[LBP2020] Ketidaktahuan yang Membawa Manfaat


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Lessons from Bayyinah’s Production (LBP) Hari ke-16
Topik: Pearls from Al-Baqarah
Selasa, 07 Juli 2020

Materi LBP Hari ke-16 Pagi | Ketidaktahuan yang Membawa Manfaat  (Part 1)

Ditulis oleh: Icha Farihah

Beberapa orang telah melakukan riset tentang alif lam mim sampai sepuluh tahun lamanya.

Mereka mencoba membuat beraneka ragam tafsir dan teori tentang alif lam mim.

Tafsir mereka terlihat seperti ‘cocoklogi’, mereka mencoba menafsirkan simbol dari alif , lam dan mim, menghitung jumlahnya, dan mengaitkannya dengan makna yang mengada-ada.

Mereka melakukan apapun agar dapat mengetahui makna alif lam mim, hingga mereka lupa tujuan awal dalam mempelajari Al-Qur’an.

Para pencari tafsir alif lam mim ini tersesat dalam detail. Mereka mencoba memuaskan keingintahuan yang sebenarnya hanya sia-sia.

Masih ingat tentang tinjauan mikro dalam Al-Qur’an pada seri Divine Speech?

Mereka ini mencoba menafsirkan alif lam mim dengan zoom in yang maksimal. Apa yang didapat?

Gambaran yang blur, tidak jelas.

Al-Qur’an menjadi samar dan membingungkan.

Jadi, alih-alih Al-Qur’an yang berkuasa terhadap diri mereka, keingintahuan-lah (curiosity) yang merenggut perhatian dan pandangan mereka.

Allah katakan di dalam Al-Qur’an,

هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَٰبَ مِنۡهُ ءَايَٰتٞ مُّحۡكَمَٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَٰبِ وَأُخَرُ مُتَشَٰبِهَٰتٞۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٞ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَٰبَهَ مِنۡهُ ٱبۡتِغَآءَ ٱلۡفِتۡنَةِ وَٱبۡتِغَآءَ تَأۡوِيلِهِۦۖ وَمَا يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُۥٓ إِلَّا ٱللَّهُۗ وَٱلرَّٰسِخُونَ فِي ٱلۡعِلۡمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلّٞ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ

Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal. (QS. Ali ‘Imran, 3:7)

Ada bagian dari Al-Qur’an yang tampak samar. Orang-orang yang beriman yakin bahwa ada hikmah di balik itu. Tapi orang-orang yang hatinya berpenyakit malah menjadikan hal yang samar sebagai tujuan belajar.

Mereka fokus kepada alif lam mim. Huruf-huruf yang sebenarnya Allah sendiri tidak ingin diketahui maknanya oleh kita. Allah merahasiakannya.

Mari kita analogikan dengan perilaku seorang guru kepada muridnya. 

Guru akan mengajarkan kepada kita tentang sesuatu yang memang perlu kita ketahui, guru mengerti kapasitas sang murid. 

Guru tidak akan menerangkan materi-materi yang tidak sesuai level kemampuan kita. 

Itulah tugas guru. 

Proses ini adalah bagian dalam belajar.

Begitu juga dengan Al-Qur’an. 

Allah sendiri yang mengajarkan Al-Qur’an, Allah sendiri yang tahu mana yang patut kita ketahui dan tidak.

Jadi, kesampingkanlah keingintahuan yang berlebihan atas hal-hal yang tidak perlu diketahui. 

Karena tidak semua rasa penasaran baik untuk kita. 

Layaknya kisah perjalanan Nabi Musa Alayhis Salam dengan gurunya (beberapa ulama berpendapat gurunya adalah Nabi Khidir Alayhis Salam, pen) yang didokumentasikan di dalam surat Al-Kahfi:

قَالَ فَإِنِ ٱتَّبَعۡتَنِي فَلَا تَسۡـَٔلۡنِي عَن شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ أُحۡدِثَ لَكَ مِنۡهُ ذِكۡرٗا

Dia berkata, “Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya kepadamu.” (Qs. Al-Kahfi, 18:70)

Jangan tanya tentang makna yang detail dari alif lam mim sampai Allah menerangkannya sendiri.

Jika Allah mengizinkan, momen di mana kita masuk ke dalam surga dan bertemu dengan-Nya, itulah waktu yang tepat untuk menanyakan tafsir alif lam mim. Semoga Allah berkenan dan memberi rahmat kepada kita. Aamiin

Di kehidupan modern ini, kita diajarkan bahwa semua pertanyaan itu bagus untuk disampaikan. All questions are welcome about everything.

Dalam beberapa bidang keilmuan tertentu, kita memang diperbolehkan untuk bertanya apapun.

