baqarah, 2:3)
Menegakkan shalat berarti membuat shalat menjadi permanen. Menjadikannya pilar yang tak pernah runtuh. Jika Allah memilih wa yushalluuna, berarti mereka hanya melakukan shalat. Sekali saja cukup. Tapi Allah tidak bilang begitu. Allah bilang wa yuqiimuuna. Berarti mereka menegakkan shalat.
Praying beda dengan establishing prayer. Melakukan shalat beda dengan menegakkan shalat. Allah memilih kata yuqiimuuna yang berarti mereka menegakkan atau mendirikan shalat.
Kata yuqiimuuna berasosiasi dengan kata iqamah. Kita semua sudah tahu kan, iqamah itu apa? Jika seorang muazin sudah menggemakan iqamah, apa artinya? Artinya, kita semua segera berdiri. Jadi iqamah itu membuat kita yang tadinya duduk menjadi berdiri. Iqamah itu mendirikan. Sehingga yuqiimuuna berarti mendirikan atau menegakkan. Bukan sekadar melakukan.
Kata yuqiimuuna juga mengindikasikan bahwa kita tidak shalat sendiri, tapi bersama-sama. Dalam jama’ah. Mengapa begitu? Karena realitasnya, kita tidak dapat menjaga tegaknya shalat itu sendirian.
Kalau kita shalat sendirian, maka ‘penegakan’ shalat akan melemah dari hari ke hari. Saat Anda berhenti ke masjid, saat Anda berhenti membaur dengan jama’ah, saat Anda tetap di kantor di jam-jam shalat, dan Anda terus seperti itu dalam kurun waktu yang lama, maka Anda akan merasakan lemahnya sinyal koneksi Anda dengan Allah.
You will see how less you think about Allah.
Anda akan merasakan sendiri betapa sedikit Anda mengingat Allah.
Akibat selanjutnya, Anda juga akan merasakan betapa mudahnya Anda melakukan dosa dan kemaksiatan.
Anda akan merasakan bahwa ‘iman kepada yang gaib yang seharusnya ada di dalam diri Anda justru menjadi ‘gaib’ buat Anda.
Iman itu menghilang entah ke mana.
Dan saat Anda kembali ke rumah Allah, dan Anda shalat di sana, Anda akan diliputi perasaan sakinah, perasaan damai. Rasanya malaikat seperti ikut membantu menyalakan pelita hati Anda yang redup.
Masjid menjadi tempat untuk menyalakan pelita hati yang tinggal seperlima watt itu. Redup berubah terang. Di masjid. Bukan di tempat lain.
Seperti yang Rasulullah SAW bilang:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al-Qur’an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. (Shahih Muslim No. 4867)
Tranquility descends upon them. Mereka diliputi ketenangan. Mereka merasakan kedamaian. Beriman kepada yang gaib memberikan kedamaian.
اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (QS Ar-Ra’d, 13:28)
Mereka adalah orang-orang yang ingin melindungi diri dari mara bahaya yang tak terlihat. Bagaimana supaya mereka sadar dan konsisten kesadarannya akan bahaya yang tak terlihat itu? Mereka menjaga sinyal kuat hubungan mereka kepada Allah dengan menegakkan shalat.
Kata shalat (الصَّلٰوةَ) berasal dari shilah (صلة) yang berarti connection atau hubungan. Artinya, koneksi kita ke Allah, dalam agama ini, adalah melalui shalat.
Your connection to Allah, primarily, is through the prayer.
Hubungan Anda dengan Allah, terutama, adalah melalui salat.
Banyak yang tidak mengetahui hal ini. Dalam agama Yahudi, banyak perubahan yang telah dilakukan atas Taurat. Tapi kita, umat Islam, tahu hal ini. Salah satu tragedi dari perubahan itu adalah bahwa keseluruhan agama Yahudi fokusnya lebih ke arah rituals and sacrifice. Upacara keagamaan dan pengorbanan. Lebih ke arah tempat pemujaan dan pengorbanan. Tapi ada yang mereka lupakan.
Apa yang mereka lupakan?
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 02. Al-Baqarah (Ayah 3-4) – A Deeper Look (28:41 – 32:40)
(bersambung _in syaa Allaahu ta’aalaa ba’da zhuhur)_
💎💎💎💎💎
Diskusi dan Tanggapan VoB Hari Ke-72 Pagi | Faith Booster
Amal:
Masya Allah 😌✨👍
Materi VoB Hari Ke-72 Siang | Infaq, Kadal, dan Para Raja
Oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek11Part2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Apa yang mereka lupakan?
