[LBP2020] Menerapkan Al-Qur’an ke Dalam Praktek


Lessons from Bayyinah Productions (LBP)
Hari Ke-33
Topik: Pearls from Al-Kahfi
Jumat, 24 Juli 2020

Materi LBP Hari Ke-33 Pagi | Menerapkan Al-Qur’an ke dalam Praktek

Oleh: Rizka Nurbaiti

Al-Qur’an akan menjadi sahabat dan penasihat (counselor) untuk kita. Jika kita datang kepadanya sebagai seorang pencari hidayah (as a seeker), bukan datang sebagai pengkritik (as a critic), dengan begitu, Al-Qur’an akan memberikan petunjuk (guidance) kepada kita, memberikan ketenangan kepada kita dan menjadi sahabat dalam perjalanan kehidupan kita.

Kapankah waktu yang spesial antara kita dan Al-Qur’an?

Waktu spesial antara kita dan Al-Qur’an seringnya terjadi saat kita solat. Ketika kita solat kita seperti sedang mencari konselor/ seorang penasihat. Lalu saat solat itulah, kita mulai berbicara kepada Allah atas semua permasalahan yang kita miliki. Allah juga berbicara kepada kita, merespons semua pembicaraan kita dan keluh dan kesah yang kita miliki.

Saat solat adalah waktu dimana kita fokus dengan Allah saja. Tidak dengan yang lainnya. Kita mulai berbicara kepada Allah dan berhenti berbicara ke orang lain. Interaksi kita dengan Allah tersebut terjadi melalui Al-Qur’an. It’s so beautiful.

Ustaz Nouman mengatakan saat dimana kita benar-benar merasakan ayat-ayat dalam Al-Qur’an itulah saat dimana terapi terjadi. When you really taste Qur’an, is when this therapy happens.

Ustaz juga mengatakan bahwa seringnya terapi itu terjadi saat kita sedang solat. Itu adalah salah satu momen terindah dalam kehidupan kita sebagai orang yang beriman.

Saat dimana suatu ayat Al-Quran menyentuh hati kita. Tepat seperti apa yang kita rasakan. Tepat pada permasalahan yang kita miliki. Seakan Allah begitu dekat dan berbicara kepada kita. Seakan permasalahan kita dijawab oleh Allah. Wah, itu rasanya seperti melayang di udara. That’s a high. So beautiful.

Next, ustaz menjelaskan langkah selanjutnya untuk kita bisa mendapat mendapatkan guidance dari Al-Qur’an. Tepatnya ini adalah langkah keempat (d) dari point kedua. Langkahnya yaitu using a, b, and c, changing your behavior and putting the Book into practice.

Menggunakan a, b, dan c, mengubah perilaku kita dan menempatkan Al-Qur’an tersebut ke dalam praktek. Melakukan tindakan sesuai dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.

Apakah setiap ayat menuntut kita untuk bertindak?

Tidak.

Tidak semua ayat menuntut kita untuk bertindak. Seperti pembahasan Ustaz Nouman sebelumnya, bahwa sebagian ayat Al-Qur’an tidak menuntut aksi nyata. Seperti الٓمٓ “Alif Laam Miim”. Pada ayat itu tidak ada action yang dapat kita lakukan. Tapi kita bisa melihat ayat tersebut dengan lebih dalam dan mencoba merenungkan apa yang Al-Qur’an inginkan dari kita, setelah kita membaca ayat tersebut.

Nah di pembahasan kali ini, ustaz memberikan contoh yang berbeda dari contoh yang sebelumnya. Ustaz memberikan contoh yang membuat kita bisa memahami langkah keempat yang tadi disebutkan. Dan contoh ini diambil dari keseharian kita kok.

Ustaz bercerita bahwa tahun lalu ustaz dan teman-temannya sedang ingin bermain basket dan saat itu mereka belum memiliki lapangan basket di belakang masjid. Jadi mereka harus menggunakan mobil untuk menuju ke lapangan basket.

