[BMW2020] Kemenangan Dalam Kacamata Iman


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Apa definisi kemenangan bagimu?

Seseorang yang memiliki sebuah rumah di sebuah bukit cantik dengan pembantu tujuh. Lengkap dengan segala fasilitas: taman, kolam renang, lapangan. Wow, sepetak surga di dunia. Atau mungkin bisa juga kesuksesan itu milik seseorang yang baru lulus kuliah dengan IPK cumlaude dan tawaran pekerjaan sudah menantinya tanpa susah-susah wawancara. Bukankah itu yang sebagian besar diidamkan orang tua dengan menyekolahkan anaknya ke sekolah terbaik?

Kita sering mengucapkan selamat karena kawan kita lulus kuliah, membeli mobil baru, rumah baru, ataupun dalam momen-momen ketika seseorang meraih sesuatu dalam perjalanan hidupnya. Bukan hanya sebagai seorang muslim, definisi kemenangan ini bisa jadi sama jika kita tanyakan pada umat Kristen, Yahudi, atau atheis. 

Tetapi Allah mengaruniakan kita sebuah kacamata dalam sudut pandang seorang muslim. Karena jika standar kesuksesan itu adalah harta, maka ada satu rumah termegah yang pernah ada: istana Fir’aun. Dan jika kegagalan itu berarti tak memiliki rumah, Ibrahim yang diusir dari rumahnya adalah tunawisma. Sedang kata Allah, Ibrahim adalah kekasihNya.

Bagaimana kita memandang kesuksesan itu dari kacamata iman? Ust Nouman mengawalinya dengan kisah perang al-Ahzab.

Perang al-Ahzab

Yahudi, kaum Quraisy serta suku Ghatafaan bersekutu untuk menyerang kaum muslim di Madinah. Konspirasi itu didengar Rasulullah. Salman al Farisi mengusulkan penggalian parit di sekeliling Madinah. Parit ini dibuat selebar 6,5-7 meter sehingga kuda yang melompat akan terjatuh dan sedalam 3-4,5 meter, maka kuda yang terjatuh akan kesulitan untuk naik. 

Pasukan musyrik mencapai 10 ribu orang, tiga kali lipat jumlah pasukan muslim yang hanya tiga ribu pasukan. Mereka melakukan berbagai upaya untuk masuk ke Madinah seperti berkeliling mencari celah dan menimbun parit untuk menjadi jembatan penyeberangan. Tidak berhasil dengan strategi itu, mereka memilih bertahan mengepung Madinah. Mereka yakin bahwa kaum muslim akan kehabisan pangan dan akhirnya menyerah keluar Madinah. Kondisi kaum muslim semakin sulit ketika pasukan musyrik berusaha menyerang dari utara dan Bani Quraizhah di wilayah selatan Madinah melakukan pengkhianatan terhadap perjanjian kaum muslim. Kaum muslim digoncangkan hatinya dan penuh dengan berbagai prasangka. Sedang kaum munafik Madinah menyangka pasti kaum muslim akan kalah karena tak seorang pun di antara mereka merasa aman bahkan untuk sekadar buang hajat. Situasi mencekam ini dilukiskan dalam QS Al Ahzab.

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah” (QS Al Ahzab:10)

Setelah berhari-hari terisolasi, Allah mendatangkan angin. Angin itu membuat kocar-kacir pasukan musyrik. Api yang digunakan memasak justru menyulut tenda. Kuda perang mereka pun mengamuk dan lari. Alih-alih menunggu kaum muslim, mereka tidak mampu lagi mengendalikan situasi dan memilih pergi. Mereka gagal menyerang kaum muslim atas pertolongan Allah.

Hudaibiyah

Enam bulan kemudian Rasulullah mendapatkan wahyu untuk berangkat haji ke Makkah. Baru berlalu enam bulan pasca perang al-Ahzab, tentu suasana masih panas. Quraisy pun masih memiliki kekuatan besar di Makkah. Padahal berangkat haji ke Makkah artinya mereka tidak akan membawa baju perang ataupun persiapan perang lainnya. Bayangkan jika kita berada dalam posisi itu. Mungkin kita akan tawar-menawar untuk mengikuti Rasulullah. Tetapi saat itu lebih dari seribu orang mengikuti Rasulullah untuk berjalan menuju Makkah.

Quraisy mendengar kabar ini dan mereka ingin melarang Rasulullah untuk masuk Makkah. Karena jika sampai di Makkah kaum Quraisy tidak akan bisa menyerang muslim. Wilayah Haram adalah wilayah yang haram untuk berperang. Terdapat banyak berhala dari berbagai suku di Arab. Quraisy dihormati oleh suku-suku Arab karena mereka yang memegang berhala dan menjaga mereka yang datang untuk berthawaf dan berhaji. Jika sampai Quraisy menyerang umat muslim yang ingin berhaji di Makkah, semua suku Arab tidak akan lagi menghormati Quraisy.