Shalat.
They abandon the salah.
Mereka meninggalkan shalat, yang sebenarnya diajarkan di Taurat. Ajaran tentang shalat ini mengalami pelemahan.
Kembali lagi ke pertanyaan ini: bagaimana kita menguatkan iman kita kepada yang gaib? Jawabannya adalah: dengan menegakkan _shalat_.
Tapi apakah ‘menegakkan salat’ saja cukup? Jawabannya: tidak cukup. Masih ada bagian lainnya yang harus diupayakan.
وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
Dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al-Baqarah, 2:3)
“Dan dari apapun yang sudah Kami berikan kepada mereka.” Pemberian Allah kepada masing-masing kita, beda-beda. Ada orang yang tidak diberi apa-apa, kecuali kesehatan. Ada orang yang tidak diberi apa-apa, kecuali ketajaman pikiran.
Ada orang yang diberi kekayaan yang melimpah. Uangnya tidak berseri.
Ada orang yang diberi peluang yang banyak.
Ada orang yang diberi popularitas yang mendunia.
_Allah provides different people different things._
Allah Maha Memberi. Beda orang, beda pemberian.
Rezeki saya, beda dengan rezeki Anda.
Ada keluarga yang dikaruniai hanya anak laki-laki. Ada keluarga yang dikaruniai hanya anak perempuan. Ada keluarga yang dikaruniai dua-duanya: anak laki-laki dan perempuan, komplet.
Apapun yang Allah berikan kepada kita, apapun itu, kita diminta untuk spend. Untuk membelanjakan atau mengeluarkannya, di jalan-Nya.
Salah satu makna infaq adalah keep spending and keep spending until we become bankrupt. Terus membelanjakannya sampai kita menjadi bangkrut. Kita tidak ingin membahas kata infaq ini secara lebih rinci, tapi kita perlu tahu bahwa kata ini berbagi makna dengan kata nafiqa.
Arti kata nafiqa lebih mudah dipahami jika kita membayangkan suasana gurun. Seekor kadal menggali lubang di gurun itu. Sedemikian rupa sehingga lubang itu tembus ke lubang lainnya di ujung sana. Jadi ada two openings. Ada dua bukaan. Ada dua ujung atau bukaan lubang yang terbuka.
Katakanlah ada bukaan lubang: A dan B. Jarak antar dua bukaan lubang adalah satu meter. Jika kadal di serang di dekat bukaan A, maka dia bisa masuk lubang dan keluar melalui bukaan B.
Para raja zaman dahulu juga menggunakan teknik ‘dua bukaan’ seperti itu. Istana raja adalah bangunan raksasa. Sangat luas. Jika raja diserang musuh, di istana itu ada secret tunnel. Terowongan rahasia. Jalan tembus menuju ke hutan. Atau menuju tempat lain yang aman. Itu disebut nafiqa. Sebuah lubang dengan dua bukaan.
Kata munafiq juga memiliki akar kata yang sama. Mengapa bisa begitu? Karena bagi seorang munafik, selalu ada dua opsi yang terbuka. Jika hubungannya sedang mesra dengan kubu muslim, mereka berada di sisi yang satu. Jika hubungannya sedang memburuk dengan kubu muslim, maka mereka bergeser ke sisi yang satunya.
Hal yang menarik lainnya tentang infaq adalah bahwa secara harfiah kita memasukkan uang ke sebuah ‘lubang spiritual’. Dunia ibarat sisi bukaan yang satu dari lubang itu. Bukaan satunya lagi dari lubang itu ada di mana? Di akhirat.
Konsepnya sebenarnya adalah mirip setoran (deposit). Kita punya rekening giro (checking account) di bank. Yang bisa kita tarik uangnya kapan saja. Dan kita juga punya rekening investasi jangka panjang (long-term investment account). Yang tidak bisa kita tarik sewaktu-waktu. Kita harus menunggu sekian tahun untuk bisa mengambil uangnya.
Nah. Apakah menabung di rekening investasi jangka panjang itu bisa disebut sebagai pengeluaran (spending)?