Sesampainya di sana, ustaz dan temannya bermain basket hingga berkeringat dan tentunya menggunakan pakaian basket. Setelah usai bermain basket, mereka pergi kembali ke masjid untuk melaksanakan solat Ashar.

Lima belas menit sebelum adzan Ashar berkumandang mereka telah duduk di dalam masjid. Masih dengan pakaian yang penuh keringat tadi, ustaz mengatakan, “Hei teman-teman, kita punya waktu tersisa. Kita gunakan untuk membaca Al-Qur’an, yuk.”

Sehingga ustaz dan temannya mulai membuka Al-Qur’an. Mereka membuka Al-Qur’an secara random. Terbukalah ayat sebagai berikut:

يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍۢ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ

“Hai anak Adam, pakai-lah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minum-lah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
(QS Al-A’raf, 7: 31)

Mereka tidak melanjutkan untuk membaca Al-Qur’an-nya lagi. Mereka bergegas mengganti baju basketnya dengan baju bersih yang ada di dalam bagasi mobil.

Setelah selesai berganti pakaian mereka kembali ke masjid untuk melaksanakan solat. Setelah solat barulah mereka mengganti baju basket kembali untuk bermain basket.

Apa makna dari contoh tersebut?


Materi LBP Hari Ke-33 Siang | Menerapkan Al-Qur’an Ke dalam Praktek

Oleh: Rizka Nurbaiti

Cerita yang ustaz sampaikan dalam part 1 adalah contoh penerapan langkah keempat. Yaitu using a, b, and c, changing your behavior and putting the Book into practice. Mempraktekkan QS Al-A’raf, 7:31 yang kala itu sedang dibaca oleh ustaz dan temannya.

Kejadian tersebut adalah contoh kesempatan yang dimiliki ustaz dan teman-temannya untuk dapat mempraktikkan kata-kata Allah. That is an opportunity to bring something from Allah’s word into practice.

Pada saat itu, ustaz bisa saja meminta mereka membaca QS Al-A’raf, 7:31 tersebut dengan tajwid yang presisi, atau mungkin beliau memberikan pelajaran tata bahasa Arab mengenai fi’il ‘amr (kata perintah) yang terdapat dalam ayat tersebut. That’s possible.

Tapi hal itu tidak ustaz lakukan. Why?

Karena tujuan interaksi dengan Al-Qur’an adalah untuk mendapatkan petunjuk, dan langkah keempat yang kita lakukan untuk mendapatkan petunjuk tersebut adalah dengan menerapkan Al-Qur’an dalam bentuk tindakan.

Orang-orang seperti apa yang akan mudah menerapkan Al-Qur’an dalam bentuk tindakan?

Orang-orang yang telah menempuh langkah a, b dan c, yang sebelumnya telah dijelaskan.

Ustaz kemudian menanyakan kepada kita, apa itu langkah a, b, dan c?

Pertanyaan ini mungkin bertujuan untuk menyegarkan ingatan kita akan materi sebelumnya.

Langkah a yaitu mengubah cara kita berpikir. Langkah b yaitu mengubah prioritas kita. Selanjutnya langkah c yaitu datang kepada Al-Qur’an untuk mendapat nasihat.

Kita mendekati Al-Qur’an agar mendapatkan nasihat. So, kita seharusnya percaya 100% bahwa nasihat Al-Qur’an adalah nasihat yang terbaik untuk kita.

Dengan kata lain, apa pun yang Allah katakan dalam Al-Qur’an, kita akan percaya bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita.

Sehingga segala perintah yang diberikan, kita tidak melakukannya karena kita takut kepada Allah. Melainkan, kita melakukannya karena kita mempercayai bahwa nasihat/ perintah-Nya adalah yang terbaik untuk kita. Ini adalah pemikiran positif yang seharusnya kita tanamkan.

