[LBP2020] What is The Definition of Taurat?


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Lessons from Bayyinah’s Production (LBP) Hari ke-45

Topik: Pearls of Surah Ali Imran

Rabu, 05 Agustus 2020

Materi LBP Hari Ke-45 Pagi | What is The Definition of Taurat?

Oleh : Rizka Nurbaiti 

Minggu lalu kita telah membahas makna kata Taurat melalui arti sebenarnya dan arti abstraknya. Makna sebenarnya adalah ‘untuk membuat percikan api’ dan makna abstraknya adalah ‘pengetahuan, petunjuk, bukti dan pencerahan’. 

So what is the definition of Taurat?

Maksud definisi ini bukan hanya berdasarkan dari apa yang kita ketahui saja. Seperti Taurat adalah sesuatu yang telah Allah  ﷻ turunkan. Bukan sekedar itu, tapi juga definisi Taurat berdasarkan orang-orang yang memiliki kitab tersebut. Seperti saat kita mengatakan Kitab Injil kepada seseorang atau saat kita mengatakan Old Testament (Perjanjian Lama) kepada orang-orang Yahudi. Mereka yang memiliki kitab tersebut tidak memikirkan kitabnya seperti apa yang kita pikirkan. Definisi antara kita dan mereka berbeda.

Orang-orang Yahudi tidak memikirkan Perjanjian Lama seperti apa yang kita pikirkan. Mereka memikirkan bahwa The Old Testament adalah sesuatu yang Allah ﷻ turunkan, tanpa adanya ketercampuran. Mereka berpikir bahwa Perjanjian Lama mereka adalah Kitab yang ada di rak buku mereka atau yang mereka miliki saat ini. Jadi definisi Taurat antara kita dan mereka yang memilikinya tidak sama, dan ketika mereka mendengar kata Taurat, mereka tidak memikirkan Kitab Taurat asli yang telah dirusak. Karena mereka percaya bahwa yang mereka miliki adalah Taurat yang asli. 

Sehingga ada dua sudut pandang dalam memaknai Taurat, yaitu makna Taurat dari pandangan kita dan mereka. Ustaz mengatakan bahwa ketika beliau dan beberapa tim penelitinya mencari definisi Taurat berdasarkan Jewish scholarly tradition. Mereka menemukan bahwa Taurat sebenarnya tidak hanya didefinisikan sebagai wahyu murni dari Allah ﷻ yang diberikan kepada Musa AS.

Orang-orang Yahudi tidak hanya memasukkan The Ten Commandments (Sepuluh Perintah Tuhan) ke dalam Taurat. Melainkan mereka juga memasukkan perkataan dari Nabi Musa AS. Mereka mempercayai bahwa di dalam Taurat terdapat hal yang tidak secara eksplisit (langsung) Firman Allah ﷻ, melainkan diilhami oleh Firman Allah ﷻ. Mirip seperti hadist.

Beda halnya dengan kita. Kita memiliki perbedaan yang sangat jelas antara Al-Qur’an dan Hadist, kan? Nah, hal ini tidak terjadi dalam tradisi Yahudi. Mereka memiliki Kitab Taurat yang sebenarnya mulai terjadi penggabungan antara Firman Allah ﷻ dan sabda Nabi Musa AS, atau dalam versi kita seperti jika Al-Quran dan Hadist digabungkan, dan pemisah di antara Firman Allah ﷻ dan sabda Nabi Musa AS tersebut pun tidak jelas.

Kemudian saat Nabi selanjutnya datang dan mengajarkan hal tertentu, maka mereka akan menambahkannya ke dalam Kitab Taurat juga. Jadi Kitab Taurat berisi Firman Allah ﷻ dan sabda para nabi. Terus, apakah semuanya tersebut merupakan wahyu?

Iya. Semuanya adalah wahyu. Beberapa di antaranya direct revelation (wahyu langsung) dan beberapa di antaranya indirect revelation (wahyu tidak langsung).

