[LBP2020] Keseimbangan antara Ilmu dan Amal


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Lessons From Bayyinah Production (LBP) Hari Ke-43

Topik: Last Ayah from Al-Fatihah

Senin, 03 Agustus 2020

Materi LBP Hari Ke-43 | Keseimbangan antara Ilmu dan Amal

Oleh: Nurfitri Anbarsanti

Mari kita lihat permulaan dari Al-Fatihah:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ

Seluruh ayat ini berbicara tentang knowledge (ilmu). Melalui ayat ini, kita jadi mengetahui siapa dan bagaimana Allah ﷻ itu. Betapa banyak tanda-tanda kekuasaan-Nya, betapa besar kasih sayang-Nya, betapa besar kuasa-Nya. Melalui ayat-ayat ini, kita mendapatkan ilmu. 

Lalu, ayat-ayat tadi berlanjut ke ayat berikutnya:

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

Di ayat ini, kita siap untuk beraksi nyata.

Jadi, di permulaan surat Al-Fatihah, dimulai dengan ilmu, lalu di ayat selanjutnya, kita siap untuk beramal nyata.

Dalam agama kita, yaitu agama Islam, amal dan ilmu sangatlah penting. Ketika kita telah mempelajari sesuatu, kita harus mengamalkannya. Kita harus terus-menerus belajar dan beramal.

Lalu, ayat selanjutnya adalah 

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ 

Di ayat ini, kita meminta petunjuk. Lalu setelah itu, ada berapa jumlah kelompok orang yang dibicarakan di surat Al-Fatihah? Ya, ada tiga.

Pertama, orang-orang yang ada di jalan yang lurus; yang kedua, orang-orang yang terkena marah; dan terakhir, orang-orang yang tersesat.

Nah berarti, bagian pertama dari Al-Fatihah adalah tentang ilmu. Bagian keduanya adalah tentang amal, karena اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ adalah tentang amal. Bagian ketiganya adalah permintaan kita kepada Allah ﷻ. 

Kita meminta kepada Allah ﷻ agar kita dijadikan sebagai orang-orang yang memiliki amal dan ilmu. Lalu kita juga meminta, “Ya Allah, jauhilah kami dari menjadi orang yang memiliki ilmu tapi tidak beramal, dan jauhilah kami dari menjadi orang yang beramal tapi tidak berilmu.”

Jadi, keseluruhan Al-Fatihah adalah tentang keseimbangan antara amal dan ilmu. Dari awal sampai akhir, seluruhnya.


Materi LBP Hari Ke-43 | Tiga Kelompok Besar Manusia

Oleh: Nurfitri Anbarsanti

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Lebih jauh, keseimbangan ini terus berlanjut. 

Di Al-Fatihah tadi, di bagian pertama, Allah ﷻ memperkenalkan betapa luas ilmu-Nya kepada kita. Lalu, kita meminta diberi petunjuk, dan petunjuk itu akan datang secara personalized. 

Maksud dari personalized adalah, petunjuk yang datang akan sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, dengan cara unik yang paling cocok dengan pribadi dan karakter kita. Nah, populasi manusia di dunia ini, dibagi ke dalam tiga jenis manusia. Hanya ada tiga jenis manusia. Tidak peduli apapun budayanya, apapun bangsanya, apapun bahasanya, apapun etnisnya dan apapun kenegaraannya. Pasti hanya terbagi menjadi tiga kelompok. Siapakah mereka?

(1) الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ  

(2)  الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ 

(3)  الضَّاۤلِّيْنَ

Ketika berbicara tentang ‘sikap terhadap petunjuk’, maka inilah kelompok besar populasi manusia yang ada di dunia ini:

1️.) Kelompok pertama, orang yang selalu mencari inspirasi dari teladan-teladan di masa lalu.

Seperti kita tahu, tiga generasi terbaik dalam Islam adalah tiga generasi pertama, yaitu generasi Nabi Muhammad SAW dan para shahabatnya; generasi tabi’in (yang mengikutinya dengan baik); dan generasi tabi’ut tabi’in (yang mengikuti pengikutnya dengan baik). 

2️.) Kelompok kedua, orang yang tahu tapi tidak peduli. Mereka cerdas dan berilmu (agama), tapi tidak mau mengamalkan ilmunya.