Kita patuh bukan karena takut tapi karena kita percaya. Percaya dengan sepenuh hati.

Allah berfirman di dalam QS An-Nisa, 4:28

يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ ۚ وَخُلِقَ ٱلْإِنسَٰنُ ضَعِيفًا

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
(QS An-Nisa, 4:28)

Ini adalah ayat yang sangat indah. Mengapa?

Karena meskipun surat An-Nisa merupakan surat yang memiliki begitu banyak ahkam (hukum), Allah mengatakan “Allah hanya ingin meringankan beban Anda”. Allah just wants to lighten our burden.

Allah memberikan kita suatu hukum/ aturan untuk membuat hidup kita mudah. Bukan untuk membuat hidup kita sulit.

Itulah yang Allah katakan dalam surat An-Nisaa, padahal di dalam surat tersebut Allah menyebutkan banyak hukum. Sangat indah, kan?

Jadi, makna ayat ini sangat perlu kita resapi. Agar kita benar-benar bisa memahami dan meyakini bahwa apa yang Allah perintahkan adalah untuk memudahkan kita, dan itu semua adalah hal terbaik untuk kita. Itulah pemikiran positif yang seharusnya tertanam di diri kita.


Materi LBP Hari Ke-33 Sore | Menerapkan Al-Qur’an ke dalam Praktek

Oleh: Rizka Nurbaiti

Setelah pembahasan poin ke dua. Next, kita berlanjut ke poin ke tiga yaitu appreciating the miraculous power and beauty of the Qur’an. Mengapresiasi kekuatan mukjizat dan keindahan Al-Qur’an.

Bagian pertama dari poin tersebut adalah each instance of appreciating its power and beauty strengthens your heart, reaffirms your faith, and thus facilitates your pursuit.

Setiap contoh yang mengapresiasi kekuatan dan keindahan Al-Qur’an akan memperkuat hati kita. Mengokohkan kembali iman kita. Dan dengan demikian memudahkan pengejaran (pursuit) kita.

Pengejaran akan apa?

Pengejaran akan petunjuk. Pursuit of guidance. Dengan kata lain, Al-Qur’an bukan hanya buku pedoman (Book of Guidance). Melainkan, Al-Qur’an juga merupakan sebuah Buku mukjizat (Book of Miraculous Power). Al-Qur’an adalah buku yang dapat membuat kita terpana, dan dengan mukjizat keindahannya akan memudahkan kita dalam mendapatkan petunjuk.

Sehingga ketika kita mempelajari Al-Qur’an, yang kita incar bukan hanya pursuit of guidance (mengejar petunjuk). Tetapi juga mencari treasure (sesuatu yang berharga).

Akan ada sesuatu di dalam Al-Qur’an yang akan membuat kita takjub. Kita akan merasakan mukjizat dari kata-kata Allah di dalam Al-Qur’an. That can only be God’s word. Itu hanya terjadi pada firman Allah. Mustahil bahwa Al-Qur’an adalah ciptaan manusia atau perkataan manusia.

Mengapa kita selalu merasakan takjub pada Al-Qur’an?

Contohnya pada surat Al-Fatihah. Kita membacanya minimal 17 kali dalam sehari. Tapi kita tetap selalu kagum dan tidak pernah bosan. Why?

Hal itu karena Al-Qur’an membuat kita merasakan sesuatu yang baru terus-menerus. The Qur’an doesn’t show you one kind of miracle, it keeps showing you different kinds of miracles.

Al-Qur’an tidak hanya menunjukkan satu mukjizat, melainkan Ia akan terus-menerus menunjukkan mukjizat kepada kita. Lagi dan lagi.

Al-Qur’an akan menunjukkan berbagai macam hal yang powerful. Berbagai macam observasi, dan masing-masing dari itu semua akan membuat kita terpesona.

