[VoB2020] Menghadirkan Iman kepada Yang Gaib dalam Kehidupan


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Voice of Bayyinah (VoB) Hari ke-58

Topik: Pearls from Al-Baqarah

Selasa, 18 Agustus 2020

Materi VoB Hari ke-58 Pagi | Menghadirkan Iman kepada Yang Gaib dalam Kehidupan

Ditulis oleh: Icha Farihah

#TuesdayAlBaqarahWeek9Part1

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka (QS Al-Baqarah, 2:3)

Penggalan ayat tentang iman kepada yang gaib telah dibahas pada pekan sebelumnya.

Sekarang, kita akan melanjutkan contoh aplikasi dari beriman kepada yang gaib dalam kehidupan.

Contoh ini biasanya sering dialami oleh para pria. Yaitu, tentang perjuangan menjaga pandangan.

Jadi, semisal ada seorang pria yang bertemu dengan seorang wanita cantik dan berpenampilan menarik.

Pria itu terpesona. Ia ingin melihat paras wanita itu terus-menerus. Meskipun hanya sekadar mencuri-curi pandang.

Tapi, seketika pria itu tersadar. Ia ingat bahwa Yang Maha Melihat selalu mengawasinya. Akhirnya, ia segera mengurungkan niat tersebut.

Apa yang pria itu lakukan merupakan contoh perjuangan iman kepada yang gaib dalam kehidupan.

Ia menginternalisasi kehadiran Allah ta’ala dalam setiap tingkah lakunya.

…وَهُوَ مَعَكُمۡ أَيۡنَ مَا كُنتُمۡۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ

…Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Hadid, 57: 4)

*

Beriman kepada yang gaib memang tidak semudah ucapan lisan.

Kalau ada yang bertanya apakah kita percaya Tuhan.

Tentu kita menjawabnya dengan penuh keyakinan, “Ya, sudah pasti percaya.”

Tapi, apakah percaya kepada yang gaib benar-benar mengubah hidup kita, terutama saat ujian datang?

Apakah percaya kepada yang gaib mampu mengubah perilaku kita ketika sendirian?

Apakah percaya kepada yang gaib memberikan dampak pada cara berpikir kita melihat realita?

Apakah percaya kepada yang gaib memengaruhi keputusan dan preferensi kita?

Coba tanyakan lagi. Apakah benar kita sudah hidup dengan beriman kepada yang gaib?

*

Kita perlu mengetahui bahwa terdapat perbedaan antara fakta dan praktik tentang iman kepada yang gaib di dalam Islam.

Faktanya, kita tahu bahwa Allah ta’ala itu Esa, Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alayhi Wa Salam adalah utusan-Nya, Al-Qur’an adalah kitabullah, dan seterusnya.

Kalau kita ditanya tentang fakta ini.  Meski dalam keadaan mengantuk, jawaban kita tetap sama. Tidak ada yang berubah.

Karena jawaban tentang fakta ini bersifat kuantitatif.

Sedangkan, ketika kita melakukan praktik iman kepada yang gaib, kita merasakan dan menjalaninya dalam kehidupan kita sendiri. Sehingga jawabannya menjadi kualitatif.

Masalah kualitatif ini tidak mudah.

Sebab praktik hidup dengan beriman kepada yang gaib itu berubah-ubah.

Terkadang kita merasakan. Terkadang tidak.

Saat kesadaran (consciousness) tentang iman kepada yang gaib muncul, kita menjadi lebih insaf, waspada, dan hati-hati dalam melangkah.

Tapi, ketika kesadaran itu hilang, kita kembali jatuh ke dalam kesalahan dan kemaksiatan.

Maka dari itu, kita butuh perjuangan untuk menghadirkan iman kepada yang gaib di tengah-tengah kita.

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 02. Al-Baqarah (Ayah 3-4) – A Deeper Look (16:35 – 18:07)

(Bersambung in syaa Allah ba’da dzuhur)


Materi VoB Hari ke-58 Siang | Menghadirkan Iman kepada Yang Gaib dalam Bisnis dan Pekerjaan

Ditulis oleh: Icha Farihah

Pada dasarnya hukum jual beli itu boleh dan halal.

Tapi, ada beberapa situasi yang menyebabkan hal tersebut menjadi haram.

Misalnya, suatu ketika, suatu barang / jasa yang kita jual menjadi langka dan banyak yang membutuhkan.

Pada saat-saat seperti itu, kita memiliki peluang untuk menaikkan harga barang tersebut. Pasti untung penjualannya akan sangat besar.

Ternyata tidak hanya kita yang berpikir demikian. Orang lain juga sama. Mereka bahkan sudah menaikkan harga barang tersebut sepuluh kali lipat dari harga awal.

Tapi, apakah para pelanggan akan ridha dengan harga yang demikian? Apakah pantas mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain?

Bagi seorang yang beriman kepada yang gaib, kita akan menimbang kembali perilaku tersebut.

Kita sangat berhati-hati tentang status pendapatan kita. Apakah halal atau haram.

