[LBP2020] Children Are A Blessing


Hari Ke-27
Topik: Parenting
Sabtu, 18 Juli 2020

Materi LBP Hari Ke-27 Pagi | Children Are A Blessing (Part 1)

Ditulis oleh: Rizka Nurbaiti

Pembahasan materi parenting minggu lalu diakhiri dengan ayat yang begitu indah, yaitu sebagai berikut:

وَمَا يَسْتَوِى الْبَحْرٰنِۖ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَاۤىِٕغٌ شَرَابُهٗ وَهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۗ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُوْنَ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْنَ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَا ۚوَتَرَى الْفُلْكَ فِيْهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan tidak sama (antara) dua lautan; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari (masing-masing lautan) itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, dan di sana kamu melihat kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari karunia-Nya dan agar kamu bersyukur.”
(QS Faathir, 35:12)

Dimanakah letak keindahan ayat tersebut?

Ustaz menjelaskan bahwa pada ayat tersebut, Allah mengatakan bahwa kedua lautan ini tidak sama. Lautan yang ini memiliki air yang asin dan yang lainnya memiliki air yang manis.

Keindahannya, ayat ini terletak tepat setelah ayat yang membahas tentang anak-anak kita. Ayat tersebut yaitu QS Faathir, 35:11

وَمَا يَسْتَوِى ٱلْبَحْرَانِ هَٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَآئِغٌ شَرَابُهُۥ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ ۖ وَمِن كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا ۖ وَتَرَى ٱلْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”

Tepat setelah Allah membicarakan mengenai anak-anak kita, Allah mengatakan bahwa lautan memiliki air yang berbeda. Jadi, mengapa Allah menyinggung tentang perbedaan air laut?

Ayat ini mengisyaratkan bahwa anak-anak juga tidak sama, mereka berbeda. Seperti air laut yang juga berbeda.

Lalu apakah air yang manis diberkahi sedangkan air yang asin tidak diberkahi. Apakah itu maksudnya?

Tidak, masih di ayat yang sama Allah menjelaskan tentang hal tersebut,

وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُوْنَ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْنَ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَا ۚوَتَرَى الْفُلْكَ فِيْهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan dari (masing-masing lautan) itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, dan di sana kamu melihat kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari karunia-Nya dan agar kamu bersyukur.”
(QS Faathir, 35:12)*

Keduanya memiliki keberkahannya sendiri-sendiri dan saling melengkapi satu sama lain. Hal ini juga berarti perbedaan yang dimiliki oleh anak-anak kita, bukan berarti yang satu baik dan yang lainnya buruk. Mereka semua hanya berbeda saja. Seperti sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang juga tidak sama. Anak-anak dari para nabi juga tidak sama. Perbedaan anak-anak kita bukanlah sesuatu yang dapat kita bandingkan.

Ini adalah subsection pertama dari bagian pertama (Children Are A Blessing) yaitu appreciating the diversity of our children.


Materi LBP Hari Ke-27 | Children Are A Blessing (Part 2)

Ditulis oleh: Rizka Nurbaiti

Appreciating the diversity of our children.

Mereka akan berbeda. Terimalah bahwa tidak semua anak kita akan sama. Berhentilah membandingkan satu anak dengan anak lainnya.

Kita tidak boleh membandingkan kakak dengan adik-adiknya, ataupun sebaliknya. Seperti mengatakan, kamu seharusnya seperti kakak, dong. Pintar, kalem, enggak banyak main.

Sikap membandingkan seperti itu tidak baik. Karena bisa menimbulkan rasa rendah diri dan kecemburuan di dalam diri anak kita.

Allah berfirman dalam QS An-Nisa’, 4:32

_وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْب مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ ا اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Menurut ustaz, ayat ini dapat menjadi pengajaran untuk anak-anak kita. Tapi saat ini ustaz menjelaskannya kepada kita, para orang tua. Jadi ustaz akan membahasnya untuk kita. Sehingga kita para orang tua yang mendapat pengajaran dari ayat ini.

Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk tidak mengharapkan sesuatu yang Allah berikan kepada orang lain. Jangan berharap atas apa yang orang lain miliki.

Ada yang diberikan badan yang tinggi, dan ada juga yang pendek. Ada yang kuat, dan ada yang lemah. Ada yang cerdas. Dan ada yang memiliki pemahaman kurang baik dalam belajar akademik, tapi dia memiliki kelebihan dalam melakukan pekerjaan rumah.

Si kakak Allah buat dia sangat patuh dan sangat hormat. Adiknya sangat agresif dan challenging. Si adik Allah berikan dia rasa simpati yang sangat luar biasa. Si kakak memperlihatkan perhatian hanya sedikit. It will happen.

Allah mengatakan jangan berharap atas apa yang orang miliki. Allah memberikan beberapa berkah kepada kita yang lebih dari orang lainnya dan memberikan beberapa keberkahan kepada orang lain melebihi orang lainnya. Itu semua dengan cara yang berbeda.

Dengan memahami hal tersebut, seharusnya kita tidak menginginkan apa yang orang lain miliki. Karena semuanya sama-sama diberi. Hanya saja, diberikan dengan cara yang berbeda.

Dan kita sebagai orang tua jangan sampai menanamkan rasa iri hati ini kepada anak-anak kita.

Sehingga kita tidak mendengar anak-anak kita berkata:
“Andai saja aku tidak terlalu gemuk seperti temanku itu.”

“Aku ingin tinggi seperti kakak.”

