[LBP2020] How to Approach The Quran: The First Lesson


Lessons from Bayyinah’s Production (LBP)
Hari ke-12
Topik: Pearls from Al-Kahfi
Jumat, 03 Juli 2020

Materi LBP Hari Ke-12 Pagi | How to Approach The Quran: The First Lesson

Diintisarikan dengan pengubahan seperlunya oleh : Muchamad Musyafa’

Sudah kita pelajari sebelumnya di bagian paling awal dari pembahasan How to Approach The Quran bahwa dalam mempelajari Al-Qur’an kita membutuhkan prasyarat akademik dan psikologis.

Syarat psikologis merupakan syarat penting untuk mempelajari Al-Qur’an. Syarat inilah yang sering terlupakan bagi kita. Pertama-tama, syarat psikologis yang perlu dipenuhi seorang pembelajar Al-Qur’an adalah memiliki Moral Compass. Moral Compass atau yang bisa juga disebut pedoman moral ini harus dimiliki seseorang dalam keadaan fitrah.

Lalu, hari ini kita akan mencoba lanjut ke syarat psikologis kedua.

2.) Approach it as a seeker not a critic.

Datangi Al-Qur’an sebagai seorang pencari bukan seorang pengkritik.

Hal ini sangat penting, tanpa kita sadari kita sudah sering menjadi pengkritik tiap harinya. Tiap usai menonton film, kita kadang mengkritisi kualitas akting pemainnya atau alur cerita yang membosankan.

Ketika kita menonton pertandingan sepak bola, kadang kita juga mengkritisi cara para pemain bola bermain.

Saat kita kalah main game, kita sering menyalahkan sinyal atau joystick yang nge- lag.

Kebijakan-kebijakan pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19 sering juga kita kritisi.

Urusan rumah tangga artis, kita komentari juga, kita kritisi juga.

Memang kita sangat rentan untuk mengkritisi apapun yang terjadi. Kita akan cenderung mengkritisi apa saja yang tidak sesuai dengan standar kita. Apalagi netizen Indonesia, gosip dan nyinyirannya lebih pedas dari bon-cabe level 30, hahaha…

🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️

Sekarang ketika berhadapan dengan Al-Qur’an, jika kita mengharapkan petunjuk darinya, tidak bisa kita mengambil sikap yang sama. Tidak boleh kita mendatangi Al-Qur’an dengan sikap siap mengkritisi. Jika ada sesuatu di Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan standar kita, maka kita akan mengkritisinya

Bisa saja kita bersikap mengkritisi walaupun tidak secara eksplisit. Kita tidak menyampaikannya secara lisan. Kita tidak mengomel. Tapi sikap itu bisa jadi ada di dalam hati kita. Bisa jadi ada di dalam benak kita.

Ah ayat ini kok begini?
Ayat ini membingungkan.
Gak masuk akal.

Sikap itu berbahaya walau hanya tebersit di benak kita.

Jika kita bersikap begini, apa efeknya? Efeknya adalah bahwa kita akan berpikir bahwa cara berpikir kita lebih superior dari penjelasan di Al-Qur’an. Sehingga kita merasa kadang ayat-ayat Al-Qur’an tidak memenuhi standar kita. Tidak memenuhi ekspektasi akal kita. Kita junjung akal kita di atas, tapi kita taruh firman Allah ﷻ di bawahnya.

Ini gila dan sekaligus berbahaya. Kita tidak akan siap menerima petunjuk jika kita masih bersikap seperti ini.

Diskusi dan Tanggapan LBP Hari Ke-12 Pagi | How to Approach The Quran: The First Lesson

Gustya :

Dalam tulisan tersebut, ada kalimat-kalimat sebagai berikut:
“Bisa saja kita bersikap mengkritisi walaupun tidak secara eksplisit. Kita tidak menyampaikannya secara lisan. Kita tidak mengomel. Tapi sikap itu bisa jadi ada di dalam hati kita. Bisa jadi ada di dalam benak kita.

Ah ayat ini kok begini?
Ayat ini membingungkan.
Gak masuk akal.

Sikap itu berbahaya walau hanya tebersit di benak kita.”

Pertanyaan: bagaimana menghindari munculnya pikiran seperti itu?
Sejujurnya, di saat saya belajar membaca, memahami, dan men-tadabbur-i Al-Qur’an, sering kali secara otomatis muncul kebingungan saat kesulitan untuk mengerti kata/kalimat/ayat/terjemahan. Biasanya membuka kitab tafsir dan browsing berbagai sumber di internet lumayan membantu proses pembelajaran ini. Kalau pun ada yang belum jelas, insya Allah saya yakin penyebabnya adalah keterbatasan ilmu dan akal saya.

Mohon masukan dari teman-teman semua.

Terima kasih 😊

Syadli :

Copas dari sebelah yg berhubungan dengan pertanyaan di atas.

1. Yang kami lihat perlu memahami kondisi psikologis ketika muncul pertanyaan tersebut
2. Mencari solusi sesuai dengan kondisi psikologis.