Seperti halnya, Al-Qur’an adalah wahyu langsung dan hadist adalah wahyu tidak langsung. Jadi itulah perbedaan antara kedua hal tersebut. Tetapi dalam kitab suci sebelumnya (Taurat), kedua hal itu telah tergabung.


Materi LBP Hari Ke-45 Siang | Al-Qur’an Sebagai Pembeda

Oleh : Rizka Nurbaiti 

Pada pembahasan sebelumnya, kita telah memahami bahwa di dalam Kitab Taurat telah terjadi penggabungan antara firman Allah ﷻ dan sabda Nabi. Selanjutnya Ustaz Nouman menekankan kepada kita agar kita memahami bahwa wahyu yang Allah ﷻ turunkan sebelumnya tidak sama dengan Al-Qur’an.

Mengapa wahyu yang sebelumnya tidak sama dengan Al-Qur’an? Karena Al-Qur’an adalah wahyu yang benar-benar hanya berisi firman Allah ﷻ (the word of Allah). Tidak ada perkataan (commentary) Rasulullah SAW di dalamnya. Sekalipun perkataan dari Rasulullah SAW diilhami oleh Allah ﷻ, ia tetap tidak termasuk di dalam Al-Qur’an. Ia sepenuhnya terpisah dan tidak ada campur baur antara firman Allah ﷻ dengan kata-kata Rasulullah SAW. Meskipun keduanya sama-sama diturunkan dari Allah ﷻ tapi keduanya tetap berbeda dan terpisah.

Dengan kata lain, sesuatu yang Allah ﷻ turunkan, tidak berarti semuanya adalah firman Allah ﷻ. Melainkan bisa merupakan petunjuk Allah ﷻ yang tidak terucapkan (unspoken guidance of Allah). By the way, prediksi akan kedatangan Rasulullah SAW terdapat di dalam Alkitab (Bible). Di dalamnya disebutkan bahwa akan datang a unique prophet (Rasul yang unik/berbeda) yang menyampaikan firman Allah ﷻ melalui mulutnya. Penjelasan tersebut seolah ingin menegaskan bahwa Rasul ini bukanlah seperti apa yang mereka pikirkan. 

Misalnya pemikiran mereka, bahwa seorang Rasul tidak menyampaikan firman Allah ﷻ  secara langsung dari mulutnya. Bahwa Rasul menerima wahyu dalam bentuk tulisan kemudian baru membacakannya atau walaupun Rasul mengucapkan kata-kata yang diilhami dari Allah ﷻ. Tapi Allah tidak secara terang-terangan mengatakan bahwa Dia akan meletakkan firman-Nya ke dalam ucapan Rasul. 

Jadi dengan penjelasan di dalam Bible tersebut, mereka mengetahui bahwa Rasul yang akan datang ini berbeda dan wahyu yang diturunkan juga berbeda. Saat Al-Qur’an diturunkan. Al-Qur’an memisahkan ia dengan yang lainnya. Memisahkan antara firman Allah yang sebenarnya dengan yang lainnya.

Hal ini dijelaskan dalam QS Ali Imran, 3:4 yaitu sebagai berikut:

مِن قَبْلُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَأَنزَلَ ٱلْفُرْقَانَ ۗ إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌۭ ذُو ٱنتِقَامٍ

“Dia menurunkan Taurat dan Injil) sebelum Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-Furqaan. Sesungguhnya orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa).”

Furqaan berarti pembeda. Jadi ayat ini menjelaskan bahwa Allah ﷻ menurunkan wahyu yang membedakan dengan jelas antara firman-Nya dengan yang lainnya. Hal ini tidak terjadi pada wahyu-wahyu sebelumnya yaitu Taurat dan Injil. Kitab Taurat merupakan entire tradition (keseluruhan tradisi). Taurat tidak hanya berisi satu hal. Ia adalah sebuah literatur yang sangat luas dan begitupun dengan Injil. 


Materi LBP Hari Ke-45 Sore | The Original Meaning of Injil

Oleh : Rizka Nurbaiti 

Pada pembahasan kali ini Ustaz menjelaskan tentang makna Kitab Injil. Kitab suci Kristen memiliki variasi nama yang berbeda-beda. Dalam bahasa Yunani, kitab suci tersebut bernama “Euangelion” atau “Evangelion”. Orang-orang Perancis menyebutnya “Injil”. Di Italia disebut “Hollow”. Bahasa Arab menyebutnya “Injil”. Di Jerman dinamakan ”Evangelium”. Dalam bahasa Inggris dapat disebut “Evangel”.

Unfortunately, istilah yang paling populer untuk Buku ini adalah ”Gospel” yang merupakan singkatan dari bahasa Inggris kuno yaitu “God” dan “spell”, yang berarti  ”good saying” atau ”good story”, “perkataan baik” atau “kabar baik”. 

Kata tersebut diciptakan oleh Early Christian Scholars yang memahami arti kata “Euangelion”. Dimana bagian pertama “eu” berarti “baik” dan “angelion” berarti “kabar”. Sehingga ketika  digabungkan menjadi “good news” or “good word”, “kabar baik” atau ”perkataan baik”. Jadi jika kita mendengar mereka mengatakan “good word”, maka yang mereka maksud adalah “gospel”. Berdasarkan penjelasan Ustaz Nouman, kata tambahan “eu” yang dalam bahasa Yunani berarti “baik”, sudah sesuai berdasarkan terjemahannya.

Namun, terjemahan kata “angelion” yang mereka gunakan kurang tepat. Kata “angelion” merupakan terjemahan dari Hebrew (bahasa Ibrani) yang berasal dari nama yang diberikan Isa AS untuk bukunya. 

Dimana beliau namakan bukunya dengan “Hegelian”. Kata “Hegelian” yang berasal dari bahasa Hebrew tersebut mengandung huruf “ga”, sedangkan, bahasa Arab tidak memiliki huruf “ga”. Jadi kata “Injil” di dalam bahasa Arab tersusun dari jim-lam-ya  atau jim-la-wa. Sedangkan, dalam bahasa Hebrew susunan katanya adalah ga-la-ya. 

Kata “jala” dalam bahasa Arab berarti sesuatu yang brilian, bukti yang nyata, sesuatu yang tidak bisa disembunyikan. Seperti kata “tajalli”. Jadi original meaning dari Injil adalah the most evidence atau the most clear (bukti yang nyata).

Kata “jala” juga digunakan untuk mengatakan “cermin”. Dimana cermin adalah barang yang dapat membuat segala sesuatu nampak jelas. Sehingga kata tersebut juga digunakan untuk mengatakan “cermin”. Allah menjelaskan wahyu yang Ia berikan kepada Isa AS di dalam QS Al-Baqarah, 2:87,

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ ۖ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus.”

Ayat tersebut telah menjelaskan bahwa Allah memberikan kepada Isa AS Al-Bayyinah. Bukti yang nyata. Bukti-bukti kebenaran. Mungkin kebanyakan dari kita berpikir bahwa bayyinah yang diberikan kepada Isa AS adalah ketika dia berbicara saat masih bayi, atau berbagai mukjizat yang ia miliki. Tetapi sesungguhnya kata “bayyinah” pada ayat ini juga merujuk kepada “Injil”. Karena makna dari Injil adalah “bayyinah” yang berarti “bukti yang nyata”.

Seperti firman Allah dalam QS Az-Zukhruf, 43:63

وَلَمَّا جَآءَ عِيسَىٰ بِٱلْبَيِّنَـٰتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُم بِٱلْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُم بَعْضَ ٱلَّذِى تَخْتَلِفُونَ فِيهِ  ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ

“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku.”

Jadi Injil adalah suatu klarifikasi (clarifier). Nah, ini adalah hal yang penting karena makna ini merujuk kembali kepada QS Ali ‘Imran, 3:3

نَزَّلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ

“Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.”

Al-Qur’an datang untuk mengonfirmasi Taurat dan Injil juga datang untuk mengonfirmasi Taurat. Membenarkan kebenaran yang ada di dalamnya dan menjelaskan hal yang tidak benar di dalamnya.

(bersambung insya Allah minggu depan)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Lessons from Bayyinah’s Production

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s