بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Lessons From Bayyinah Production (LBP)
Hari Ke-50
Topik: Last Ayahs of Fatiha
Senin, 10 Agustus 2020
Materi LBP Hari Ke-50 Pagi | Konflik Jenis Pertama
Oleh: Heru Wibowo
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Di akhir minggu lalu, yang kita bahas adalah keseimbangan.
Ada sebuah perumpamaan tentang keseimbangan yang begitu dahsyat di Al-Fatihah.
Mungkin perumpamaan ini adalah yang paling dahsyat di Al-Qur’an.
Sebelum kita membicarakannya, kita sadari lebih dahulu bahwa umat manusia telah terbiasa memiliki berbagai masalah.
Dan masalah itu sudah ada sejak beribu-ribu generasi sebelum kita. Dan sampai sekarang, masalah itu belum mampu kita selesaikan.
Salah satunya adalah masalah antara laki-laki dan wanita.
Jika Anda bertanya kepada seorang laki-laki, “Siapa yang punya hak (rights) lebih banyak? Laki-laki atau perempuan?”
Jawabannya bisa ditebak. “Laki-laki.” Atau, yang sedang bertikai dan sebel dengan istrinya, jawabannya lebih kenceng, “Laki-laki, dong!”
Tapi jika Anda bertanya kepada seorang wanita, “Siapa yang punya hak lebih banyak? Jawabannya, “Wanita.”
Karena, yang ditanyakan adalah ‘hak’. Bukan ‘kewajiban’.
Dan tentu saja di masyarakat atau dalam sejarah umat manusia maupun di dalam keluarga, akan ada sebentuk penindasan (oppression) yang condong ke satu arah. Condong ke sini, atau ke sana.
Akan selalu ada konflik antara laki-laki dan perempuan.
Sebagaimana dilansir oleh detik.com dari website Mahkamah Agung (MA), disebutkan bahwa di tahun 2018, angka perceraian yang terjadi adalah hampir setengah juta.
Terbukti bahwa konflik antara laki-laki dan wanita adalah fakta yang tak terbantahkan.
Yuk kita jalan-jalan sejenak ke pengadilan urusan perceraian (divorce court).
Di divorce court tadi, jika hakimnya adalah laki-laki, dan dia mengalami perceraian, dan sekali lagi dia adalah hakimnya, maka dia akan lebih condong ke siapa ketika dia punya kasus seperti ini?
Kecenderungannya, sang hakim, yang laki-laki, yang pernah merasa disakiti wanita, akan cenderung membuat keputusan yang menguntungkan pihak laki-laki.
Bahkan, kalau sang hakim memiliki dendam kesumat yang menyala-nyala, dia akan sangat bersemangat untuk ‘mengirim’ sang wanita ke penjara.
Ini kita sedang bicara di tataran hati, ya. Yang ‘bersemangat’ adalah hatinya.
Secara fisik, secara mimik, secara gesture maupun ‘bahasa tubuh’, sang hakim mungkin cukup lihai untuk menyembunyikan ‘semangatnya’ tadi.
Tapi jika hakimnya adalah seorang wanita, mungkin keputusannya justru kebalikannya.
Keputusannya cenderung akan lebih menguntungkan pihak wanita.
Masuk akal.
Seorang laki-laki, dia akan berpikir seperti seorang laki-laki. Dia akan lebih sensitif terhadap kebutuhan seorang laki-laki.
Seorang wanita, dia akan berpikir berdasarkan perspektif seorang wanita.
Intinya, jika yang mengambil keputusan adalah laki-laki, keputusannya cenderung menguntungkan laki-laki.
Jika yang mengambil keputusan adalah wanita, keputusannya cenderung menguntungkan wanita.
Ustaz pernah mengajar di sekolah Islam. Separuh isi kelas adalah laki-laki. Separuh lainnya adalah wanita.
Sekolah tersebut menerapkan jadwal masuk lima hari dalam seminggu.