Quraisy mengutus Khalid bin Walid untuk menangkap kaum muslim sebelum dekat dengan Makkah. Rasullullah tahu hal ini dan akhirnya mereka mengambil jalan lain dan tiba di Hudaibiyah. Rasulullah mengutus Utsman untuk masuk ke Makkah memastikan pada Quraisy bahwa mereka datang bukan untuk berperang, tetapi untuk berhaji. Quraisy yang masih ragu-ragu tindakan apa yang akan mereka lakukan menghadapi kaum muslim kemudian menahan Utsman di Makkah.

Tersebar rumor bahwa Utsman terbunuh oleh Quraisy. Rasulullah melakukan baiat agar seluruh kaum muslim tidak ada yang pergi. Mereka sudah siap untuk berperang membalas dendam bagi Utsman.

Mendengar bahwa kaum muslim sudah siap berperang, Quraisy segera melepas Utsman. Mereka pun mengutus Suhail untuk membuat kesepakatan dengan kaum muslim. Perjanjian itu kemudian disebut Perjanjian Hudaibiyah. Setiap pasal dalam perjanjian itu merugikan kaum muslim dan menguntungkan Quraisy. Tetapi Rasulullah menandatangani perjanjian tersebut.

Salah satu isi perjanjian tersebut adalah mereka tidak boleh berhaji tahun ini. Rasulullah mengajak kaum muslim kembali ke Madinah. Kali ini, sungguh perintah itu berat untuk dilakukan. Sahabat pun manusia. Mereka memiliki emosi. Awalnya mereka berangkat dengan rasa khawatir karena menuju Makkah sarangnya Quraisy tetapi mereka memilih berangkat. Dan mereka sudah berlelah-lelah menempuh perjalanan berhari-hari dari Madinah hingga Hudaibiyah. Kini mereka tiba di Hudaibiyah, sedikit lagi mereka melanjutkan perjalanan dan akan tiba di Makkah. Bahkan mereka baru saja melakukan baiat. Baiat bahwa mereka sudah siap perang, sudah siap mati. Sekarang Rasulullah mengajak kembali ke Madinah tanpa menyentuh Makkah. 

Umar bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasulullah, bukankah engkau bermimpi kita akan masuk ke Masjidil Haram?”

“Iya wahai Umar, tetapi tidak tahun ini.”

“Bukankah kita benar dan orang-orang musyrik itu orang yang salah ya Rasulullah? Lalu kenapa kita menghinakan diri?”

Rasulullah menyuruh para sahabat untuk membuka baju ihram dan mencukur rambut. Saat itu, pertama kalinya perintah Rasulullah tidak diindahkan. Pertama kalinya sahabat tidak ada yang bergerak. Tidak sami’na wa atho’na. Masih berharap, siapa tahu wahyu perang melawan Quraisy akan turun.

Rasulullah masuk ke dalam tenda. Ia tak mau ia sampai mengulang perintahnya kali kedua dan turun adzab karena perintahnya tidak dilaksanakan. Ummu Salamah, istri Rasulullah, menyarankan Rasulullah untuk memulainya. Kemudian Rasulullah keluar tenda, membuka baju ihram dan mencukur rambut. Para sahabat melihat hal itu dan mereka pun melakukan hal yang sama.

Maka apa makna kemenangan bagimu?

Allah menggambarkan peristiwa Hudaibiyah dalam ayat pertama surah Al Fath. Inna laka fathan mubiina. Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.

Hudaibiyah adalah gerbang kemenangan bagi kaum muslim meski mulanya perjanjian itu merugikan umat muslim. Pasca perjanjian tersebut, pintu dakwah terbuka lebar dan orang yang masuk Islam bertambah jauh lebih banyak. Allah memberikan clue atas kemenangan itu. Kemenangan itu diraih dengan taat tanpa syarat. Meski kasat mata nampak berat.

Ketika Rasulullah bermimpi berangkat haji ke Makkah mereka taat dan mengikuti Rasulullah tanpa persiapan perang apapun.

Ketika Rasulullah melepas baju ihram, mereka pun melepasnya.

Dan ketika harus kembali ke Madinah, mereka pun taat pada perintah Rasulullah untuk berbalik pulang.

Kisah sahabat menjadi pecut bagi kita untuk memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya secepat dan sebisa yang kita lakukan. Tanpa tunggu. Well then, selamat berjuang. Selamat mengupayakan kemenangan melalui taat. Hingga kelak malaikat menyambut dengan salam,

Salamun ‘alaikum bima shobartum. Salam sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu. (QS Ar Ra’d 24)

 

Ditulis oleh: Vivin Ardiani

Referensi:

https://www.youtube.com/watch?v=WwgtOWApFeg&t=843s

Perjanjian Hudaibiyah, Khalid Bassalamah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s