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 02. Al-Baqarah (Ayah 3-4) – A Deeper Look (32:40 – 35:48)
(bersambung _in syaa Allaah ba’da zhuhur)_
💎💎💎💎💎
Materi VoB Hari Ke-72 Sore | Parfum Aisyah
Oleh: Heru Wibowo
#TuesdayAlBaqarahWeek11Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Menabung di rekening investasi jangka panjang tidak bisa disebut sebagai pengeluaran _(spending)_. Tidak bisa. Istilah yang tepat adalah investasi. Manfaat dari uang itu nantinya balik ke kita sendiri. Makanya namanya investasi. Bukan pengeluaran.
Jadi _infaq_ itu sebenarnya adalah transfer dana _(transfer of fund)_. Dari rekening dunia ke rekening akhirat. Masih rekening kita-kita juga. Pemilik rekeningnya tidak berubah.
Secara fisik, uangnya mungkin masuk kotak _infaq_. Tapi yang sesungguhnya terjadi, uangnya pindah rekening. Pemilik rekeningnya adalah kita. Nama banknya: _Bank of Allah._
Berapa persen bunganya? Lebih tinggi dari semua bank yang ada di muka bumi. Lebih tinggi dari asuransi, saham, atau semua jenis investasi yang ada. Jauh lebih tinggi dari yang bisa kita perkirakan.
Dan tindakan menginvestasikan harta ke _Bank of Allah_ ini hanya bisa terjadi jika kita beriman kepada yang gaib. Kita bisa berinfak di jalan Allah, memberi _shadaqah jariyah_, membantu orang lain yang berada dalam kesulitan, tidak gusar atau khawatir akan saldo rekening yang tersisa di bank di dunia, jika kita jelas tentang dua hal ini:
Yang pertama, _ma naqasa malun min sadaqah_ (ما نقص مال من صدقة). _When you give, money doesn’t decrease_. Saat Anda memberi, uang Anda tidak berkurang. Itulah janji Rasulullah _shallallaahu ‘alayhi wasallam_.
_Money does not go down, when you give shadaqah, when you give charity_. Uang tidak berkurang, ketika Anda memberi _shadaqah_, ketika Anda memberi sumbangan.
Dengan kata lain, saat Anda memberi, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Anda mau promosi? Berikan _shadaqah_. Anda tidak punya tabungan yang cukup? Berikan _shadaqah_. Allah akan membuka pintu rezeki yang lebih banyak untuk Anda. Itu janji Allah.
Itu adalah salah satu bagian dari keyakinan kita. Bagian lainnya bahkan lebih dalam. Yaitu, saat kita memberi, Anda sesungguhnya tidak memberikannya kepada anak yatim. Anda sesungguhnya tidak memberikannya kepada korban banjir atau korban gempa bumi. Anda sesungguhnya tidak memberikannya kepada masjid. Anda sesungguhnya memberikannya kepada Allah. Menyerahkan investasi itu ke _Bank of Allah_.
Mari kita tinjau lagi ayat ini.
وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
Dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS Al-Baqarah, 2:3)
Tidak disebutkan di ayat ini, memberikan kepada siapa. Apakah kepada anak yatim? Fakir miskin? Tidak disebutkan itu semua. Hanya ‘menginfakkan’, _udah._
Harus kita sadari, apa pun yang kita infakkan, akan terkirim ke mana _infaq_ itu.
Aisyah _radhiyallaahu ta’aalaa anhaa_ setiap kali akan bersedekah, beliau biasanya memercikkan parfum kepada yang akan beliau sedekahkan. Beliau memastikan apa yang akan beliau sedekahkan wangi lebih dahulu. Sebelum diserahkan.
Mengapa?
Karena sesungguhnya, apa pun itu, yang akan disedekahkan, akan terkirim kepada Allah. Jadi dipastikan harus wangi lebih dahulu. Allah yang akan menerimanya. Setiap kali kita beramal, sesungguhnya amal itu akan terkirim ke Allah langsung, _subhaanahu wa ta’aalaa._
Ada ilustrasi menarik terkait gagasan ‘parfum Aisyah’ ini. Ada hubungannya dengan anak-anak saat masih kecil yang bisa cenderung sangat egois. Sangat posesif terlebih terhadap sesuatu yang sangat mereka sukai seperti cokelat.
Bagaimana cerita lengkapnya?
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 02. Al-Baqarah (Ayah 3-4) – A Deeper Look (35:48 – 38:00)
(bersambung _in syaa Allaahu ta’aalaa_ minggu depan)
💎💎💎💎💎
***
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah