Lessons from Bayyinah’s Production (LBP) Hari ke-18
Topik: Divine Speech
Kamis, 09 Juli 2020
Materi LBP Hari ke-18 Pagi | The Quran from Literature Perspective
Ditulis oleh: Indri Djangko
Pada bagian kali ini, kita akan sedikit mengenal tentang Bahasa Arab yang nanti muaranya kepada Bahasa Arab yang digunakan di dalam Al-Qur’an.
Terdapat 3 jenis bahasa Arab:
1. Bahasa Arab Lisan (spoken Arabic)
2. Bahasa Arab Resmi (formal Arabic)
3. Bahasa Arab Kuno (old Arabic, classical Arabic, ancient Arabic)
Sebelum kita melihat ke dalam Al-Qur’an dan menemukan keajaiban di dalamnya, kita harus sadar betul bahwa Al-Qur’an turun dengan bahasa Arab, dan kita harus tahu Al-Qur’an menggunakan jenis bahasa Arab yang mana. Jadi kita harus mengetahui dulu perbedaan dari ketiga jenis ini sehingga kita bisa mengetahui bahasa Arab Al-Qur’an, dan mengambil hikmah darinya.
Bahasa Arab Lisan (spoken Arabic)
Bahasa Arab lisan digunakan ketika kita memesan sesuatu di toko, menonton opera Mesir, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Bahasa Arab lisan ini bersifat dialektikal. Beda daerah beda dialek juga, sehingga orang Algeria, Mesir, Maroko, Palestina, dan wilayah lainnya yang berbahasa Arab memiliki bahasa Arab lisan masing-masing.
Mungkin sebagai orang yang tidak berbahasa ibu bahasa Arab, kita akan menganggap mereka berbahasa Arab yang sama. Tetapi ternyata sudah banyak istilah di masing-masing wilayah yang berkembang akibat akulturasi budaya, terutama setelah kolonialisme. Bahasa Arab lisan ini banyak mendapat pengaruh dari bahasa Perancis, Spanyol, bahkan di Amerika bahasa Arab tercampur dengan bahasa Inggris.
Bahasa Arab Resmi (formal Arabic)
Jenis bahasa Arab selanjutnya adalah formal Arabic atau bahasa Arab resmi. Biasanya digunakan pada surat kabar seperti al-Jazeera, ceramah para syuyukh, kuliah para profesor di universitas Islam atau buku dan jurnal yang ditulis oleh para akademisi, doktor, dll.
Terdapat perbedaan besar antara bahasa Arab lisan dan bahasa Arab resmi, lebih-lebih antara bahasa Arab resmi dengan bahasa Arab kuno. Beda sekali. Banyak pelajar yang mengira bahwa ketika sudah menguasai bahasa Arab resmi, berarti mereka juga sudah menguasai bahasa Arab kuno.
Jadi, bagaimana dengan bahasa Arab kuno?
Materi LBP Hari ke-18 Siang | The Quran from Literature Perspective
Ditulis oleh: Indri Djangko
Di sesi sebelumnya kita sudah bahas sedikit tentang bahasa Arab lisan dan bahasa Arab resmi. Kemudian ada satu lagi, yaitu bahasa Arab kuno.
Ada perbedaan mendasar antara bahasa Arab resmi dan bahasa Arab kuno.
Bahasa Arab Resmi disebut al-Arabiyah al-Fusha (bacanya fus ha, ya) yang terbagi lagi menjadi:
Al-Arabiyah al-Fusha al-Mu’asiroh (modern)
Al-Arabiyah al-Fusha al-Kadimah (old)
Maka yang dipahami saat ini oleh para pelajar kebanyakan adalah bahasa Arab resmi jenis al-Arabiyah al-Fusha al-Mu’asirohu yang modern, bukan yang al-Kadimah (old).
Mari kita bahas sejarah bahasa Arab kuno dari sisi geografis (dan mungkin ada unsur geopolitiknya kali ya, hehe).
Jadi, bangsa Arab pada masa Rasulullah bahkan jauh sebelum itu adalah bangsa yang tinggal di gurun, di sana tidak ada sungai, tidak ada pepohonan, dan belum punya sumber daya minyak.
Saat itu bangsa Arab dikelilingi oleh bangsa yang sudah memiliki peradaban seperti Romawi, Persia dan Abyssinian.
Para “tetangga” bangsa Arab ini tidak ada yang tertarik untuk ekspansi wilayah kekuasaannya ke Arab. Padahal secara kekuatan pasukan, mereka mampu untuk melakukan ekspansi.
Tapi kenapa ya mereka memilih untuk tidak melakukan hal tersebut?
Materi LBP Hari ke-18 Sore | The Quran from Literature Perspective
Ditulis oleh: Indri Djangko
Kita lanjut ya, kenapa bangsa Romawi atau Persia atau bangsa lainnya yang berperadaban maju dan mampu ekspansi wilayah kekuasaannya nggak mau ekspansi ke wilayah Arab?
Ya, karena di wilayah Arab ga ada sumber daya yang menarik, guys, hehe, belum ada minyak di sana.
Untuk apa jauh-jauh mengirim pasukan ke sana? Apa untuk piknik di padang pasir? Lagipula, ekspansi ke wilayah Arab (yang belum ada apa-apa itu) hanya akan memicu perang antarbangsa. Jadi, mendingan dibiarin aja, ditinggal aja bangsa Arab itu.
Nah, bangsa Arab yang ditinggalkan sendirian oleh “tetangga-tetangganya” ini membuat mereka bergaul sehari-hari dengan sesama orang Arab aja.
Budaya bangsa Arab saat itu terisolasi dan minim pengaruh budaya dari luar. Ini menjadikan bahasa Arab sangat murni, tidak terpengaruh bahasa dari luar, yang selanjutnya membuat Bahasa Arab ini levelnya menjadi advance, kualitas bahasanya tingkat tinggi.
Bahasa Arab yang advance inilah bahasa Arab kuno. Kalo kita baca sirah Nabi, Rasulullah semasa kecilnya tinggal di Bani Sa’ad dan disusui disana. Salah satu tujuan utamanya adalah agar menguasai bahasa Arab murni yang levelnya tinggi itu. Bangsa Arab sangat membanggakan keahlian mereka membuat syair, sehingga penguasaan bahasa Arab murni tentu prestisius sekali pada masa itu.
Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲
Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏
Jazakumullahu khairan😊
Salam,
The Miracle Team
Voice of Bayyinah
[…] 9 July 2020 https://nakindonesia.com/2020/07/17/the-quran-from-literature-perspective/ […]
LikeLike