[VoB2020] Al-Kitab dan Al-Hikmah


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-59

Topik: Pearls from Ali Imran

Rabu, 19 Agustus 2020

Materi LBP Hari ke-59 Pagi | Al-Kitab dan Al-Hikmah

Ditulis oleh: Muchamad Musyafa

Sumber Bayyinah TV > Quran > Surahs > Deeper Look > ‘Ali ‘Imran > 02. ‘Ali ‘Imran – Ayah 3-6 Ramadan 2018

وَيُعَلِّمُهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ 

Dan Dia (Allah) mengajarkan kepadanya (Isa) Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil. (QS ‘Ali-‘Imran, 3: 48) 

Melalui ayat di atas, kita tahu bahwa nabi Isa alayhissalam tidak hanya menerima pengajaran Injil, tetapi juga menerima pengajaran tentang Taurat. Dan Allah ﷻ lah yang mengajarkan langsung kepada nabi Isa alayhissalam tentang Taurat dan Injil ini.

Jadi nabi Isa alayhissalam menerima kitab Taurat dan kitab Injil.

Ada hal yang menarik dari ayat di atas, selain menyebutkan Taurat dan Injil, disebutkan juga secara paralel kata ‘Al-Kitab’ dan kata ‘Al-Hikmah’.

Apa maksudnya?

Di sini ada beberapa pendapat ulama yang mengatakan bahwa ‘Al-Kitab’ (The Book) itu adalah Taurat, kemudian Al-Hikmah tidak lain tidak bukan adalah Injil. 

Ketika seseorang hidup dengan berprinsip pada Taurat, karakter seperti apakah yang seharusnya muncul dari dalam dirinya?

Kepribadian seperti apa yang seharusnya terbentuk setelah penerapan kitab Taurat tersebut? 

Dengan berjalannya waktu, ternyata kepribadian yang ditampakkan oleh bani Israil di zaman nabi Isa alayhissalam berbeda dengan kepribadian yang sebenarnya Allah ﷻ inginkan. 

Di titik inilah ‘Al-Hikmah’ atau Injil dibutuhkan yaitu untuk memberikan contoh perilaku, perkataan, kebiasaan, kepribadian, karakter yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang beriman di zaman nabi Isa alayhissalam.

Di bagian lain di dalam Al-Qur’an, pada surat Al-Baqarah ayat 129, disampaikan bahwa salah satu fungsi nabi Muhammad ﷺ diutus adalah untuk mengajarkan ‘Al-Kitab’ dan ‘Al-Hikmah’. Kali ini banyak ulama menginterpretasikan ayat ini dengan mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah ‘Al-Kitab’ lalu Hadis adalah ‘Al-Hikmah’.

رَبَّنَا وَٱبۡعَثۡ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيهِمۡۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ  

Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Baqarah, 2: 129).

Sama dengan apa yang terjadi pada kaum nabi Isa alayhissalam

Ketika hari ini seseorang hidup dengan berprinsip pada Al-Qu’ran, maka karakter seperti apa yang seharusnya muncul dari dalam dirinya? Kepribadian seperti apa yang seharusnya terbentuk setelah penerapan Al-Qur’an tersebut? 

Jika kita melompat ke ribuan tahun ke belakang, bisa jadi kita terkejut mendapati ciri-ciri kepribadian muslim yang taat di zaman Rasulullah ﷺ ternyata berbeda dengan kepribadian muslim yang taat di zaman sekarang.

Di titik inilah ‘Al-Hikmah’ atau ‘Al-Hadis’ dibutuhkan yaitu untuk memberikan contoh perilaku, perkataan, kebiasaan, kepribadian, karakter yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang beriman berdasarkan contoh yang diberikan oleh nabi Muhammad ﷺ. 

