Lessons from Bayyinah Production (LBP)
Hari ke-36
Topik: Pearls of Last Ayah Fatihah
Senin, 27 Juli 2020
Materi LBP Hari Ke-36 Pagi | Keseimbangan dalam Al-Qur’an
Oleh: Indri Djangko
Alhamdulillah di pekan sebelumnya kita sudah bahas tentang ayat ke-6 dan ke-7. Tentang bagaimana kita harus meresapi bahwa ayat-ayat terakhir Al-Fatihah ini harus kita mintakan kepada Allah agar kita tidak menjadi golongan orang-orang yang:
1) mengetahui tetapi masih melakukan pelanggaran
2) tidak tahu, atau tidak ingin tahu dan membiarkan diri menjadi tersesat.
Mulai pekan ini mari kita bahas konektivitas antar ayat di dalam QS Al-Fatihah maupun kesempurnaan QS Al-Fatihah secara menyeluruh. Konektivitas dan kesempurnaan ini salah satunya adalah dalam hal keseimbangan. A perfect balance.
Keajaiban Al-Qur’an bersifat mahal dan tidak bisa didapatkan secara cuma-cuma. Cara untuk mendapatkan keajaiban demi keajaiban tersebut adalah mendalami dan tadabur Al-Qur’an. Dari aktivitas ini kita akan semakin takjub dengan kesempurnaan Al-Qur’an dan tentunya tujuan akhirnya yaitu harus menambah keimanan kita kepada Allah dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman.
Salah satu kata kunci keajaiban Al-Qur’an adalah keseimbangan. Keseluruhan isi Al-Qur’an adalah gambaran keseimbangan yang luar biasa sempurna. Jika dikaji lebih lanjut dan seksama, antar surat bahkan antar ayat dalam Al-Qur’an pun mempunyai keseimbangan luar biasa. Nah, sejak bagian awal Al-Qur’an yaitu QS Al-Fatihah, keseimbangan ini disajikan secara luar biasa mendalam, indah, dan menjadi contoh dari keseimbangan keseluruhan Al-Qur’an.
Sebelum menjelaskan keseimbangan yang sempurna dalam QS Al-Fatihah, Ust. Nouman sudah menegaskan bahwa keseimbangan dalam surat ini, humanly impposible. Tidak ada manusia yang mampu menciptakan keseimbangan sesempurna keseimbangan Al-Fatihah.
Lalu, apa yang membuat QS Al-Fatihah memiliki keseimbangan yang sempurna?
Bersambung insyaAllah _ba’da Zhuhur_.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Surahs > Al-Fatihah > 05. Al-Fatihah – A Deeper Look (55:55-01.00.15)
⚖️⚖️⚖️
Keseimbangan dalam Al-Fatihah
Oleh: Indri Djangko
#MondayAlfatihahWeek6Part2
Part 2
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Apa yang membuat QS Al-Fatihah memiliki keseimbangan yang sempurna?
Untuk memudahkan, keseimbangan di dalam QS Al-Fatihah dibagi menjadi tiga:
1) Keseimbangan dalam satu ayat
2) Keseimbangan dan interkoneksi antar ayat
3) Keseimbangan dan kesinambungan antar topik (satu topik terdiri atas satu atau beberapa ayat)
1️⃣
Kita bahas dulu contoh keseimbangan dalam satu ayat, yaitu keseimbangan dan perpaduan antara _praise_ dan thanks. Antara memuji dan berterima kasih.
Jika kita hanya melontarkan pujian, maka kita tidak otomatis sekaligus berterimakasih. Dan sebaliknya, ketika kita berterimakasih, belum tentu kita juga memuji.
Praise dan thanks harus diseimbangkan, dan Allah menggunakan kata ‘Hamd’ yang mencakup pujian dan ucapan terimakasih.
See? Dari satu kata pertama saja Allah sudah menunjukkan keseimbangan. Tidak berat sebelah dan justru mencakup semua makna, hanya dengan kata ‘Hamd’. Sejak awal, QS al-Fatihah udah powerful banget, dan balanced banget, kan.
