[LBP2020] Deeper Look Al-Fatihah


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

 

Lessons From Bayyinah’s Production (LBP)
Hari Ke-22
Topik : Last Ayahs of Fatiha

 

Materi LBP Hari ke-22 Pagi | Deeper Look Al-Fatihah (Part 1)

Diterjemahkan oleh: Icha Farihah

Kita lanjutkan pembahasan tentang ayat terakhir dari Al-Fatihah.

غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

(QS. Al-Fatihah,1:7)

Apa arti ghayr (غَيۡرِ)?

Ghayr (غَيۡرِ) bermakna taghayyur (تَغَيُّرًا) yaitu berubah.

Saat membaca ayat terakhir Al-Fatihah ini, kita berdoa:

“Ya Allah, tunjukkanlah jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang lainnya. Jangan jadikan kami bagian dari kelompok-kelompok lain.”

Kata ghayr (غَيۡرِ) menunjukkan permohonan kepada Allah agar kita mampu mengubah diri dari sifat tercela kelompok-kelompok yang tidak berada di jalan yang lurus.

Siapa kelompok-kelompok yang dimaksud?

ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

Beberapa orang menerjemahkan bagian ini sebagai, 

“Bukan (jalan) orang-orang yang Engkau murkai, bukan pula (jalan) orang-orang salah arah”

Padahal, makna yang tepat bukan seperti itu. 

Dalam ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ

Tidak ada kata ‘Engkau’ di sana.

Tidak ada ‘murka-Mu’, hanya ada kata ‘murka’ atau ‘kemarahan’ saja.

Jadi, terjemah yang benar adalah, 

“Bukan mereka yang dimurkai” atau “bukan mereka yang menjadi sasaran kemarahan”

Begitu juga dengan terjemah untuk ٱلضَّآلِّينَ

Beberapa penerjemah mengatakan sebagai, “misguided, orang-orang yang salah arah”

Terjemah ini salah. Yang tepat adalah “lost, tersesat”

Ketika seseorang berkata, “I’m misguided” (Saya salah arah). Artinya, ada seseorang yang memberikan arah, tapi ternyata salah. 

Sedangkan, jika berkata, “I am lost” (Saya tersesat). Artinya, itu terjadi karena kesalahan dirinya sendiri.

Jadi, letak perbedaannya adalah:

misguided -> orang lain yang disalahkan

lost -> kesalahan diri sendri

Bahasa Arab untuk kata misguided adalah mudhaal (مضال), sedangkan lost adalah dhaal (ضال). 

Kata dhaal (ضال) inilah yang dipakai dalam Al-Fatihah.

(Bersambung ba’da Zhuhur insyaAllaah)


Diskusi dan Tanggapan LBP Hari ke-22 Pagi | Deeper Look Al-Fatihah (Part 1)

Ricky :

Terkait surah Al Fatihah ayat 7 : pada kalimat أَنْعَمْتَ (telah Engkau beri nikmat).. setiap hari kita berdoa minimal 17 kali (di dalam sholat) meminta untuk ditunjukan jalan yang lurus – yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat

Dan apabila melihat di surat An nisa ayat 69 :

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”

Orang – orang yang mendapatkan nikmat ini adalah kalangan : nabiyin, shidiqin, syuhada, dan sholihin. Artinya kategori yang telah diberi nikmat dan yang kita mintakan setiap hari untuk ditunjukan jalan yang lurus adalah agar menjadi bagian dari 4 kategori itu.

Nabiyin, jelas kita ga mungkin…artinya ada 3 kesempatan yang lainnya

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Surat Al-Hujurat Ayat 15)

Pada akhir ayat terdapat kata صَّادِقُونَ, menjelaskan bagaimana karakter orang yang membenarkan (shidiqin). Karakter shidiq membuat orang yang beriman tidak menunggu-nunggu atau menunda-nunda apa yang telah dibenarkan oleh Allah.

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang membenarkan apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS. Al Ahzab ayat 23)

Terkait menunggu-nunggu ini pun Allah menegaskan didalam surat Al Hadid ayat 16 -17

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”

اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya.”

Ayat ini tidak ditujukan kepada orang yang belum ada keimanan/musyrik/kafir, tapi memang kepada orang – orang yang telah hadir keimanan pada dirinya (أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا)

Orang-orang beriman apabila menunda-nunda memegang betul-betul kebenaran atas apa yang telah ia imani, Allah kuatkan dengan bagaimana Allah mampu menghidupkan tanah yang tandus kembali hijau melalui hujan, dan berbagai fenomena lain di bumi ( ayat 17) – sehingga mudah bagi Allah untuk menghilangkan keraguan didalam hati kita apabila, kita betul-betul mau menundukan hati kepada Allah.

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (shidiq – imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah ayat 177)


Materi LBP Hari ke-22 Siang | Deeper Look Al-Fatihah (Part 2)

Diterjemahkan oleh: Icha Farihah

Jadi, ada dua kategori manusia yang perlu kita waspadai agar tetap berada di siraathal mustaqim:

1️⃣ Al-Maghdhuubi ‘alayhim (الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ): Kelompok yang mendapat kemarahan

2️⃣ Adh-Dhaalliin (ٱلضَّآلِّينَ): Kelompok yang tersesat

Dalam Bahasa Arab, kedua kata ini adalah kata benda (noun), bukan kata kerja (verb).

Noun berarti timeless, tidak lekang oleh waktu. Sedangkan verb bergantung pada waktu.

