بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Lessons from Bayyinah Production (LBP) Hari Ke-39
Topik: Divine Speech
Kamis, 30 Juli 2020
Materi LBP Hari Ke-39 | Pendahuluan Mengenai Verbal Idioms (Part 1)
Oleh: Rizka Nurbaiti
Pada minggu pertama LBP, telah dijelaskan bahwa materi divine speech dibagi menjadi dua bagian, yaitu tinjauan mikro (micro studies) dan tinjauan makro (macro studies). Saat ini kita akan membahas tinjauan mikro. So, kita flashback sedikit mengenai pengertian tinjauan mikro terlebih dahulu, yah.
Tinjauan mikro yaitu ketika kita mencoba memahami ayat Al-Qur’an dengan jarak dekat. Meninjau bagaimana Allah ﷻ menggunakan kata-kata tertentu di dalam Al-Qur’an. Bagian pertama pada pembahasan tinjauan mikro yaitu verbal idioms.
Apa yang dimaksud idiom?
Semua bahasa, memiliki cara mengatakan sesuatu secara langsung dan tidak langsung. Salah satu contoh perkataan langsung dalam bahasa inggris yaitu kata I gave. I gave merupakan kata yang maknanya dapat diturunkan dari definisi langsung. “I” adalah “saya” dan “gave” adalah “memberi”. I gave berarti “saya memberi”. Selain itu, bahasa juga memiliki ungkapan yang maknanya tak dapat diturunkan dari definisi langsung. Seperti kata I gave up. Ketika kita mengatakan I gave artinya “saya memberi”. Like “I gave time”, “I gave money”, “I gave a gift”, “I gave a present”, etc. Seperti “saya memberi waktu”, “saya memberi uang”, “saya memberi hadiah”, “saya memberi hadiah”, dll.
Tetapi ketika kita mengatakan I gave up apakah berhubungan dengan memberi juga? Tidak, kan? I gave up berarti “saya menyerah”. Jadi kata gave yang di dalam kamus memiliki arti “memberi”. Jika ditambahkan kata up, menjadi I gave up, artinya berubah menjadi “saya menyerah”. Hal ini menunjukkan, bahwa makna dari keduanya sepenuhnya telah berubah. “memberi” menjadi “menyerah”.
Perbedaan makna seperti contoh di atas tidak hanya terjadi pada gabungan kata seperti gave up. Melainkan juga bisa terjadi pada satu kata yang sama. Satu kata yang sama bisa memiliki makna yang berbeda. Seperti kata site. Jika kita berbicara dengan pekerja konstruksi, maka yang dia maksud adalah construction site atau lokasi konstruksi. Jika kita berbicara dengan seorang web developer, maka yang dia maksud adalah website atau situs web. Demikian pula, pada kata journal. Jika kita berbicara dengan seorang akuntan, maka dia memikirkan tentang jurnal akuntansi. Jika kita berbicara dengan seorang akademisi, dia memikirkan tentang jurnal akademik. Jika kita berbicara dengan anak perempuan, yang dia pikirkan adalah jurnal pribadi atau buku diary.
Isinya berisi curhatan, “Dear diary, hari ini adalah hari yang indah,’ hehehe…
So, kata site dan journal bisa memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda. Dengan kata lain, kita tidak bisa mempelajari bahasa hanya dengan mencari arti katanya di dalam kamus, serta mengatakan bahwa, ini arti dari kata ini. Seakan setiap kata memiliki satu arti. Itu tidak bisa kita lakukan.
Kita tidak bisa mengartikan sesuatu hanya dengan melihat satu per satu kata. Language is alive. Bahasa itu hidup dan juga dinamis. Bahasa dapat digunakan dengan berbagai cara. Bahasa memiliki figure of speech atau kata kiasan yang tidak dapat kita artikan hanya berdasarkan arti per katanya saja.
Materi LBP Hari Ke-39 | Figure of Speech (Part 2)
Oleh: Rizka Nurbaiti
Suatu bahasa memiliki kata kiasan (figure of speech) yang maknanya tidak dapat diartikan secara langsung berdasarkan arti dari masing-masing kata-nya. So, dapat dikatakan bahwa verbal idioms adalah sejenis figure of speech.
Apa itu figure of speech?
Untuk dapat memahami figure of speech, ustaz memberikan contoh penggunaan figure of speech dalam percakapan sehari-hari. Pada bahasa Inggris, jika kita ingin mengatakan sesuatu sangat mengagumkan, apa yang akan kita katakan?
“It’s cool!”
Adakah cara lain untuk mengatakan “sesuatu sangat mengagumkan”? Cara lain untuk mengatakan “sesuatu yang sangat mengagumkan” selain it’s cool yaitu it’s poppin atau it’s cracking. So, setiap kata memiliki kata lain untuk menggantikannya. Menurut ustaz Nouman Ali Khan, setiap 10 tahun kata tersebut dapat berubah karena language is alive.
Kemudian ustaz juga mengatakan jika lawan bicara kita tidak mengetahui ungkapan it’s cool, maka mereka bisa salah paham dalam mengartikan ucapan kita.