Bersambung in syaa Allaah ba’da Zhuhur


Materi LBP Hari ke-59 Siang | Al-Kitab dan Al-Hikmah (Part 2)

Ditulis oleh: Muchamad Musyafa

Sumber Bayyinah TV > Quran > Surahs > Deeper Look > ‘Ali ‘Imran > 02. ‘Ali ‘Imran – Ayah 3-6 Ramadan 2018

‘Al-Hikmah’ dalam bahasa Arab artinya Al-Ilmu naafi wa al’amalu bihi. Sebuah ilmu yang bermanfaat dan dengannya kita berbuat. Sedangkan hukum berarti sebuah keputusan yang bijak. Jadi ada embodiment di sini, ada penerapan yang dibutuhkan agar sebuah ilmu menjadi sebuah hikmah. 

Allah ﷻ telah menurunkan tekstual kitab (Taurat) dan roh dari kitab itu. Seiring berjalannya waktu, roh atau spirit dari kitab yang seharusnya hidup dekat dengan manusia itu hilang, terlupakan. Lalu Allah menurunkan Injil kepada nabi Isa alayhissalam, tidak ada hukum baru di dalamnya, semuanya adalah wahyu spiritual sebagai klarifikasi bagaimana kitab Taurat itu seharusnya diterapkan di dalam kehidupan manusia.

Di luar sana terdapat istilah ‘Surat Hukum’ dan ‘Roh Hukum’, Surat hukum adalah bagaimana hukum itu dituliskan. Sedangkan roh hukum adalah jiwa atau spirit dari hukum itu, bagaimana niat awal dan tujuan akhir yang diharapkan oleh si pembuat hukum.

Untuk kasus Taurat, maka suratnya – tulisannya – itu mampu bertahan sejak diturunkan kepada nabi Musa alayhissalam hingga sampai kepada nabi Isa alayhissalam. Namun roh dari kitab Taurat itu, jiwa dari kitab Taurat itu terabaikan dan hilang. Sehingga nabi Isa alayhissalam datang untuk memulihkan surat hukum dari Taurat dan menerapkan roh hukumnya melalui Injil.

Taurat adalah teks kitab suci yang legal, sedangkan Injil adalah tambahan-tambahannya yang bersifat spiritual. Taurat menyentuh dan membersihkan akal, sedangkan Injil menyentuh dan membersihkan hati.

Di dalam surat Ali-‘Imran, Allah ﷻ menurunkan kitab ini (Al-Qur’an) sebagai kitab suci terakhir yang mengombinasikan semua elemen dari Taurat dan Injil menjadi satu dan mengonfirmasi kebenaran keduanya.

Menariknya, itu berarti bahwa Al-Quran mampu menyentuh akal dan hati manusia. Al-Qur’an bersifat intelektual dan spiritual.

Dan yang lebih menarik lagi adalah bahwa di bagian akhir surat Ali-‘Imran ini kita akan menemukan deskripsi ‘Ulul Albab’ yaitu orang-orang yang hatinya selalu mengingat Allah ﷻ dan akalnya senantiasa memikirkan penciptaan langit dan bumi.

Dari uraian di atas dapat kita tambahkan juga bahwa Imam Syafii sendiri juga menginterpretasikan Al-Hikmah sebagai penerapan praktis dari Al-Kitab (Al-Qur’an). Aisyah radhiallahuanha juga menyifati nabi Muhammad ﷺ sebagai ‘Al-Qur’an Yamsyi’ (Al-Qur’an berjalan).

Nabi Muhammad ﷺ adalah contoh nyata bagaimana Al-Qur’an diterapkan secara praktis sehari-hari. Dengan melihat dan menerapkan sunah yang dicontohkan nabi Muhammad ﷺ maka dari situ kita bisa mendapatkan Al-Hikmah.