Coba perhatikan lagi ayat terakhir ini, kita minta kepada Allah supaya mendapat jalan seperti orang-orang yang Allah beri nikmat (An’amta انعمت , verb), bukan orang-orang yang dapat murka maupun yang tersesat. (Al-Maghdhuubi ‘alayhim ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيْهِمْ dan Adh-Dhaalliin ٱلضَّآلِّينَ, noun)

Maknanya, orang-orang yang mendapat nikmat dan patut diteladani adalah mereka yang ada di masa lampau. Kita tidak bisa menemukan mereka di kehidupan sekarang. (An’amta انعمت, verb, past tense/fi’il madhi)

Sedangkan, orang-orang yang mendapat murka dan tersesat adalah masalah yang tak ada habisnya. It’s noun, it’s timeless problem. Kita akan menemukan Al-Magdhuubi ‘alayhim (الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ) dan Adh-Dhaalliin (ٱلضَّآلِّينَ) di masa lampau, masa sekarang, dan masa depan. 

Untuk lebih mudah memahami perbedaan Al-Maghdhuubi ‘alayhim (الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ) dan Adh-Dhaalliin (ٱلضَّآلِّينَ), Ustaz Nouman memberikan analogi dari cerita setoples kue dan kedua anaknya

Saat itu, Ustaz sedang membawa satu toples kue. Suara dering telepon membuat Ustaz meletakkan kue tersebut di atas meja, tepat di depan Imad yang sedang duduk. 

Kebetulan di rumah hanya ada Imad (kakak), Walid (adik), dan Ustaz. 

Ustaz berpesan kepada sang kakak, “Imad, Abah mau angkat telepon sebentar. Abah titip yaa, pastikan tidak ada yang makan kue di toples!

Imad menjawab dengan sigap, “Oke siap, Abah

Bagaimana nasib setoples kue itu? 🍪🍪

(Bersambung ba’da Asar insyaAllaah)


Materi LBP Hari ke-22 Sore | Deeper Look Al-Fatihah (Part 3)

Diterjemahkan oleh: Icha Farihah

Toples itu kosong! 

Tidak ada yang tersisa selain butiran-butiran gula halus yang menempel pasrah pada dinding kaca toples itu.

Ustaz pun bergegas menemui Imad dan Walid yang sedang asik memakan kue-kue itu, “Imad, bukankah Abah sudah berpesan untuk tidak makan kue itu? Walid, kenapa kamu juga memakannya?” Walid yang tidak tahu apa-apa menjawab, “Aku bingung, Abah. Imad makan kue itu. Jadi, aku pikir, aku juga boleh memakannya.” Ustaz menjawab, “Kalau kamu tidak tahu kue itu boleh dimakan atau tidak, kamu seharusnya bertanya kepada kakakmu atau Abah.” 

Kedua anak laki-laki itu bersalah, tetapi Ustaz seharusnya lebih kepada memarahi Imad dibandingkan Walid. Iya, sang adik memang bersalah dan ia juga tetap memiliki tanggung jawab karena tak mau bertanya. Namun kemarahan Ustaz Nouman kepada Walid seharusnya tidak sebesar kepada Imad. Imad mengetahui bahwa perbuatan memakan kue-kue itu salah, tapi ia tetap melakukannya.

Dari analogi ini, kita bisa menarik makna tentang Al-Magdhuubi ‘alayhim  (الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ) dan Adh-Dhaalliin (ٱلضَّآلِّينَ):

Al-Magdhuubi ‘alayhim (الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ) adalah mereka yang mengetahui kesalahan, tetapi tetap melakukan.

Adh-Dhaalliin (ٱلضَّآلِّينَ) adalah mereka yang tidak tahu sebuah perbuatan benar atau tidak, mereka ikut-ikutan saja, tanpa berusaha mencari kebenaran.

Al-Magdhuubi ‘alayhim  (الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ) & Adh-Dhaalliin (ٱلضَّآلِّينَ) bukan sekadar Yahudi dan Nasrani

Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi Wa Salam menjelaskan makna Al-Magdhuubi ‘alayhim (الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ) dan Adh-Dhaalliin (ٱلضَّآلِّينَ) adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Tetapi menariknya, kenapa Al-Qur’an tidak langsung menggunakan kata Yahudi dan Nasrani dalam ayat terakhir Al-Fatihah ini? Kenapa kita tidak membacanya dengan “Ghayri yahuudu wa nasaaraa?” 

(غَيۡرِ ٱلۡيَهُودُ وَا ٱلنَّصَٰرَىٰ)

Kenapa kita tetap membaca “Ghayri Al-Magdhuubii ‘alayhim wa laa Adh-Dhaalliin?

(غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ)

Kita juga tidak menyebut tetangga yang beragama Yahudi atau Nasrani dengan sebutan Al-Magdhuubi ‘alayhim (ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ) atau Adh-Dhaalliin (ٱلضَّآلِّينَ). Kita tetap memanggil mereka, orang Yahudi dan Nasrani. Pemilihan diksi ini memang sifatnya tidak dapat ditukar-tukar, not interchangeable

Lalu, apa ya makna yang Rasulullah Shalallahu ‘Alayhi wa Salam sampaikan tentang hal ini?

Penjelasannya di pekan depan insyaaAllah..


Diskusi dan Tanggapan LBP Hari ke-22 Sore | Deeper Look Al-Fatihah (Part 3)

Hafni :

MashaaAllah. 

It’s really inspiring. Great works of LBP Warriors.👍🏾👍🏾👍🏾🌹🌹🌹 Jazakumullah khayran.

Wening:

🙏🏻 iya banget, jazaakumullahu khayran…

Iva:

Jazakallah…ditunggu lanjutannya👍🏻👍🏻👍🏻

***

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team

Lessons from Bayyinah’s Production

One thought on “[LBP2020] Deeper Look Al-Fatihah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s