Kebijakan ini menimbulkan ‘masalah’.
Maka ustaz melakukan ‘eksperimen’. Yang laki-laki diminta berunding untuk memutuskan siapa yang mendapatkan jatah pelajaran tiga hari dan dua hari.
Yang wanita juga diminta berunding. Diminta memutuskan juga, siapa yang mendapatkan jatah pelajaran tiga hari, apakah laki-laki atau wanita, dan siapa yang mendapatkan jatah pelajaran dua hari.
Yang wanita, semuanya sepakat, tiga hari untuk wanita.
Yang laki-laki, semuanya sepakat, tiga hari untuk laki-laki.
Enggak ada yang mau rugi.
Inilah konflik jenis pertama: antara laki-laki dan wanita.
Lalu ada konflik jenis kedua. Apakah itu?
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah – A Deeper Look
(1:05:00 – 1:07:08)
(bersambung in syaa Allaah ba’da Zhuhur)
Diskusi dan Tanggapan LBP Hari Ke-50 Pagi | Konflik Jenis Pertama
Hafni:
👍🏾👍🏾👍🏾
MashaaAllah.
We need the balance in everything. The ultimate goal in our life is the happiness fiddunya wal akhirah
Only the believers can reach the real happiness here and at the here after. How lucky the believers are. They have the Super Power who has sent the Role Model and the Book of Guidance.
The Super Power is always listening and answering everything from the believers.
Pray for me, I answer it.
My Lord, you are the most loving & care.
اهدنا الصراط المستقيم 🤲🤲🤲❤️❤️❤️
Thank you very much for the whole team of LBP Warriors who always share the inspiring useful messages.
Jazakumullah khayran. 🤲🤲🤲
I just bought the book titled 31 Penyebab Lemahnya Iman. I have read the preface of the book. It explains the meaning of the word Iltizam. The one who has the characteristics of iltizam is called multazim. It refers to someone who is doing thing seriously, professionally and consistently. The LBP team members are the examples of multazim. I’m sure about it. ✍️👍🏾👍🏾👍🏾
Candra:
Aamiin.
May Allah preserve them
Wening:
aaamiin… aaamiin yaa Allah…. 💓
Muh. Hariyadi:
Ario:
Video-video Bayyinah TV ada yang disampaikan kembali di Bayyinah YouTube.
Tema hari ini tentang keadilan hakim mengingatkan saya pada video ini.
Seperti misalnya hakim menangani perkara dan kenal salah satu orang yang bersengketa, lalu memanggilnya dengan nama panggilan dia.
Kubu lawannya mungkin kurang suka, mereka mungkin akan sensitif karena mungkin hakimnya akan membuat keputusan yang bias sebab kenal baik orang yang menjadi lawannya. Dulu saya suka nonton film tema persidangan. Saya melihat tokoh-tokoh di film sangat cerdik, entah pengacara atau jaksanya. Mereka akan mencoba menggiring opini juri atau hakimnya.
Misalnya ada kasus pembunuhan bayi, belum tentu terdakwa bersalah, tapi sama pengacara/jaksa sejak pemilihan juri mereka sudah buat strategi agar para juri diisi oleh ibu atau perempuan. Agar mudah menggiring opini terdakwa bersalah atau mengarahkan keputusan para juri nantinya.
Jadi begitulah, menjadi hakim susah sekali, besar tanggung jawabnya. Tidak boleh bias, dll.
Materi LBP Hari Ke-50 Siang | Konflik Jenis Pertama
Konflik-Konflik Berikutnya
Oleh: Heru Wibowo
#MondayAlFatihahWeek8Part2
Part 2
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Konflik yang kedua adalah konflik antara orang berduit dan orang yang bekerja untuknya. Antara pemilik modal dan tenaga kerja. Antara bos dan karyawan.
Konflik antara keduanya selalu ada.
Bos bilang, “Gajimu harusnya lebih rendah dari yang sekarang. Itu pun harusnya kamu bekerja lebih keras dari yang sekarang.”