Contoh keseimbangan dalam satu ayat lainnya, yaitu iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in_ yang berbicara tentang Allah dan kita. Bagian pertama ayat ini, iyyaka na’budu, kita bicara tentang berbuat sesuatu untuk Allah, beribadah. Sementara bagian kedua, iyyaka nasta’in, kita bicara tentang diri kita yang minta pertolongan Allah.
2️⃣
Sekarang kita masuk ke keseimbangan dan interkoneksi antar ayat dalam QS Al-Fatihah. Jika kita hanya mengucapkan Ar-Rahman Ar-Rahiim, maka kita hanya memanfaatkan kebaikan Allah aja. Bagaimana menyeimbangkannya? Kita perlu lanjut ke ayat selanjutnya, maaliki yaumiddin. Dengan menyadari bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta menguasai hari pembalasan, maka menjadi seimbanglah sifat-sifat kasih sayang dan adil-nya Allah.
3️⃣
Selanjutnya mari kita bahas keseimbangan melalui topik dalam QS Al-Fatihah. Surah ini dapat dibagi menjadi 3 topik:
– Topik 1: Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin, Ar-Rahmaan ar-Rahiim, Maaliki yaumiddiin >> ketiga ayat tersebut berbicara tentang Allah.
– Topik 2: Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’inu >> ayat ini berbicara tentang hubungan kita dengan Allah
– Topik 3: _Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathalladziina an’amta ‘alaihim, ghairilmaghdhuubi ‘alaihim, walaadhdhooliin >> 2 ayat terakhir berbicara tentang kita manusia.
Dari uraian di atas, apakah sudah terlihat keseimbangannya?
Penjelasannya insyaAllah ba’da Ashar yaa.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Surahs > Al-Fatihah > 05. Al-Fatihah – A Deeper Look (55:55-01.00.15)
⚖️⚖️⚖️
Keseimbangan dalam Al-Fatihah
Oleh: Indri Djangko
#MondayAlfatihahWeek6Part3
Part 3
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Mari kita scroll chat WA kita sedikit ke atas, ke part 2. Di mana letak keseimbangan pembagian topik dalam QS Al-Fatihah?
Dilihat dari pembagian topiknya dan posisi ayatnya, ayat-ayat yang berbicara tentang Allah (ayat 2-4) dan ayat-ayat yang berbicara tentang manusia (ayat 6-7), dijembatani dan diseimbangkan oleh ayat yang berbicara tentang Allah dan manusia (dalam satu ayat, yaitu ayat 5).
Keseimbangan melalui pembagian 3 topik ini masih panjang penjelasannya. Mari kita naik _step_ lagi. Kita bicara dulu tentang verb (kata kerja) dan noun (kata sifat) dalam bahasa Arab. Beberapa kalimat dalam bahasa Arab adalah kalimat noun. Dan beberapa kalimat adalah kalimat verb. Uniknya, perbedaan ini menunjukkan kualitas kalimat tersebut. *Kalimat noun bersifat abadi, timeless, sedangkan kalimat verb bersifat temporer*.
Mari kita lihat lagi pembagian topik QS Al-Fatihah. Topik tentang Allah semuanya adalah kalimat noun, yang berarti semua tentang Allah dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah abadi.
Selanjutnya, topik tentang manusia, semuanya menggunakan kalimat verb: ihdinaa, an’amta, dll. Bentuk verb ini menunjukkan bahwa semua tentang manusia di dunia ini bersifat temporer (dipergilirkannya susah-senang, sakit-sehat, suka-duka, kedudukan, lapar-kenyang, dsb).
Sebagai jembatannya, topik tentang Allah dan kita yang posisinya menjadi penyeimbang pada ayat 5, terdiri dari kalimat verb yang diawali dengan noun.
Apakah penjelasan tentang keseimbangan di dalam QS Al-Fatihah selesai sampai di situ?
Tunggu dulu, mari kita bicara lebih lanjut tentang keseimbangan dalam menjembatani kesimpulan dan pengantar, conclusion dan introduction.
Lagi-lagi ayat 5 menjadi ‘jembatan’ penghubung antara ayat-ayat tentang Allah dan ayat-ayat tentang manusia.
Iyyaka na’budu adalah kesimpulan dari 3 ayat pertama tentang Allah.
