بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Voice of Bayyinah’s (VoB) Hari ke-55
Topik: Parenting
Sabtu, 15 Agustus 2020
Materi VoB Hari ke-55 Pagi | Pesan Sang Ayah Kepada Putrinya
Ditulis oleh: Indri Djangko
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Parenting > 04. Children are a Blessing Part 3 – Parenting (12:50 – 14:00)
Pekan sebelumnya kita sudah membahas dan memperingatkan diri kita masing-masing bahwa punya anak saleh saja tidak cukup. Sebagai orang tua, kita perlu terus memperbaiki diri kita juga.
Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wasallam, sebagai seorang ayah, berpesan kepada putri tercintanya:
Yaa Fathimah, ittaqillaah, fa inni laa amliku laki minnallaahi syay’a.
Fathimah, takutlah kepada Allah. Aku tidak punya kuasa apapun atas perkaramu. Aku sama sekali tidak bisa menolongmu di hadapan Allah.
Bertakwalah. Jangan mengandalkan ketakwaan ayahmu dengan berkata ‘Ayahku sudah sangat bertakwa’.
Begitulah, sejatinya anak-anak tidak bisa menolong orang tuanya, dan sebaliknya, orang tua tidak bisa menolong anak-anaknya. Sekalipun jika ayahmu adalah Rasulullah.
Dia tidak akan bisa ditolong anaknya. Bukan begitu cara bekerjanya ‘anak-anak sebagai investasi akhirat’.
Tapi jangan bersedih, ada kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. Ada hadiah.
Anak-anak akan menjadi hadiah dan dapat memberi manfaat untuk kita selama kita bukan orang munafik. Selama kita bukan _kuffar_. Semoga Allah tidak menggolongkan kita ke kedua golongan tersebut.
Kabar gembiranya lagi adalah, meskipun iman kita lemah, kita bukan yang terbaik dalam keimanan kepada Allah. Setidaknya kita berusaha terus, kan?.
Nah, jika kita berbuat baik kepada anak-anak kita, mereka akan bermanfaat untuk kita.
Jika kita berbuat baik kepada mereka, maka perbuatan baik yang mereka lakukan, akan menambah ‘saldo kebaikan’ dalam ‘akun’ kita.
Perbuatan baik yang mereka lakukan, akan memberikan kita komisi, tanpa mengurangi pahala mereka.
Bagaimana? Menjanjikan sekali bukan?
Eits, tunggu dulu. Jangan hanya karena kita akan mendapat bagian dari kebaikan perilaku anak-anak kita, lantas kita tidak serius dengan cara kita beragama.
Jangan karena anak-anak kita serius dalam agamanya, kita jadi merasa bebas melakukan apapun yang kita suka.
Ustaz Nouman sangat concern dengan fenomena orang tua yang ‘merasa santai’ karena anaknya sudah sholih.
Model orang tua seperti ini marak. Termasuk di Amerika.
Emang gimana modelnya?
Bersambung in syaa Allaah ba’da Zhuhur
Diskusi dan Tanggapan VoB Hari ke-55 Pagi | Pesan Sang Ayah Kepada Putrinya
Ario:
Kalau soal anak perempuan, saya suka bagaimana Islam melindungi anak perempuan.
Zaman jahiliah memiliki anak perempuan bagaikan aib sampai ada yang menguburnya hidup-hidup.
Islam menghapus kesalahan pandangan tersebut. Memiliki anak perempuan bisa jadi tiket orang tuanya ke surga.
Materi VoB Hari ke-55 Siang | Saat Anak Kita Menjadi Lebih Religius
Ditulis oleh: Indri Djangko
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Parenting > 04. Children are a Blessing Part 3 – Parenting (14:00 – 15:50)
Ustaz Nouman menaruh perhatian dan mengobservasi satu mentalitas dalam keluarga muslim, dan menurut beliau ini adalah masalah yang harus dicarikan solusinya.
Banyak fenomena keluarga muslim yang tidak terlalu religius, tidak ortodok, dan tidak konservatif.
Suatu saat, anak-anak dalam keluarga ini tiba pada masa kuliah. Bertemu dan bergaul dengan teman sebayanya.
Anak perempuan keluarga ini bertemu teman yang menggunakan hijab, percakapannya kira-kira seperti ini:
👧: Kenapa kamu pake hijab? Kamu disuruh orang tuamu ya?
🧕: Emm, ga kok, aku pake hijab atas kemauanku sendiri. Enak loh pake hijab itu, lain kali kamu harus coba pake juga.
Kemudian, anak perempuan ini menjadi dekat dengan Islam, dan mulai mempraktikannya.
Anak laki-laki juga begitu, karena pergaulan barunya, ia mulai salat, mulai memelihara jenggot.
Kemudian ibunya bertanya, ‘Apa itu?’
‘Apa yang kamu lakukan?’ ‘Apakah sekarang hari halloween?’
‘Kenapa kamu punya jenggot, kayak kambing gunung aja’
‘Kamu aneh pake jenggot’
Dan berbagai komen lainnya karena anaknya mulai lebih religius lengkap dengan penampilannya.