Karyawan bilang, “Enggak bisa dong! Gajiku harusnya lebih tinggi dari yang sekarang! Jam kerja pun harusnya dikurangi!”
Bos bilang, “Cutimu kebanyakan tuh.” Karyawan bilang, “Enak aja! Cutiku masih kurang, tau!”
Bener gitu kan, ya?
Selalu ada konflik.
Antara pemilik uang dan pekerja. Antara pemilik modal dan karyawan.
Juga ada konflik antara laki-laki dan wanita, yang sebelumnya sudah kita bahas.
Lalu sekarang ada lagi yang ini: konflik antara rakyat dan penguasa.
Selalu ada.
Penguasa bilang, “Bayar pajakmu kurang nih.” Lebih dari itu, untuk urusan kekuasaan dan pengendalian, penguasa menambahkan, “Aku perlu menguasai dan mengendalikan lebih banyak.”
Rakyat bilang, ”Aduuuh gimana sih ini. Yang kami butuhkan itu keringanan pajak.” Terkait urusan kekuasaan dan pengendalian penguasa, rakyat menambahkan, “Kami butuh layanan yang lebih baik dan jumlah layanannya dibanyakin. Kami juga butuh kebebasan yang lebih banyak dan lebih luas!”
People wanna be free. Governments want control.
Rakyat menginginkan kebebasan. Penguasa inginnya mengendalikan semuanya.
Begitulah.
Konflik yang konstan.
Selalu seperti itu.
“Jadi, ada berapa jenis konflik yang sudah aku sebutkan, sejauh ini?” Ustaz bertanya.
Sayup-sayup terdengar suara. Dari para murid yang mencoba menjawabnya.
“Laki-laki vs wanita. Pemilik modal vs pekerja. Apa lagi?”
“Penguasa vs rakyat.”
Jadi, ada konflik sosial (social conflict) antara laki-laki dan wanita. Ada konflik ekonomi (economic conflict) antara pemilik modal dan pekerja. Ada konflik politik (political conflict) antara penguasa dan rakyatnya.
Lalu kita move on sekarang, ke konflik internal (internal conflict) antara tubuh (body) dan jiwa (soul).
Anda punya kebutuhan spiritual (spiritual needs). Anda juga punya kebutuhan fisik (physical needs).
Anda punya kesadaran (conscience) di dalam diri yang bilang bahwa ini salah. Tapi Anda juga punya godaan (temptation) di dalam diri yang bilang: gapapa, itu oke kok, lakukan aja, no big deal.
Ada ketamakan (greed) di dalam diri kita. Tapi juga ada semacam rasa keadilan (sense of justice) di dalam diri kita.
Ada keinginan untuk mengambil apa yang tidak pantas Anda dapatkan (a desire to take what you don’t deserve.) Tapi juga ada kesadaran yang bilang, “Aku harus jadi orang yang baik. Aku harus jadi contoh yang baik. Aku harus jadi teladan.”
Ada konflik internal di dalam diri manusia.
Jadi bukan hanya konflik antara laki-laki vs wanita, pemilik modal vs pekerja, dan penguasa vs rakyatnya.
Tapi ada konflik, bahkan ‘perang’, yang terjadi di dalam diri manusia.
Apa yang akan terjadi jika, dalam ‘perang internal’ itu, kita biarkan tubuh berkuasa dan kita pilih tubuh sebagai pemenang?
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah – A Deeper Look
(1:07:00 – 1:09:05)
(bersambung in syaa Allaah ba’da ‘Ashar)
Materi LBP Hari Ke-50 Sore | Konflik Jenis Pertama
Oleh: Heru Wibowo
#MondayAlFatihahWeek8Part3
Part 3
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Jika kita biarkan ‘tubuh’ yang menguasai, berarti kita telah membunuh ‘jiwa’.
Sebaliknya, membiarkan ‘jiwa’ menguasai, berarti membunuh ‘tubuh’-nya.