Tapi, Al-Qur’an mengajarkan para muridnya untuk menanyakan sesuatu yang tidak sia-sia. 

Al-Qur’an memaksa kita untuk bisa membedakan mana pertanyaan yang berguna dan mana yang tidak.

Jadi, silakan bertanya selama pertanyaan itu bermanfaat.

Kalau Allah tidak memberi tahu tentang makna dari Alif Lam Mim, maka tidak apa-apa. 

Artinya, ketidaktahuan kita tentang hal itu adalah sebuah ‘kebermanfaatan’. 

Inilah orientasi yang diperkenalkan Allah untuk murid-murid Al-Qur’an: It’s okay for not knowing everything


Diskusi dan Tanggapan LBP Hari ke-16 Pagi | Ketidaktahuan yang Membawa Manfaat  (Part 1)

Miranti:
Masya Allah merasa diingatkan bahwa untuk mendekatkan diri ke Al-Qur’an, berarti kita harus humble☺️🙏

Noted yang bagian:

” Dalam beberapa bidang keilmuan tertentu, kita memang diperbolehkan untuk bertanya apapun. Tapi, Al-Qur’an mengajarkan para muridnya untuk menanyakan sesuatu yang tidak sia-sia.

Aku jadi keingetan pengalaman mengajar anak-anak SD kelas 4-6.

Waktu itu pernah mendapat amanah jadi fasilitator Science Club gitu☺️

Yang namanya anak-anak zaman now itu kritis-kritis banget, hal-hal detail ditanyakan, bahkan banyak pertanyaan tak terduga, di luar imajinasi orang dewasa😅

Dan fitrahnya anak kan emang rasa ingin tahunya tinggi banget ya…

Menurut teman-teman di sini bagaimana cara menjelaskan dengan bijak ke anak-anak kalau misalnya saat belajar Al-Qur’an mereka kritis banget gitu…

Bagaimana cara kita membedakan mana keingintahuan yang berlebihan dan rasa penasaran yang tidak perlu?

Wening:

Mungkin bisa dijelaskan dengan penjelasan ust. Nouman tersebut, mba ☺️

Bahwa alif lam mim adalah rahasia dari Sisi Allah yang berarti kita harus  bertanya langsung pada Allah utk tahu jawabannya. Yang berarti untuk itu kita harus bertemu Allah dulu di surga. Jadiiii…masalahnya sekarang:

Gimana caranya supaya kita sampai ke surga??? 😃

Buat motivasi positif mereka juga jadinya.

Miranti:

☺️makasiii mbak Wening🙏

Aline:

Bagus sekali penjelasannya,kayaknya bisa dipake juga, untuk segala usia 😄👍👍👍

Gustya:

Masya Allah, Mbak Miranti.. kebayang seru banget yaaa menjadi fasilitator Science Club. Aku bukan ahli tentang hal ini, Mbak. Pengalaman dan observasiku terbatas pada mengasuh anak-anak dan para keponakanku sendiri, jadi jumlahnya tentu tidak sebanyak peserta Science Club yang Mbak Miranti asuh. 

Aku percaya, fitrah manusia sebagai pembelajar insya Allah harus selalu terjaga. Jadi memang menantang sekali bagi orang dewasa di sekitar anak-anak untuk memberikan jawaban yang tepat/memuaskan, yang sekaligus tidak mematikan keinginan mereka untuk terus belajar dan bertanya. 

Idealnya kita sebagai orang dewasa mencari tau dan memahami tahap perkembangan, pertumbuhan, dan kebutuhan anak-anak pada usia tertentu. Aku biasanya cek konsep Fitrah Based Education, sambil intip-intip juga teori psikologi dan pola pengasuhan anak. Aku sedang belajar juga dari sebuah komunitas tentang #JawabDenganTauhid. Dari situ, insya Allah kita bisa menyiapkan respon berdasarkan konsep tauhid untuk menanggapi kekritisan anak-anak. 

Bagiku, ini sebuah proses belajar yang terus-menerus sih hehehe. Aku sering juga jawab: “Ibu/Tante tidak tau jawabnya. Kita coba cari bareng, yuk?” Jadinya belajar bareng deh dengan para krucils di sekitarku hehehe.

Postingan minggu lalu di grup ini juga makjeb banget untukku; insya Allah bisa menjadi salah satu pegangan:

The Nature

Ayat ini membingungkan” beda dengan “Saya masih bingung dengan ayat ini“.

Sama-sama bingung tapi beda.

Yang pertama adalah attitude as a critic.

Yang kedua adalah attitude as a seeker.