=====================

*The Nature*

“Ayat ini membingungkan” beda dengan “Saya masih bingung dengan ayat ini”.

Sama-sama bingung tapi beda.

Yang pertama adalah attitude as a critic.
Yang kedua adalah attitude as a seeker.

*Possible Solutions*

Yang perlu ditambahkan dalam usaha untuk meredam kebingungan:

1. Sebelum kemana-mana, as a seeker, minta bantuan langsung sama Allah. “Ya Allah, aku masih bingung sama ayat-Mu ini. Akulah yang bingung Ya Allah. Berikan pemahamanku untukku Ya Allah.” Atau doa-doa sejenis itu. Zaman dulu saya pernah ngaji tilawah dan ada puji-pujian yang isinya seputar itu. Termasuk doa supaya dijauhkan dari setan yang kemungkinan ikut-ikutan ngrecokin kita saat kita berusaha memahami kalam-Nya

2. Tanya ke guru. Face to face kalo bisa. Ustadz Nouman sendiri juga punya guru. Diantaranya Dr. Abdus Samie dan Dr. Akram Nadwi.

3. Dengerin Bayyinah TV di Deeper Look dan/atau Concise Commentary yang bahas ayat tersebut. Kadang Ustadz Nouman bahas ayat secara dalam ayat tertentu, justru di surah yang lain. Artinya, makin rajin atau makin banyak kita dengerin Bayyinah TV, insya Allah makin kelar urusan kebingungan terhadap suatu ayat.

Kamarudin :

Bismillāh

Mohon izin sedikit berbagi ala kadarnya.

Apa yg mba (betul ya, mba bukan mas) ceritakan, alhamdulillāh pernah saya alami.

Dulu saya pernah dalam keadaan di mana banyak hal tentang Qur`an & Sunnah yg tidak saya pahami. Alhamdulillāh Allāh ilhamkan dalam pikiran saya : “saya yakin Islam benar, saya yakin Qur`an benar, saya yakin Rasulullāh SAW (Sunnah) benar, dan yang ada hanya saya belum sampai ilmunya.”

Alhamdulillāh saya dipertemukan dengan sosok Ustad Nouman. Saya sedikit terinspirasi metode beliau dalam mempelajari Qur`an. Ketika ada ayat yang saya kurang paham, yang saya duplikasi dari beliau (dengan sedikit improvisasi dari saya karena ilmu yang masih dangkal) :

1. Cek terjemah kata perkata
2. Jika ada kata yg tidak dikenali, cek akar katanya, lalu cek kamus bahasa Arab.

Alat bantu cek akar kata :
– aplikasi Qur`an Tafsir & by Word

Alat bantu terjemah :
– situs kamus ArabKlasik-Inggris Lane Lexicon ( http://lexicon.quranic-research.net/ ) ini merupakan kamus rekomendasi Ustad Nouman.
– kitab kamus Arab-Indonesia al Munawwir.

3. Kembalikan hasil cek arti kata ke dalam terjemah kata perkata
4. Buka kitab tafsir; yg umum Tafsir ibn Katsir & Tafsir al Jalalayn
5. Jika masih perlu lebih dalam memahaminya, cek video kajian Ustad Nouman terkait ayat tersebut, baik yg gratis ada di Youtube maupun yang berbayar di BayyinahTV (jurus pamungkas 😇)

Alhamdulillāh bukan saja lebih paham, bahkan Allāh tambahkan banyak bonus: terbayang nuansa dalam ayat, situasi saat ayat turun, terasa keindahan bahasa ayat, dan lain-lain.

Alhamdulillāh kadang baru sampai poin 3, hal-hal yang saya sebutkan itu langsung saya rasakan.

Demikian mba.
Wallāhu’alam 🙏


Materi LBP Hari Ke-12 Siang | How to Approach The Quran: The First Lesson

Di bagian kedua ini, Ustadz Nouman memberikan sebuah contoh. Sebuah contoh bagaimana Allah ﷻ menyetel suasana yang tepat bagi kita. Sebagai seorang murid Al-Qur’an.

Sebuah ayat pertama yang Allah ﷻ sampaikan setelah kita meminta petunjuk ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ di surat Al-Fatihah.

Apa itu?

الٓمٓ

Alif – Laam – Miim

Jadi Allah ﷻ memberi kita sebuah buku petunjuk. Manual book. Guidance book. Agar kita bisa hidup lebih baik. Lalu ketika kita siap untuk mempelajarinya, apa pelajaran pertamanya?

الٓمٓ

Alif – Laam – Miim

Hah? hehehe,

Kita tahu artinya?

No, tidak ada. Tidak ada yang tahu secara pasti arti ayat ini. Tidak ada yang tahu secara pasti makna yang terkandung dari rangkaian huruf-huruf ini.