Iya, kan?
Sekarang, yuk kita pikirkan yang ini: dari berbagai jenis konflik itu, siapa yang jadi ‘hakim’-nya?
Jika laki-laki yang jadi hakimnya, keputusannya akan menguntungkan laki-laki.
Jika pemilik modal yang jadi hakimnya, mereka akan menguntungkan diri mereka sendiri.
Tapi jika buruh yang jadi hakimnya, mungkin perusahannya atau bisnisnya akan hancur berantakan.
Jika penguasa yang jadi hakimnya, akan muncul kediktatoran.
Tapi jika rakyat yang jadi hakimnya, bisa terjadi anarki dan kekacauan.
Jelas kan ya, masalahnya?
Jika tubuh yang jadi hakimnya, manusia hidup tanpa jiwa.
Jika jiwa yang jadi hakimnya, tubuhlah yang merana.
Semua konflik tadi perlu kita selesaikan. Perlu kita carikan jalan keluarnya. Perlu kita temukan ‘neraca’ untuk bisa menyeimbangkannya.
Kita tidak bisa menemukan seorang hakim yang bisa menguntungkan kedua belah pihak: laki-laki dan sekaligus wanita, pemilik modal dan sekaligus karyawan, penguasa dan sekaligus rakyatnya, tubuh dan sekaligus jiwa.
Begitu susahnya mendapatkan win-win solution.
Jadi, di mana bisa kita temukan hakim yang kita cari-cari?
Di sinilah tempatnya. Di Al-Qur’an. Di Al-Fatihah.
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
Allah telah memberi kita, satu-satunya ‘hakim’ yang bisa menegakkan keadilan.
There is no other judge who can do it. Tidak ada hakim lain yang bisa melakukannya.
Until you come back to Him, the conflict will continue.
Silakan Anda cari sampai ke ujung dunia. Untuk menemukan ‘hakim’ yang mampu menegakkan keadilan. Yang seadil-adilnya. Untuk semua jenis konflik tadi.
Hanya ada satu jaminan: Anda tidak akan menemukannya.
Sampai Anda kembali pada-Nya, konflik akan terus berlanjut.
Sampai Anda kembali pada-Nya, tidak akan ada harmoni.
Al-Fatihah tidak hanya berisi keseimbangan dari segi bahasa.
Al-Fatihah tidak hanya berisi keseimbangan dalam hal tema.
Al-Fatihah tidak hanya berisi keseimbangan antara pengetahuan (knowledge) dan tindakan (action).
Al-Fatihah tidak hanya berisi keseimbangan antara usaha kita dan pertolongan Allah (iyaaka na’budu wa iyaaka nasta’iin).
Tapi Al-Fatihah juga berisi keseimbangan tentang siapa yang akan menjadi hakim.
Yang bisa memberi keseimbangan dalam segala aspek kehidupan di dunia.
Itulah Al-Fatihah.
Subhaanallaah.
Semoga Anda menikmati kajian Al-Fatihah.
Dan semoga ada pelajaran-pelajaran yang bisa kita petik darinya, in syaa Allaahu ta’aalaa.
Dari surah yang sangat-sangat indah ini.
Semoga Allah ’azza wa jall meningkatkan apresiasi kita terhadap firman-firman-Nya.
Dan membuat kita menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh haus akan petunjuk-Nya.
Yang bisa meneguk hidayah-Nya, setiap saat kita membaca firman-firman-Nya, khususnya saat membaca Al-Fatihah yang luar biasa.
Baarakallaahu lii wa lakum.
Wassalaamu ‘alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
💎💎💎💎💎
Sumber: Bayyinah TV – Quran – Surahs – Al-Fatihah – 05. Al-Fatihah – A Deeper Look
(1:09:05 – 1:11:05)
(bersambung in syaa Allaah pekan depan)
***
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.
Jazakumullahu khairan
Salam,
The Miracle Team
Lessons from Bayyinah’s Production