Dengan mempraktikkan iman kepada yang gaib dalam kehidupan, kita akhirnya memutuskan untuk tetap menjual barang / jasa tersebut dengan harga yang masuk akal.

Kita meyakini bahwa Allah ta’ala sendiri yang akan memberi keuntungan jauh lebih besar dari kumpulan rupiah di dunia yang fana.

…ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلٗا

Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS Al-Isra’, 17: 35)

*

Sama seperti bisnis. Bekerja juga diperbolehkan selama masih dalam batas kewajaran.

Namun, ada beberapa keadaan yang malah membuatnya lebih dekat kepada dosa.

Misalnya, teman atau kerabat kita mendapat promosi jabatan di tempat kerjanya. Mereka menceritakan betapa bahagianya mereka tentang hal itu.

Beberapa dari mereka biasanya memanfaatkan kehidupan sosial untuk naik jabatan. Mereka rutin bergaul dan mengikuti pesta-pesta yang diadakan tempat kerja.

Terkadang beberapa pesta tersebut mengandung banyak kemaksiatan dan kemudharatan. Seperti, mabuk-mabukan, pulang larut malam, dan lain-lain.

Sekalipun mereka adalah seorang muslim, mereka merasa hal itu tidak apa-apa.

Menurut mereka, kegiatan semacam itu dibutuhkan untuk meningkatkan peluang dalam promosi jabatan.

Sesaat, kita mungkin merasa minder dan tertinggal. Kita masih stuck di posisi pekerjaan yang sama. Kita tidak mendapat promosi jabatan layaknya teman atau kerabat kita itu.

Tapi, kita telah memilih dan menyadari bahwa hidup kita diiringi dengan iman kepada yang gaib.

Kita tidak memiliki prinsip hidup ikut-ikutan seperti itu.

Perkara yang dianggap orang lain sepele, tetap saja akan dilihat dan dinilai oleh Allah, Tuhan Yang Maha Menyaksikan.

Tidak apa, tidak mendapat promosi jabatan. Selagi kita bertahan pada hal-hal yang halal, in syaa Allah, Allah ta’ala memberikan yang lebih baik dari sebuah promosi.

فَعَسَىٰ رَبِّيٓ أَن يُؤۡتِيَنِ خَيۡرٗا مِّن جَنَّتِكَ…

Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberikan kepadaku (kebun) yang lebih baik dari kebunmu (ini)… (QS Al-Kahfi, 18: 40)

Allah ta’ala akan memberikan rezeki kepada kita dengan cara yang tidak terduga. Beyond our imagination.

Kita harus percaya itu.

… وَٱللَّهُ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٖ

…Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas. (QS An-Nur, 24: 38)

Itulah bentuk implementasi iman kepada yang gaib dalam keseharian kita.

Kita perlu memerhatikan dengan seksama bagaimana kita mengambil rezeki di dunia dengan cara-cara yang baik.

Praktik-praktik seperti ini dapat meningkatkan diri kita dalam mencapai level takwa kepada Allah ta’ala. In syaa Allah.

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 02. Al-Baqarah (Ayah 3-4) – A Deeper Look (18:07 – 19:50)

(Bersambung in syaa Allah ba’da ashar)


Diskusi dan Tanggapan VoB Hari Ke-58 Siang | Menghadirkan Iman kepada Yang Gaib dalam Bisnis dan Pekerjaan

Nurin Iktikafi:

🥺🥺 Barakallah.

Dessy Arnita:

Wafiika barakallah 🙏

Materi VoB Hari ke-58 Sore | Menghadirkan Iman kepada Yang Gaib dalam Kesulitan

Ditulis oleh:  Icha Farihah

#TuesdayAlBaqarahWeek9Part3

Kita pasti pernah, sedang, atau akan mengalami kesulitan di dalam perjalanan hidup kita masing-masing.

Misalnya, harus minum obat setiap hari, mengurus anggota keluarga dengan sakit yang parah, karir yang hancur, ditinggal orang terkasih, atau krisis kehidupan lainnya.

Kita melihat semua kesulitan itu seperti terowongan gelap yang tidak ada ujungnya.

Keluarga, teman, atau orang lain mungkin datang untuk memberikan motivasi bahwa semua akan lebih baik.

Tapi, motivasi itu tidak berefek sama sekali. Kita tidak melihat sesuatu apapun menjadi lebih baik. Semuanya malah semakin buruk.

Dalam keadaan seperti itu, kita harus mengingat praktik beriman kepada yang gaib dalam kehidupan.

Allah ta’ala, Dzat yang tidak terlihat oleh panca indra kita, telah menyampaikan bahwa orang-orang yang sabar akan mendapat pahala tanpa batas.

 …إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ

“…Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS Az-Zumar, 39: 10)

Kalau kita berpikir masalah yang kita hadapi itu tanpa akhir. Kita salah.

Yang tanpa akhir itu bukan masalah dan kesulitan kita.

Yang tanpa akhir adalah pahala bagi kita yang diuji. Karena kita respons ujian itu dengan kesabaran.