Allah, Rabb semesta alam, Ar-Rahmaan Ar-Rahiim, dan yang menguasai hari pembalasan, adalah Allah yang hanya pada-Nya kita menyembah.
Kemudian, iyyaka nasta’in adalah pengantar untuk 2 ayat terakhir yang berbicara tentang kebutuhan manusia.
Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Kemudian seterusnya sampai akhir surat adalah jenis pertolongan yang kita butuhkan: jalan yang lurus, bukan jalan orang yang dimurkai maupun yang tersesat.
Penjelasan keseimbangan dalam QS Al-Fatihah masih terus berlanjut, insyaAllah kita bahas pekan depan.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Surahs > Al-Fatihah > 05. Al-Fatihah – A Deeper Look (55:55-01.00.15)
⚖️⚖️⚖️
Keseimbangan dalam Al-Fatihah
Oleh: Indri Djangko
#MondayAlfatihahWeek6Part3
Part 3
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ
Mari kita scroll chat WA kita sedikit ke atas, ke part 2. Di mana letak keseimbangan pembagian topik dalam QS Al-Fatihah?
Dilihat dari pembagian topiknya dan posisi ayatnya, ayat-ayat yang berbicara tentang Allah (ayat 2-4) dan ayat-ayat yang berbicara tentang manusia (ayat 6-7), dijembatani dan diseimbangkan oleh ayat yang berbicara tentang Allah dan manusia (dalam satu ayat, yaitu ayat 5).
Keseimbangan melalui pembagian 3 topik ini masih panjang penjelasannya. Mari kita naik step lagi. Kita bicara dulu tentang verb (kata kerja) dan noun (kata sifat) dalam bahasa Arab. Beberapa kalimat dalam bahasa Arab adalah kalimat noun. Dan beberapa kalimat adalah kalimat verb. Uniknya, perbedaan ini menunjukkan kualitas kalimat tersebut. Kalimat noun bersifat abadi, timeless, sedangkan kalimat verb bersifat temporer.
Mari kita lihat lagi pembagian topik QS Al-Fatihah. Topik tentang Allah semuanya adalah kalimat noun, yang berarti semua tentang Allah dalam ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah abadi.
Selanjutnya, topik tentang manusia, semuanya menggunakan kalimat verb: ihdinaa, an’amta, dll. Bentuk verb ini menunjukkan bahwa semua tentang manusia di dunia ini bersifat temporer (dipergilirkannya susah-senang, sakit-sehat, suka-duka, kedudukan, lapar-kenyang, dsb).
Sebagai jembatannya, topik tentang Allah dan kita yang posisinya menjadi penyeimbang pada ayat 5, terdiri dari kalimat verb yang diawali dengan noun.
Apakah penjelasan tentang keseimbangan di dalam QS Al-Fatihah selesai sampai di situ?
Tunggu dulu, mari kita bicara lebih lanjut tentang keseimbangan dalam menjembatani kesimpulan dan pengantar, conclusion dan introduction.
Lagi-lagi ayat 5 menjadi ‘jembatan’ penghubung antara ayat-ayat tentang Allah dan ayat-ayat tentang manusia.
Iyyaka na’budu_ adalah kesimpulan dari 3 ayat pertama tentang Allah.
Allah, Rabb_semesta alam, Ar-Rahmaan Ar-Rahiim, dan yang menguasai hari pembalasan, adalah Allah yang hanya pada-Nya kita menyembah.
Kemudian, iyyaka nasta’in adalah pengantar untuk 2 ayat terakhir yang berbicara tentang kebutuhan manusia.
Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan. Kemudian seterusnya sampai akhir surat adalah jenis pertolongan yang kita butuhkan : jalan yang lurus, bukan jalan orang yang dimurkai maupun yang tersesat.
Penjelasan keseimbangan dalam QS Al-Fatihah masih terus berlanjut, insyaAllah kita bahas pekan depan.
Sumber: Bayyinah TV > Quran > Surahs > Al-Fatihah > 05. Al-Fatihah – A Deeper Look (55:55-01.00.15)
[…] 27 July 2020 https://nakindonesia.com/2020/08/07/keseimbangan-dalam-al-quran/ […]
LikeLike