3️.) Kelompok ketiga, yaitu orang yang sudah beramal, tapi amalnya salah. Mereka tetap tidak peduli dan tidak ingin belajar sama sekali. 

Na’udzubillah. Semoga Allah menjadikan kita termasuk ke dalam kelompok yang pertama, dan menjaga kita agar tidak keluar dari rel hidayah, yaitu agar tidak masuk ke kelompok kedua atau ketiga.

Lalu, suasana ruangan tempat Ust. Nouman mengajar saat itu hening sesaat, lalu Ust. Nouman memecah kesunyian dengan sebuah pertanyaan.

“Apa surat terakhir di dalam Al-Quran?”

Mengapa Ust. Nouman menanyakan hal itu? Apa hubungannya dengan Al-Fatihah yang sedang hangat-hangatnya dibahas kali ini?


Materi LBP Hari Ke-43 | Perbandingan antara Surat Pembuka dan Surat Penutup

Oleh: Nurfitri Anbarsanti

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

Tentu kita tahu bahwa surat terakhir dalam Al-Qur’an adalah surat An-Naas.

Mari kita amati kedua surat ini, yaitu Al-Fatihah sebagai surat pembuka dan surat An-Naas sebagai surat penutup Al-Qur’an.

Surat pembuka, diawali dengan sesuatu yang positif, yaitu اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. Sedangkan surat penutup diawali dengan قُلْ اَعُوْذُ. Al-Fatihah dimulai dengan sesuatu yang positif, sedangkan An-Naas dimulai dengan sesuatu yang negatif, maksudnya, kita meminta perlindungan dari sesuatu yang negatif.

Di surat pembuka, terdapat رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ, sedangkan di surat penutup, digunakan bahasa lain, tapi konsepnya sama, yaitu رَبِّ النَّاسِ. Jadi, kedua surat ini menegaskan posisi Allah sebagai رَبٌّ.

Lalu, di surat Al-Fatihah ada مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ, sedangkan di surat An-Naas, ada مَلِكِ النَّاسِۙ.  Kedua surat ini menegaskan posisi Allah sebagai مٰلِكٌ.

Di surat Al-Fatihah, ada اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ, hanya kepada Allah-lah kita menyerahkan diri kita. Lalu, apa yang ada di surat An-Naas? اِلٰهِ النَّاسِۙ. Seperti yang kita tahu bahwa definisi dari اِلٰهٌ adalah Al-Ma’bud, yaitu sesuatu yang diabdi.  Jadi, kedua surat ini menegaskan posisi Allah sebagai اِلٰهٌ. 

Jadi, posisi Allah ditegaskan di kedua surat ini, yaitu رَبٌّ (Rabb), مٰلِكٌ (Malik), dan اِلٰهٌ (Ilah). 

Di surat Al-Fatihah, kita menyebut lagi hal yang positif, yaitu الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ, dan lalu dilanjutkan dengan dua hal yang negatif, yaitu الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ dan الضَّاۤلِّيْنَ.

Di surat An-Naas, kita juga meminta perlindungan dari sesuatu yang negatif. Ada dua hal yang negatif yang disebutkan di surat An-Naas, yaitu 

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِ

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

yang berarti ada dua jenis kejahatan di sini, kejahatan dari bisikan jin dan kejahatan dari bisikan manusia.

Jadi, Al-Quran benar-benar seimbang. Dari awal sampai akhir, dari surat pembuka sampai surat penutup. 

Ketika kita mempelajari surat An-Naas, itu membuat kita mengerti surat Al-Fatihah lebih baik. Kedua surat ini menggambarkan betapa Al-Quran itu mengalir dan bagaimana ayat-ayat Al-Quran saling terhubung antara satu ayat dengan yang lainnya.

Nah, kita telah berbicara tentang keseimbangan kan ya. Ada satu contoh keseimbangan yang sangat powerful dalam kitab Allah, menurut Ust. Nouman Ali Khan. Kita sebagai manusia, memiliki beberapa masalah yang sulit diselesaikan. Apakah itu?

(Bersambung إنْ شاء الله  minggu depan)


Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,
The Miracle Team
Lessons from Bayyinah’s Production

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s