Materi LBP Hari ke-16 Siang | Ketidaktahuan yang Membawa Manfaat  (Part 2)

Ditulis oleh: Icha Farihah

Setelah membaca tulisan ini, 

silakan ambil mushaf Al-Qur’an, minta petunjuk kepada Allah, dan periksa sendiri keindahan di dalam Al-Qur’an.

Pada beberapa awalan surat di dalam Al-Qur’an, Allah gunakan huruf-huruf yang serupa cara membacanya dengan Alif Lam mim, yaitu seperti Sad, Ya Sin, Tha Ha, Alif Lam Ra, dan lain sebagainya.

Coba perhatikan beberapa contoh ayat/kalimat setelah huruf-huruf ini:

 الۤمۤ ۝  ٱللَّهُ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَیُّ ٱلۡقَیُّومُ ۝  نَزَّلَ عَلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ بِٱلۡحَقِّ مُصَدِّقࣰا لِّمَا بَیۡنَ یَدَیۡهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِیلَ

1. Alif Lam Mim.

2. Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).

3. Dia menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil,

(QS. Al-Imran: 1-3)

 الۤمۤصۤ ۝  كِتَـٰبٌ أُنزِلَ إِلَیۡكَ فَلَا یَكُن فِی صَدۡرِكَ حَرَجࣱ مِّنۡهُ لِتُنذِرَ بِهِۦ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِینَ

1. Alif Lam Mim Sad.

2. (Inilah) Kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad); maka janganlah engkau sesak dada karenanya, agar engkau memberi peringatan dengan (Kitab) itu dan menjadi pelajaran bagi orang yang beriman. 

(QS. Al-A’raf:1-2)

الٓرۚ تِلۡكَ ءَايَٰتُ ٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡحَكِيمِ

Alif Lam Ra. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang penuh hikmah. (QS. Yusuf:1)

الٓرۚ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ لِتُخۡرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ

Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji. (QS. Ibrahim: 1)

 طه ۝  مَاۤ أَنزَلۡنَا عَلَیۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰۤ

مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ

1. Tha Ha

2. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah 

(QS. Taha: 1-2)

 الۤمۤ ۝  تِلۡكَ ءَایَـٰتُ ٱلۡكِتَـٰبِ ٱلۡحَكِیمِ

تِلۡكَ ءَايَٰتُ ٱلۡكِتَٰبِ ٱلۡحَكِيمِ

1. Alif Lam Mim.

2. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah

(QS. Luqman: 1-2)

 حمۤ ۝  تَنزِیلࣱ مِّنَ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ

1. Ha Mim

2. (Al-Qur’an ini) diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. 

(QS. Fussilat: 1-2)

Berulang-ulang, setelah huruf-huruf ini muncul, ayat atau kalimat selanjutnya adalah tentang Al-Qur’an.

Setiap kali membaca ayat-ayat seperti di atas, kita mungkin berpikir, 

Apa ya kira-kira artinya? Kenapa ada huruf-huruf seperti ini?

Allah langsung menjawab pada tiap kalimat selanjutnya, “Al-Qur’an adalah kitab yang jelas”, “Al-Qur’an penuh dengan kebijaksanaan”, “Al-Qur’an tidak diturunkan agar engkau menjadi susah“, dan lain-lain.

Seolah-olah Allah sedang memberikan orientasi kepada para pembaca Al-Qur’an dengan huruf-huruf ini.

Sayangnya, kita malah luput dan sering lupa tentang bagian terpenting dari orientasi ini. 

Yaitu, tentang merendahkan keingintahuan kita dan mengarahkannya ke arah yang baik (berprasangka baik). 

Orientasi semacam ini, Allah ulang-ulang pada beberapa awalan surat. 

Manusia memang suka lupa. Maka pengingat ini Allah berikan kepada kita.

Bahkan, Allah juga tidak hanya menggunakan satu huruf saja, Allah mengganti dengan huruf-huruf lain supaya rasa penasaran kita muncul dan lagi-lagi bertanya, “Kenapa Allah sekarang pakai Ha Mim, bukan Alif Lam Mim? Kenapa di sana hurufnya malah Sad?” Dan seterusnya…

Allah benar-benar menguji kita dengan huruf-huruf ini, apakah kita akan tersesat dalam sebuah detail keingintahuan yang sia-sia atau kita memperoleh tujuan sebenarnya dalam mempelajari Al-Qur’an? 


Diskusi dan Tanggapan LBP Hari ke-16 Siang | Ketidaktahuan yang Membawa Manfaat  (Part 2)

Nadia:

Masya Allah, ini yang sering banget bikin penasaran Jazakallahu Khairan ustad

Materi LBP Hari ke-16 Sore | Ketidaktahuan yang Membawa Manfaat  (Part 3)

Ditulis oleh: Icha Farihah

—————–

Selanjutnya, kita akan membahas ayat ke-2 dari surat Al-Baqarah

ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ

Kitab itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. 