Indahnya, semakin banyak pesona Al-Qur’an yang kita dapatkan, semakin mudah bagi kita untuk mempercayainya. Semakin mudah bagi kita untuk taat terhadap perintah yang terdapat di dalamnya.

Jadi itulah mengapa meskipun kita sudah beriman terhadap Al-Qur’an, tapi menghargai keindahan mukjizat dan kekuatan dari Al-Qur’an tetap menjadi bagian dari perjalanan iman kita.

Jika dibandingkan dengan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa AS, dan ustaz mengatakan walaupun sebenarnya tidak ada yang dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya, Allah memberikan mukjizat kepada nabi Musa AS dengan membelah lautan. Sehingga nabi Musa AS dan kaumnya dapat lolos dari kejaran Fir’aun.

Jika saat itu, kita berdiri di tepi laut yang terbelah seperti kathawdil ‘azhiim (gunung yang besar). Kemudian kita berjalan di antara gunungan air tersebut maka kita akan kagum dengan kekuatan yang Allah tunjukkan melalui mukjizat tersebut. Saat itu iman kita akan memuncak. Meningkat sangat tinggi.

Tetapi Al-Qur’an memberikan hal yang jauh lebih menakjubkan lagi. Al-Qur’an memberikan kepada kita mukjizat setiap harinya. Al-Qur’an membuat kita takjub setiap saat kita membacanya.

Kita selalu merasakan keindahannya walaupun kita tidak berada di zaman di mana Al-Qur’an itu diturunkan. Tapi keindahan dan mukjizat masih dapat kita rasakan sampai saat ini. Al-Qur’an adalah pemberian yang sangat berharga yang Allah berikan kepada kita.

Kembali kita membayangkan bagaimana jika kita berada dalam posisi menyaksikan mukjizat nabi Musa AS tersebut. Pada saat pertama kali kita melewati lautan yang terbelah kita akan takjub dengan mukjizat tersebut, kan?

Tapi bagaimana kira-kira jika kita melewati lautan tersebut selama 2 bulan?

Apakah perasaan yang kita miliki akan sama dengan saat pertama kali kita melewatinya?

Mungkin kita sudah merasa biasa dengan lautan tersebut. Tidak seperti saat pertama kali kita melihat mukjizat itu.

Tapi jika orang lain yang baru melewatinya dia akan kagum dengan hal tersebut. Dia akan berkata, “Woooow…”

Mereka akan sangat terkejut dan kagum atas mukjizat tersebut. Tidak seperti kita yang sudah biasa-biasa saja dengan mukjizat itu.

Bagi orang yang sudah melihat mukjizat tersebut selama 2 bulan, hal itu sudah tidak mengagumkan lagi buatnya. Perasaannya sudah beda, udah biasa saja.

Seperti perasaan kita saat menaiki wahana roller coaster. Saat pertama kali menaiki roller coaster mungkin kita akan sangat kaget, takut, atau heboh. Kita merasakan perasaan yang ekstrim. Tapi saat kita sudah beberapa kali menaikinya kita akan mulai terbiasa dan gak lebay lagi.

Tapi menariknya Al-Qur’an bukanlah mukjizat yang dapat kita rasakan sekali. Mukjizat Al-Qur’an akan terus-menerus kita rasakan. Lagi dan lagi.

Jadi, jika kita mengulang ayat yang pertama kali kita pelajari maka kita akan tetap kagum.

Kita akan menemukan hal yang baru lagi. Menemukan mutiara yang baru lagi. It just keeps stunning you.

It’s endless digging for treasures. Kita akan terus-menerus menggalinya untuk mendapatkan sesuatu yang sangat berharga (treasure).

Each one of the gems comes out, you say, “Wow”.

And another one and another one.

Setiap mutiara yang kamu temukan, kamu akan berkata “Wow”, dan itu akan terus terjadi, lagi dan lagi.

(Bersambung insya Allah minggu depan)

One thought on “[LBP2020] Menerapkan Al-Qur’an ke Dalam Praktek

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s