“Andai saja aku pintar seperti Abang. Jadi aku disayang ibu juga, seperti ibu sayang sama abang.”

“Coba saja aku bisa selucu dan semanis adik, jadi ayah bisa sayang ke aku juga seperti ayah sayang sama adik.”

Ucapan seperti itu adalah ucapan yang tidak baik. Kita sebagai orang tua harus berjuang melawannya. Memang sulit untuk melawannya. Especially hard to fight it, against the child that gives us a hard time more. Terutama melawannya dari anak-anak kita, yang pada dasarnya memang sudah bisa bikin kita sulit.


Materi LBP Hari Ke-27 | Children Are A Blessing

Ditulis oleh: Rizka Nurbaiti

Terkadang seorang ibu akan bersikap ekstra agresif terhadap anak yang mendapatkan perlakuan ekstra lembut dari ayahnya. Sebaliknya jika sang ayah sangat keras terhadap anaknya, maka sang ibu akan sangat lembut kepadanya.

Misalnya sang ayah bersikap keras kepada putra sulungnya. Maka sang Ibu akan bersikap lembut padanya. Ibu akan kasihan jika dia dimarahi oleh ayahnya.

Hal di atas menunjukkan bahwa kedua orang tua tersebut sebenarnya tidak berada on the same page dalam menghadapi anak-anaknya.

Kita sebagai orang tua perlu berada on the same page ketika membesarkan anak-anak kita. Sehingga anak-anak kita tidak belajar memanipulasi atau berbohong kepada kita. Karena itu tidak baik untuk kita, baik suami atau istri. Serta sangat tidak baik juga untuk anak-anak kita. Karena hal itu bisa membuat anak-anak kita mengetahui, bagaimana cara menghindari ibunya, dan bagaimana agar mendapatkan apapun dari ayahnya, atau sebaliknya.

Kejadian tersebut bisa terjadi karena kita para orang tua yang menciptakan budaya itu. Jadi si anak sudah terbiasa merengek ke ayahnya, saat ia dimarahi oleh ibunya. Ataupun sebaliknya, ia pergi ke ibunya ketika dimarahi oleh ayahnya. Dia terbiasa untuk menghindari masalah, dan mencari pembelaan.

Dan pada akhirnya si anak menjadi jauh dengan orang tua yang dianggap galak olehnya. Semakin kita marah kepadanya maka semakin dia menjauh. Menjauhnya anak kita itu disebabkan oleh kesalahan kita sendiri. Karena kita sebagai orang tua bersikap berlawanan, yang satu memarahi dan yang satu membela.

Biasanya seorang ayah tidak stand by di rumah sepanjang hari karena harus bekerja. Jadi mungkin seorang ayah tidak tahu seperti apa sikap anak-anaknya di dalam rumah. Bagaimana sikap dia pada ibunya. Sikap dia terhadap adik atau kakaknya. Ayah tidak tahu secara utuh mengenai apa saja yang dilakukan oleh anaknya di dalam rumah.

Bisa saja, seorang ayah hanya melihat sisi manis dari anak-anaknya. Anak-anaknya hanya menunjukkan sisi manis yang dia miliki ketika ayahnya pulang kerja. Mereka menunjukkan sisi manisnya ini, mungkin karena ada sesuatu yang mereka inginkan.

Lain halnya, jika kita sebagai ayah tinggal di rumah selama beberapa minggu. Selama beberapa minggu itu kita setiap waktu bersama anak-anak kita. Maka mungkin saja kita akan mulai melihat sisi kurang baik yang perlu diperbaiki dari anak-anak kita. Jadi kita mulai memarahi anak-anak kita. Tapi karena sebelum-sebelumnya kita selalu bersikap lembut kepada mereka. Ketika kita marah kepada mereka. Bisa jadi mereka akan berkata:

“Hah, kenapa ayah begitu?”

“Kok ayah ikut marah-marah juga seperti ibu. Padahal biasanya ayah sayang padaku. Biasanya ayah belain aku.”

Ucapan tersebut menunjukkan, bahwa kita telah dimanipulasi oleh anak kita sendiri. Kita tidak mengetahui anak kita yang sebenarnya. Mungkin kita kurang mendampinginya.

Selain itu mungkin kita juga kurang komunikasi kepada istri kita. Kita jarang menanyakan tentang anak-anak kita kepada istri kita, yang kemungkinan besar lebih tahu tentang anak-anak kita karena dia stand by bersama mereka sepanjang hari.

Topik mengenai ini akan dikupas secara lebih khusus dan detail, pada beberapa minggu atau bahkan mungkin beberapa bulan yang akan datang di LBP. Tepatnya saat kita membahas Parental Psychology.

Kemudian, ustaz menjelaskan bahwa dalam pembahasan Anak-Anak Kita Adalah Berkah (The Children are a Blessing), hal yang perlu kita ingat, the fact that our children are also a rizk (rezeki). Anak-anak kita adalah rezeki. Sama seperti gaji, rumah dan mobil yang kita miliki. Semua itu adalah rezeki dari Allah.

Allah berfirman dalam QS An-Nahl, 16:72

_وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا وَجَعَلَ لَكُم مِّنْ أَزْوَٰجِكُم بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ۚ أَفَبِٱلْبَٰطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ ٱللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”

Allah menyebutkan anak dan cucu secara terpisah.

Mengapa Allah menyebutkannya secara terpisah?

Ada hal yang menarik yang ustaz sampaikan mengenai hal ini.

(Bersambung insya Allah minggu depan)

One thought on “[LBP2020] Children Are A Blessing

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s