Misal kita baru tiba di bandara Malaysia, setelah itu kita naik taksi. Kemudian di dalam taksi kita melihat pohon palem. Kita berkata, “Wow, it’s cool!”
Kemudian sopir taksi merespon ucapan kita dengan mengatakan, “No, actually it’s hot”. “Tidak, sebenarnya ini panas.” Hehehe.
So, percakapan kita dan sopir taksi tersebut tidak nyambung karena sopir taksi tersebut tidak memahami ucapan yang kita maksud. Karena kita mengucapkan figure of speech. So, kita tidak sedang berbicara mengenai suhu. Kita hanya mengungkapkan kekaguman, seperti mengatakan “this is nice.”
Contoh ini menunjukkan bahwa terkadang kita tidak bisa mengartikan sesuatu dengan hanya menggunakan arti masing-masing kata secara harfiahnya saja. Sometimes you cannot take the words literally. Terkadang kita harus mengambilnya secara kiasan dan hal ini terjadi pada semua bahasa.
So, dalam mempelajari bahasa kita perlu mengetahui kata kiasan yang biasa mereka gunakan sehingga kita bisa mengartikannya dengan tepat. Tidak salah paham seperti pak sopir taksi tadi. Selanjutnya ustaz memberikan contoh lain yaitu kata “what’s up?”
Apa arti dari “what’s up?”
Artinya adalah “how are you?” , “what’s going on in your life?” yang dalam bahasa Indonesia berarti apa kabar?
Mungkinkah saat kita berkata what’s up kepada teman kita tanggapannya menjadi seperti ini:
“I don’t see what’s up to you. Let me check.”
Saya tidak melihat apa-apa di atas kamu. Coba saya cek. Karena kata “up” secara harfiah berarti “di atas”.
Ini adalah contoh miscommunication yang lain lagi. Kalau anak-anak jaman sekarang bilangnya beda server, hehehe. Contoh yang lainnya. Misalnya ada orang Indonesia datang ke New York. Mereka mengetahui arti kata “what”. Mereka mengetahui arti kata “is”. dan juga mengetahui arti kata “up”. Kemudian setelah pesawat mereka landing mereka berangkat menuju hotel dengan menggunakan taksi.
Sopir taksi kemudian menyapa mereka, “What’s up, man?”.
Kemudian dijawab, “No, I wasn’t up. I already landed.” Saya tidak sedang di atas. Saya telah mendarat. Hehehe. Jadi mereka beda server lagi alias tidak nyambung. Kenapa hal tersebut bisa terjadi? Hal itu dapat terjadi karena si lawan bicara tidak memahami ucapan yang dimaksud. Dia hanya mengerti arti dari masing-masing katanya saja.
Contoh lainnya dan kali ini contohnya bahasa Indonesia. Misalnya, kita sedang berdiskusi dengan tiga orang teman kita. Lalu kita lagi asik cerita ke mereka. Tapi mereka malah asyik ngobrol berdua saja. Jadi, kita bilang, “Kacang, kacang.”
Tapi karena beda server mereka malah bingung dan mengatakan, ” Kamu pengen makan kacang?” Hehehe. Padahal “kacang” yang dimaksud adalah “dikacangin” atau dicuekin. Entah bagaimana kata “dikacangin” bisa berarti “dicuekin”. Itulah figure of speech hehehe.
Sebenarnya bahasa Arab juga begitu. Sejak dahulu, bahasa Arab memiliki figure of speech (kata kiasan) dan mereka memiliki beberapa ekspresi dengan kata kiasan tersebut. Mereka banyak menggunakan kata tersebut sehari-hari. Menariknya, Allah ﷻ menggunakannya juga di dalam Al-Qur’an. Dengan kata lain, jika kita benar-benar ingin memahami apa yang dikatakan Allah ﷻ maka kita harus memahami bagaimana mereka menggunakannya kata tersebut sebelumnya.
Contoh kata kiasan yang terdapat di dalam Al-Qur’an yaitu قُرَّةَ اَعۡيُنٍ (qurrata a’yun). Coolness of the eyes. Penyejuk mata. Apa makna dari coolness of the eyes?
Materi LBP Hari Ke-39 | Dua Makna dari Coolness of The Eyes (Part 3)
Oleh: Rizka Nurbaiti
Sekarang kita membahas salah satu contoh dari figure of speech yang digunakan oleh orang-orang Arab yaitu coolness of the eyes. Apa makna dari coolness of the eyes?
Kalau dilihat dari arti secara harfiah. Maka kita bisa mengambil kulit pisang. Kemudian mendinginkan mata kita dengan kulit pisang tersebut hehehe. Apakah itu maksudnya? Apakah mata yang didinginkan dengan kulit pisang 🍌 adalah coolness of the eyes?
Tidak, kan?
Dalam bahasa Arab, terdapat bahasa kiasan mengenai mata yang biasa mereka gunakan yaitu coolness of the eyes dan warmth of the eyes. “Penyejuk mata“ dan “penghangat mata”.