Bersambung in syaa Allaah ba’da ‘Ashar


Materi LBP Hari ke-59 Sore | Al-Kitab dan Al-Hikmah (Part 3)

Ditulis oleh: Muchamad Musyafa

Sumber Bayyinah TV > Quran > Surahs > Deeper Look > ‘Ali ‘Imran > 02. ‘Ali ‘Imran – Ayah 3-6 Ramadan 2018

Mari kita lanjutkan ulasan surat Ali-‘Imran ayat 3 terkait kata  mushaddiqan  (  مُصَدِّق) yang berarti ‘membenarkan’.

Saat ayat ini diturunkan, ini bukanlah pertama kalinya Allah ﷻ melakukan pembenaran terhadap kitab sebelumnya. Pembenaran Taurat telah dilakukan dengan turunnya Injil. Pembenaran warisan nabi Musa alayhissalam telah dilakukan oleh nabi Isa alayhissalam.

Tidak ada yang baru. Pembenaran Taurat dan Injil oleh Al-Qur’an merupakan kelanjutan dari apa yang telah Allah ﷻ lakukan sebelumnya. Dan bani Israil sudah melakukan dua kali pelanggaran karena telah mendustakan pembenaran Injil terhadap Taurat juga telah mendustakan pembenaran Al-Qur’an terhadap Taurat.

Jadi, seruan di surat Ali ‘Imran ayat 3 ini menjadi seruan lembut bagi kaum Nasrani, tetapi ia menjadi seruan keras bagi kaum Yahudi.

مِن قَبۡلُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَأَنزَلَ ٱلۡفُرۡقَانَۗ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِ‍َٔايَٰتِ ٱللَّهِ لَهُمۡ عَذَابٞ شَدِيدٞۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٞ ذُو ٱنتِقَامٍ  

(Allah menurunkan Taurat dan Injil) sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh azab yang berat. Allah Maha Perkasa lagi mempunyai hukuman. (QS Ali ‘Imran 3 : 4)

Lalu di ayat selanjutnya kita memperoleh frasa “Min Qablu”. 

Pemotongan ayat antara ayat 3 dan 4 mungkin terasa aneh bagi tata bahasa kita. Jika kita ingin menggunakan kaidah tata bahasa kita, maka susunannya akan menjadi wa anzala at-Tawrata wa al-Injila min qablu hudaa linnasi, berhenti di situ lalu berganti nomor ayat. Namun Allah ﷻ memilih ayat ketiga berakhir pada kata ‘al-Injila’, dan ayat keempat dimulai dengan kata ‘min qablu’

Dengan dimulainya ayat ke empat dengan frasa ‘min qablu’, maka dapat kita rasakan ada penekanan bahwa Taurat dan Injil dulunya adalah sebuah petunjuk. Artinya kini Taurat dan Injil tidak lagi menjadi referensi petunjuk bagi manusia.

Masa untuk Taurat dan Injil telah selesai. Waktu bagi Taurat dan Injil menjadi petunjuk manusia telah berakhir. Allah ﷻ telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pengganti keduanya, sekaligus mengonfirmasi kebenaran yang ada di dalam Taurat dan Injil. 

Lalu, kata ‘huda’ di ayat ini berangkat dari kata mushaddiqan dari ayat sebelumnya. Sebab dengan membenarkan kombinasi Taurat dan Injil, lalu melihatnya secara menyeluruh maka kita akan mendapatkan petunjuk yang lengkap. 

Ajaran Taurat yang asli telah hilang sehingga Injil datang untuk memenuhi peran yang hilang itu. Dengan membenarkan keduanya, maka akan didapatkan petunjuk yang lengkap.

Menariknya, ketika kaum Yahudi mendustakan Injil, maka sebaliknya kaum Nasrani justru membatalkan apa yang telah ada di dalam Taurat. Sehingga dua kaum ini tidak membawa paket petunjuk yang lengkap. Sesungguhnya mereka membutuhkan keduanya untuk mendapatkan petunjuk yang lengkap.

Insyaallah bersambung pekan depan.

***


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Voice of Bayyinah

One thought on “[VoB2020] Al-Kitab dan Al-Hikmah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s