Iman kepada yang gaib akan  membersamai dan memudahkan kita dalam menghadapi segala masalah.

*

Begitu juga dengan rasa kesepian dan depresi.

Terkadang kita berpikir, tidak ada yang mengerti diri kita. Tidak ada yang menganggap dan menghargai diri kita. Tidak ada yang mau memperhatikan kita.

Kita merasa sangat kesepian saat tidak ada ucapan selamat hari raya, selamat berpuasa, dan ucapan selamat lainnya.

Kita juga merasa hampa ketika tidak ada yang menanyakan bagaimana kabar kita hari ini.

Tidak ada notifikasi yang berdering dari ponsel kita.

Semua orang di media sosial seperti asyik sendiri dan tidak acuh kepada kita.

Kita merasa sepi, kosong, dan hampa.

Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Kita tidak pernah sendiri.

Karena Allah ﷻ tidak henti-hentinya menemani kita.

…إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهۡدِينِ

“…Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (QS Asy-Syu’ara, 26: 62)

Kita sering lupa bahwa kita itu beriman kepada yang gaib.

Dan konsekuensi keimanan itu adalah percaya bahwa Allah ﷻ selalu ada bersama kita.

Ini merupakan hal yang penting. Terutama, untuk kesehatan mental dan spiritual kita.

Beriman kepada yang gaib dapat menjadi salah satu penawar bagi mereka yang mengalami depresi.

*

Kita juga perlu memahami tentang adanya proteksi tak kasat mata yang selalu melindungi kita.

Ustaz Nouman menceritakan bagaimana kekhawatiran sebagian muslim di Amerika ketika pemilihan umum (pemilu) berlangsung beberapa tahun yang lalu.

Isu rasisme dan islamofobia begitu kuat saat itu. Beberapa bahkan memutuskan akan pindah ke Kanada atau Meksiko jika Donald Trump terpilih.

Kecemasan itu menurut Ustaz bagian dari ketidakpahaman kita dalam menjalani kehidupan dengan iman kepada yang gaib.

Kita melupakan bahwa Allah ﷻ tidak hanya melindungi kita, Dia juga menurunkan malaikat-malaikat penjaga untuk kita setiap saat.

وَهُوَ ٱلۡقَاهِرُ فَوۡقَ عِبَادِهِۦۖ وَيُرۡسِلُ عَلَيۡكُمۡ حَفَظَةً

“Dan Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga…” (QS Al-An’am, 6: 61)

Ketika kita mengendarai mobil dan mengerem tepat saat lampu merah menyala.

Apakah kita berpikir bahwa mobil yang berhenti itu hanya karena sebuah mekanisme kerja dari mesin?

Tidak. Bukan cuma itu sebabnya.

Karena kapan pun Allah ﷻ mau, bisa saja roda mobil itu tergelincir atau remnya rusak sehingga mobil terus melaju.

Keberadaan malaikat-malaikat itulah yang melindungi kita dari berbagai bahaya di jalan saat berkendara.

Termasuk juga bahaya-bahaya lain yang mungkin kita dapatkan selama ada di dunia.

Allah ﷻ selalu melindungi kita melalui malaikat-malaikat-Nya.

Ketika di akhirat nanti, para malaikat penjaga ini juga akan flashback dan menyatakan bahwa mereka yang gaib itu selalu ada di sekitar kita.

نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ…

“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat…” (QS Fussilat, 41: 31)

Itulah bagian dari iman kepada yang gaib.

Kita meyakini bahwa kita tidak pernah sendiri.

Kita selalu ditemani dan dilindungi.

*

Di era modern seperti sekarang, keberadaan iman kepada yang gaib sangat diperlukan oleh umat Islam.

Karena kita sebagai umat secara keseluruhan sedang megalami perasaan rendah diri.

Bagaimana maksudnya?

Bersambung in syaa Allah pekan depan.

Sumber: Bayyinah TV > Surahs > Deeper Look > 02. Al-Baqarah (Ayah 3-4) – A Deeper Look (19:50 – 22:26)


Diskusi dan Tanggapan LBP Hari Ke-58 Sore |  Menghadirkan Iman kepada Yang Gaib dalam Kesulitan

Nurin Iktikafi:

🥺 MaasyaaAllah. Barakallah

Erlita Damayanti:

MashaAllah..

Rena Liansari:

MasyaAllah…ini kayak tingkat keimanan tertinggi seorang hamba. Karena pasti masih banyak yg bakal gak bisa menerima sepenuhnya dengan bahasan seperti ini kak. 😢

Adelina Syarif:

Salam kenal buat semua, saya Adelina dr jaksel

Ummu Khanza:

Assalamualaikum mba. Tulisan tulisan dsni boleh di share ga..

Putri Salfiani:

Feel free to share mba 😊🙏🏻

Ummu Khanza:

Masya Allah.. Syukkron

Putri Salfiani:

Afwan 🙏🏻


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Lessons from Bayyinah’s Production

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s