Orang-orang Arab mengatakan:
أسخن الله عينه
Ashanallaahu ‘aynahu. May Allah warm his eyes. Semoga Allah membuat matanya menjadi perih. Mereka menggunakan kata tersebut ketika mereka mengutuk seseorang. Mereka mengatakan “saya berharap kamu menangis dengan penuh kesedihan sehingga mata kamu menjadi perih”. So, maksud dari mata menjadi perih disini bukan dengan cara berdiri di dekat kompor atau bukan saat memotong bawang, hehehe. Tapi maksudnya adalah mereka berharap kamu diselubungi oleh banyak hal yang menjadikan matamu perih. Berharap kamu meneteskan air mata kesedihan.
Kemudian, apa lawan kata dari warming the eyes? Lawan katanya adalah cooling the eyes atau penyejuk mata. Apa makna dari cooling the eyes? Cooling the eyes berarti meneteskan air mata kebahagiaan. Ketika kita sangat bahagia, hingga kita menangis. Orang-orang Arab menyebutnya “cooling the eyes.”
Ketika kamu sangat sedih, hingga kamu menangis. Orang-orang Arab menyebutnya “warming the eyes“. Agar kita dapat lebih mudah memahaminya, ustaz memberikan contoh cerita untuk keduanya. Ketika kita berada di bandara, kita melihat ada dua orang ibu. Ibu pertama sedang berada di terminal keberangkatan dan ibu kedua berada di terminal kedatangan. Ibu yang berada di terminal keberangkatan, berarti sedang mengantar kepergian anaknya. Sedangkan ibu yang berada di terminal kedatangan, berarti sedang menunggu kedatangan anaknya.
Kedua ibu tersebut sama-sama menangis, tapi apakah tangisan kedua ibu tersebut sama?
Tidak, kan? Ada yang menangis karena kesedihan dan ada yang menangis karena saking bahagianya. Jadi mata ibu yang mana yang sejuk? Ibu yang berada di terminal kedatangan. Dia melihat putranya. Dia menangis. Tetapi ini adalah air mata kebahagiaan karena menyambut kedatangan putra kesayangannya. Sebaliknya mata yang perih adalah mata seorang ibu yang berada di terminal keberangkatan, yaitu Ibu yang mengucapkan selamat tinggal pada putranya.
Ibu tersebut sangat sedih hingga ia menangis. Jadi air mata yang ia keluarkan adalah air mata kesedihan. Sehingga maksud dari “coolness of the eyes” adalah tangisan kebahagiaan. Being tears of happiness. Kemudian ustaz melanjutkan penjelasan lain tentang makna “coolness of the eyes“.
Ketika orang-orang Arab melakukan perjalanan di padang pasir, mereka akan mengenakan pakaian tebal. Mengapa mereka mengenakan pakaian yang tebal di padang pasir yang panas? Mereka mengenakan pakaian yang tebal untuk melindungi diri mereka. Karena pakaian tebal merupakan perlindungan terbaik terhadap cuaca yang sangat panas. Mereka mengenakan turban yang sangat besar untuk menutup seluruh wajah mereka kecuali mata.
Karena jika mata ditutup, nanti nggak bisa lihat, kan? Hehehe
Ketika ada badai pasir, mereka harus menutupi wajahnya untuk melindungi wajah mereka dari terpaan badai pasir. Tetapi mereka tidak mampu melindungi mata mereka. Jadi mata mereka akan bermasalah jika terjadi badai pasir. Berbeda dengan manusia, unta tidak memiliki masalah tersebut. Mengapa? Karena Allah menciptakan mata unta dengan sangat spesial. Kelopak mata unta didesain dapat menangkap pasir dan menjatuhkannya ke bawah seperti wiper system (sistem penyeka). Sedangkan, manusia tidak memilikinya. Jadi ketika terjadi badai pasir, kemudian pasir tersebut mengenai mata mereka, maka akan membuat matanya perih.
Ketika itu terjadi mereka sering berkata bahwa “my eyes are warmed” atau mata saya perih, untuk melindung mata mereka agar tidak perih karena kemasukan pasir. Mereka berlindung di sebuah gua, gundukan atau tempat semacamnya. Saat berlindung tersebut mereka merasa lega (relieved). Nah saat itu terjadi mereka berkata “my eyes have become cold”. Mataku menjadi sejuk.
Dengan kata lain, eyes becoming cold atau mata menjadi sejuk. Juga digunakan untuk mengungkapkan bahwa mereka mendapatkan pertolongan (find relief). Jadi, sekarang kita telah mendapat dua arti dari “coolness of the eyes“. Arti pertama adalah air mata kebahagiaan. Arti kedua adalah pertolongan (relief). Pertolongan seperti saat terjadi badai kemudian akhirnya kita menemukan bantuan yang dapat melindungi diri kita.
(bersambung insya Allah minggu depan)
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.
Jazakumullahu khairan.
Salam,
The Miracle Team
Lessons from Bayyinah’s Production
[…] 30 July 2020 https://nakindonesia.com/2020/08/07/lbp2020-pendahuluan-mengenai-verbal-idioms/ […]
LikeLike