Kita mulai dengan membahas dan mengupas tentang vocabularies dalam ayat ini. 

Setidaknya ada empat kata kunci dalam ayat ini yaitu: kitab, royb, hudan, dan takwa.

Kitab, kataba كتب

Di kalangan masyarakat Arab modern, kitab/kataba (كتب) artinya menulis. 

Tapi, jika merujuk pada Bahasa Arab kuno, artinya adalah mengukir di atas batu, memahat di atas kayu, menyulam pada lembaran kulit binatang.

Jadi, ketika seseorang menggoreskan tulisannya pada sesuatu, misal di pohon, batu, kayu, dan sejenisnya, itulah yang dimaksud dengan kataba (كتب).

Makna kitab/kataba (كتب) yang seperti ini akan sulit ditemukan pada realita zaman sekarang.

Ketika tulisan ini dibuat, penulis tidak berkeringat dan kelelahan sama sekali. Karena penulis tidak mencoba memahat tulisan ini di atas meja belajar, penulis hanya  mengetik di sebuah perangkat digital.

Tipografi, paragraf yang tertukar, dan kesalahan-kesalahan dalam tulisan ini tidak akan menjadi masalah besar. Tinggal klik/sentuh ‘backspace‘ atau ‘delete‘, ‘select-copy-paste’, semua teratasi.

Tapi, bayangkan jika ini terjadi ribuan tahun yang lalu.. Ketika tulisan sudah terpatri di atas batu, kayu, dan lain-lain, lalu terjadi kesalahan. Maka pedagang kayu tinggal menawarkan barangnya, “Silakan dipilih kayunya, semangat memahat lagi ya!

Gambaran kataba (كتب) juga dapat diilustrasikan dengan seorang anak kecil yang sedang menggambar sebuah pemandangan gunung, sawah, dan matahari teletubbies yang berpendar indah. Kemudian karena gambar bulat mataharinya tidak sempurna, sang anak akan kesal, mencoret, meremas, dan membuang karyanya ke tempat sampah.

Kurang lebih begitu gambaran kesulitan dan tantangan menulis di zaman dahulu. 

Kesalahan penulisan sedikit saja akan membekas selamanya.

Jadi, kataba (كتب) adalah menulis tanpa tombol delete atau backspace.

Kita tidak bisa menghapusnya, itu sudah tertulis di atas batu.  What it is, is what it is. There is no room for edit.

Tidak ada kesempatan untuk memodifikasi dan mengubah sebuah tulisan.

Tulisan di atas sebuah kayu, batu, dan material sejenis juga tidak ada ruang untuk mengubah urutan paragraf, urutan kalimat, dan lain-lain. Semuanya sudah fixed, sudah tetap.

Coba sekarang, kita bayangkan keadaan pada tradisi lisan di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kita tahu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendapatkan wahyu secara lisan. 

Lalu, kalau lisan, kenapa Allah tetap gunakan kata kitab untuk mendeskripsikan Al-Qur’an?

Karena urutan dari setiap surat yang ada di dalam Al-Qur’an, sudah tetap. 

Secara harfiah, urutan yang tetap ini sama seperti tulisan yang sudah terukir di batu, tidak bisa diubah lagi.

Jadi, itulah alasan kenapa Al-Fatihah pertama, Al-Baqarah kedua, Ali Imran ketiga, An-Nisa keempat, An-Nas terakhir, dan lain sebagainya. Urutan ini sudah tetap dan tidak bisa diubah lagi. Itu langsung dari Allah ta’ala, bukan modifikasi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam apalagi para sahabat Radhiyallahu Anhum.

Kalau urutannya bisa berubah-ubah, kita tidak bisa menyebut Al-Qur’an sebagai Kitab. Kita dapat memanggilnya sebagai kalam.

Tapi, Al-Qur’an disebut Kitab, bukan?

Seseorang bisa ubah urutan kalam, tapi tidak dengan urutan kitab.

Kitab sudah diukir secara permanen sehingga ia menjadi sebuah petunjuk yang kuat.

Lalu, Apa beda antara Al-Qur’an dan Al-Kitab? Kenapa ada dua sebutan yang sering diulang-ulang ini?

*

insyaAllah akan dibahas minggu depan…

***

Semoga Allah terangi, lembutkan, dan kuatkan hati kita dengan cahayaNya.🤲

Mohon doakan kami agar bisa istiqomah berbagi mutiara-mutiaraNya.🙏

Jazakumullahu khairan😊

Salam,

The Miracle Team – Lessons from Bayyinah’s Production

One thought on “[LBP2020] Ketidaktahuan yang Membawa Manfaat

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s