Di sinilah Allah ﷻ ingin lebih dahulu menyetel suasana kelas bagi penimba ilmu Al-Qur’an. Bahwa di kelas tersebut kita adalah murid yang memiliki keterbatasan pikiran dibanding luasnya ilmu dan kebijaksanaan Allah ﷻ. Kita harus siap jika nanti bertemu dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang akan sulit diterima oleh akal manusia biasa. Agar kita tahu bahwa kita tidak tahu jika berhadapan dengan firman Allah ﷻ.

Sikap kita harus berubah. Luruskan sikap kita. Jadilah murid yang santun di depan Al Qur’an.

Be humble.

وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

“Dan Allah ﷻ mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(Al-Baqarah 2:216)

Ada sub-pembahasan di sini yang perlu kita pahami bersama.

Ketika ada orang yang membaca tulisan ini, maka dia tidak sedang membaca Al-Qur’an. Tulisan ini adalah persepsi dari seseorang lainnya terhadap Al-Qur’an.

Apakah dibenarkan jika seseorang mengkritisi persepsi orang lain terhadap Al-Qur’an? Apakah mungkin?

Ya.

Lalu, apakah mungkin seorang ulama mengkritisi analisis tafsir dari ulama lain? bolehkah?

Ya.

Artinya, apa yang dituliskan di sini bukanlah firman Allah ﷻ, ini adalah usaha Ustadz Nouman untuk menjelaskan firman Allah ﷻ. Sehingga hasil usaha ustadz Nouman untuk menjelaskan firman Allah ﷻ dapat dikritisi, dapat dikoreksi, dapat diberikan masukan-masukan.

Para pembaca di sini sah-sah saja jika memiliki pendapat lain dalam menjelaskan firman Allah ﷻ. Lalu mengkritisi dan mengoreksi. Hal ini memang seharusnya ada, dan bahkan harus didukung. Dengan pertukaran pendapat dan belajar dari orang lain maka pemahaman kita terhadap ayat-ayat Allah ﷻ bisa tumbuh.

Sebagai makhluk ciptaan Allah ﷻ yang paling sempurna, tetap saja daya berpikir kita terbatas. Ilmu kita bagaikan setetes air di tengah luasnya dan dalamnya samudra ilmu dan kebijaksanaan Allah ﷻ.

Jadi tidak bisa kita berusaha mengkritisi Al-Qur’an firman Allah ﷻ dengan keterbatasan ilmu yang kita miliki. Tapi sah saja jika kita mengkritisi, mengoreksi pemahaman orang lain terhadap firman Allah ﷻ. Sehingga harapannya kita bisa mendapatkan pemahaman Al-Qur’an seakurat mungkin.

Hal tersebut penting disampaikan di sini, karena ada orang yang tidak membedakan Al-Qur’an dan Tafsir. Mungkin ada yang berpendapat jika kita menyalahi tafsir maka kita akan menjadi kafir.

Bukan begitu, ketika kita tidak sependapat dengan sebuah buku tafsir, kita hanya tidak sependapat dengan cara seseorang melakukan pendekatan pemahaman terhadap Al-Qur’an. Tidak otomatis kita mengingkari isi Al-Qur’an. Tafsir bukanlah kitab suci, tapi Al-Qur’an lah kitab suci kita yang patut kita sakralkan.

Tapi tidak berarti kita harus menyepelekan tafsir. Hanya saja di dalam tafsir masih ada ruang untuk koreksi dan perbaikan. Karena memang tafsir merupakan hasil usaha manusia dengan segala keterbatasan akal pikirannya. Dan tetaplah Rasulullah Muhammad ﷺ penafsir terbaik karena lisannya yang senantiasa dijaga oleh Allah ﷻ.


Materi LBP Hari Ke-12 Sore | How to Approach The Quran: The First Lesson

3️.) Ikhlas melepaskan gagasan yang dimiliki sebelumnya jika bertentangan dengan Al-Qur’an. Terlepas dari konsekuensi yang akan timbul nantinya.

Biasanya seseorang memiliki pendapat pribadi seperti :

Apa itu adil. Apa itu tidak adil.
Apa hak laki-laki. Apa hak perempuan.
Apa hak seorang suami. Dan apa hak seorang istri.
Bagaimana seharusnya kita memperlakukan orang-tua.
Bagaimana seharusnya kita memperlakukan anak-anak kita.

Ketika Al-Qur’an datang ke kita, tidak jarang juga apa yang digambarkan Al-Qur’an berbeda dengan gambaran yang kita miliki sebelumnya.

Pandangan kita terhadap suatu hal bisa jadi berbeda jika kita membandingkannya dengan cara Allah ﷻ memandangnya melalui Al-Qur’an.

Jika kita bersungguh-sungguh untuk mencari petunjuk, maka kita harus siap untuk mengubah gagasan kita. Kita harus siap mengubah pola pikir kita. Ide-ide kita.

Karena kita berhadapan dengan Al-Qur’an. Firman Allah ﷻ

(Insya Allah bersambung minggu depan)

One thought on “[LBP2020] How to Approach The Quran: The First Lesson

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s