Tapi para orang tua ini, nerimo nerimo ae, terima terima saja anaknya menjadi lebih religius. Yaps, sampai disitu saja. Mereka sendiri sebagai orang tua tidak berpikir untuk ikut berubah.
Para orang tua ini akan berkata ‘ Maasyaa Allaah, anakku sekarang semakin baik. Dia memberi khutbah, kuliah, aktif organisasi kepemudaan’.
‘Aku tidak melakukan apapun, tapi sekarang dia jadi lebih baik, jadi gapapa, setidaknya aku punya penyelamat kelak di hari pembalasan’.
Well, it doesn’t work like that, dude, bro, sis.
Kita harus melewati batas minimum sebelum anak-anak kita bisa bermanfaat untuk kita. Ini harus kita sadari bersama, dan kita perjuangkan bersama.
Sebelumnya, ustaz Nouman pernah menyinggung soal anak-anak yang menjadi investasi. Padahal di part 1 dan part 2 hari ini kelihatannya anak-anak kita tidak akan dapat menolong kita, nih. Terus gimana?
Anak-anak seperti apa yang bisa bermanfaat untuk kita?
Bersambung in syaa Allaah ba’da ‘Ashar
Materi VoB Hari ke-55 Sore | A Future Parent
Ditulis oleh: Indri Djangko
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Courses > Parenting > 04. Children are a Blessing Part 3 – Parenting (15:55 – 18:35)
Allahu azza wa jalla menyebutkan, waqoddimu lii anfusikum, berinvestasilah untuk masa depanmu.
Lalu, anak-anak seperti apa yang akan memberikan masa depan yang baik untuk kita?
Ustaz Nouman memberikan satu successful example of investment, yaitu Isma’il alayhis salaam, pada QS Maryam: 54-55:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا. وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
By the way, ketika kita bicara tentang Isma’il alayhis salaam, sepertinya kita akan selalu berpikir juga tentang ayahnya, Ibrahim alayhis salaam.
Hal pertama yang ada di kepala kita ketika mendengar Isma’il alayhis salaam, adalah bahwa beliau anak Ibrahim alayhis salaam.
Hal kedua yang akan muncul dalam kepala kita adalah bahwa ayahnya mengorbankannya.
Baiklah, mari kita bicara tentang keunggulan Isma’il alayhis salaam sebagai seorang anak.
Wa kaana ya’muru ahlahu bissholaati wazzakaati, Isma’il alayhis salaam biasa memberi tahu keluarganya untuk beribadah dan mengeluarkan zakat.
Dua perintah ini disebutkan secara terpisah, mari kita bahas juga secara terpisah. Kita bahas khusus saja terkait zakat.
Siapa yang wajib mengeluarkan zakat? Tentunya kepala keluarga, kan?
Dan Isma’il alayhis salaam saat itu berposisi sebagai kepala keluarga. Maka beliaulah yang bertanggungjawab berzakat.
Ketika ayat dalam Al-Qur’an mengatakan, Ismail alayhis salaam memberi tahu/mengajarkan keluarganya untuk mengeluarkan zakat, itu berarti beliau memastikan ketika anaknya tumbuh dewasa, anaknya sudah cukup bertanggungjawab untuk melaksanakan perintah berzakat.
Relasi yang dibangun oleh Isma’il alayhis salaam ini long lasting, awet, karena dipelihara sejak kecil sampai anak-anaknya tumbuh dewasa.
Ini adalah kunci dari investasi yang sukses melalui anak-anak.
Isma’il alayhis salaam adalah investasi yang dibuat oleh Ibrahim alayhis salaam. Dan Isma’il mampu meneruskan ajaran Islam yang diterimanya kepada anaknya, memastikan anaknya melaksanakan, sehingga cucunya juga akan tetap dalam Islam.
Ustaz Nouman memberikan tip kepada kita. Jika kita ingin menjadikan anak-anak kita sebagai investasi, maka kita perlu memastikan apa yang akan kita berikan kepada anak kita supaya mereka nanti menjadi orang tua yang ‘keren’.
Kita jangan terus berpikir tentang anak-anak kita sebagai anak-anak. Ketika mereka bertumbuh, berpikirlah bahwa mereka akan menjadi orang tua di masa depan. A Future Parent.
Kira-kira kita mau mereka menjadi orang tua seperti apa nanti? Maka begitulah relasi yang akan kita bangun dengan mereka sejak dini.
Insyaallah bersambung pekan depan.
Diskusi dan Tanggapan VoB Hari ke-55 Sore | A Future Parent
Hafni:
MashaaAllah.. Superb Messege from the Quranic Parenting which is really visionary. Look at your cute girl as a future mom. Talk to your 11 years old boy as a future father.
Begin with the end in mind as Stephen Cover writes in his book 7Habits of Highly Effective People.
First time reading the book when I was in New York 1997. I thought Covey invented that begin with the end in mind.
By today’s text I learn something really amazing..
That the concept of ‘begin with the end in mind’ is already in the Holy Book of Allah SWT.
Nobody told me about it before.
Thank you. Jazakallah khayran
🙏🏼🙏🏼🙏🏼
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah