Kisi-kisi Video Pekan Kedelapan
﷽
Di pekan kedelapan ini, saya ingin memodelkan materi yang sedang kita bahas. Ada dua level pendekatan yang disampaikan Ustadz Nouman dalam video materi, yang di setiap levelnya memiliki deskripsi masalah (problem) dan bagaimana sikap seorang muslim mencapai keseimbangan untuk menyikapi masalah tersebut (attitude) .
Pada model high level, setiap individu manusia berada pada setidaknya tiga level usaha (struggle) dalam dakwah: level individu, level kolektif (komunitas), dan level dakwah. Di setiap level usaha, kita menyeimbangkannya dengan memberikan manfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain tanpa melupakan attitude bahwa hanya Allah-lah yang memberi hidayah kebaikan pada siapa yang dikehendaki-Nya.
Kemudian pada model low level, di dunia yang luas ini kita menemukan ada beberapa “versi” Islam yang disebabkan oleh berbagai masalah yang semakin kompleks. Untuk menyelesaikan masalah-masalah itu, orang-orang dan juga kelompok masyarakat, dalam kapasitas dakwahnya masing-masing, melakukan usaha-usaha di berbagai cara dakwah. Sikap kita sebagai muslim adalah memberikan respect pada setiap usaha dakwah orang lain tanpa saling menyalahkan dan merendahkan.
Kita dapat mengambil contoh masalah Rasulullah ﷺ ketika berdakwah pada masyarakat pada zaman itu. Tiga macam kaum yang menjadi perhatian Rasulullah adalah musyrikun, ahlul kitab, dan generasi setelah mereka, yang di setiap kaum tersebut memiliki masalah yang berbeda.
Kita memiliki petunjuk dari sikap Rasulullah ﷺ, seperti yang Allah sampaikan dalam Al-Quran di surat Ash-Shuraa ayat 15 agar kita melakukan dakwah pada orang lain dan tetap berpegang teguh pada keimanan dan dakwah kita.
Di ayat lainnya, surat Al-Maidah ayat 2, Allah perintahkan kita untuk membantu orang lain dalam kebaikan dan takwa dan melarang bekerja sama dalam keburukan dan kebencian.

Referensi Video Pekan Kedelapan
Ketika Muslim Bekerjasama, Apa Motivasi Kita?
QnA Diskusi Pekan Kedelapan
DAKWAH
Q1. Bagaimana cara menyampaikan pemikiran Islam kepada orang yang sudah terlanjur memiliki Islamophobia?
Answer:
Pertama yang harus kita lakukan adalah menetralisir Islamophobia nya karena sebagus apapun pemikirannya dan sebaik apapun cara penyampaian kita tidak akan masuk.
Bagaimana menetralisir Islamophobia?
Hal ini memang berat dan butuh kesabaran ekstra.
Secara prinsip, petunjuknya dalam Al-Qur’an adalah:
Balas keburukan dengan kebaikan
Surah Fussilat, Verse 34:
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.”
Surah Fussilat, Verse 35:
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”
Berdakwah bukan dengan menyampaikan “begini lho Islam” melainkan dengan bersikap dan menjalankan aturan Islam. Seperti yang disampaikan Ustaz NAK pada video sebelumnya tentang: melaksanakan ibadah ritual, menjaga finansial dari hal haram seperti riba, dan mengimplementasikan keimanan semampu kita di hadapannya.
Pada Ramadan, orang yang mengaku berpemikiran liberal atau feminis pun shaum walaupun mungkin tidak full. Saat sakit, orang sekuler pun bahagia ketika didoakan. Saat ditinggal meninggal oleh keluarga, orang apatis pun bahagia ketika diberi semangat untuk bersabar.
Membersamai, mungkin itu yang melelahkan saat memiliki mad’u yang mengalami Islamophobia. Namun, Allah melihat usaha bukan hasil. Itulah mengapa pada QS 42:13, Allah سبحانه و تعالى. menyebut nama Nabi Nuh عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ. sebagai contoh utusan yang menyeru dalam waktu lama tetapi mengikutnya sangat sedikit. Allah سبحانه و تعالى. tidak melihat hasil tapi prosesnya.
Q2. Kenapa ya rasanya masih sedikit Muslim yang berkontribusi untuk berdakwah, padahal pahalanya besar. Apa problem utamanya? Apakah merasa minder akan skill sendiri? Belum termotivasi? Memang berdakwah yang saya pahami itu hukumnya fardhu khifayah, tapi betapa powerful-nya Islam seandainya lebih banyak lagi yang mau menyumbangkan tenaga, pikiran, atau hartanya untuk berdakwah.
Answer:
Yang perlu kita pahami dakwah itu tidak selalu harus berupa pengajian seperti misalnya seorang ustadz menyampaikan ceramah lalu ada orang yang duduk mendengarkan atau berpartisipasi dalam organisasi dakwah dulu baru dikatakan ikut berdakwah.
Dakwah bisa berupa hal-hal kecil, misalnya berbuat baik ke anak kecil, mengucapkan salam ketika bertemu, tersenyum dan amal amal sholih lainnya.
Dalam suatu quote oleh Ustadz Nouman juga bilang,
“They don’t read Qur’an… they read you.. ”
ketika seseorang mengamalkan nilai Islam dan orang lain ‘membacanya’ itu juga termasuk dalam dakwah.
Apakah orang yang berkontribusi dakwah sedikit? Wallahu a’lam kita tidak akan pernah tahu karena kita bukan yang Maha Tahu. Ada tirai gaib yang Allah tutupkan mata kita atasnya. Seperti halnya Nabi Musa عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ tidak bisa melihat hal yang gaib ketika melihat Khidir melubangi perahu, membunuh anak, dan membangun rumah.
Apakah dengan mengetahui kalau tidak banyak yang berkontribusi maka kita tidak meneruskan berbuat baik? Nabi Yusuf عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ ketika masuk penjara, Mesir saat itu banyak praktik kemusyrikan, apakah Nabi Yusuf عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ berhenti berbuat kebaikan di penjara ketika di sekitarnya musyrik semua? Tentu tidak.
Setiap orang punya kelebihan yang berbeda-beda, ada yang punya skill komunikasi bagus, ada yang ahli banget di bidangnya, ada yang punya kelebihan dalam hal harta, ada yang punya posisi di pemerintahan untuk menetapkan hukum, dll. Dan tidak harus aktif di organisasi dakwah atau membuat suatu pengajian. Semua punya bidangnya masing-masing.
Kita tidak bisa mengontrol orang lain, tapi kita bisa mengontrol diri kita sendiri, kalau kata Aa’ Gym mulai dari diri sendiri, mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil. Ketika ustadz bilang kita harus memikirkan kontribusi apa yang bisa kita berikan, lakukanlah! Orang lain tahu atau tidak juga tetap berbuat baik.
Kita bukan mengejar popularitas, dalam salah satu ceramahnya ustadz Nouman pernah bilang, ‘pursuit’ atau pengejaran yang paling tinggi derajatnya adalah pursuit of truth dan yang paling rendah adalah pursuit of happiness.
Q3. Tantangan Rasulullah ﷺ saat berdakwah adalah berhadapan langsung, face-to-face, dengan 3 kelompok orang sekaligus, kaum Musyrikin, kaum Yahudi, dan kaum Nasrani. Di zaman kita sekarang, apakah tantangannya masih sama seperti di zaman Rasulullah ﷺ dulu? Apakah kita sebagai muslim masih diwajibkan untuk berdakwah kepada ke-3 kelompok ini (dakwah eksternal) atau kita saat ini dituntut untuk lebih fokus saja berdakwah kepada umat Islam itu sendiri (dakwah internal)?
Answer:
Kelengkapan tarikh Nabi Muhammad ﷺ, Rasulullah ﷺ mengutamakan dakwah pada kalangan yang mayoritas terlebih dahulu pada saat itu, yakni kaum musyrikin Arab, baru kemudian setelah internal mayoritas solid (pasca Hudaybiyah) kemudian Rasul ﷺ mengirimkan surat dakwah kepada penguasa negeri-negeri tetangga yang beragama nasrani/majusi (eksternal) untuk masuk Islam.
Artinya, kalau sunnah ini ingin kita implementasikan pada konteks zaman sekarang, maka dakwah prioritas adalah kepada ummat Islam dahulu, di negeri mayoritas muslim masing-masing, baru ketika sudah solid (secara ekonomi maupun politik), kemudian ekspansi dakwah ke negeri umat-umat agama lain.
Tantangan dakwah zaman sekarang tidak sama tapi juga tidak lebih mudah. Zaman Rasulullah tidak ada tik tok, tidak ada media sosial yang dihamba, kecanggihan teknologi mempercepat tersebarnya informasi yang tidak diketahui kebenarannya. Sekali lagi informasi itu sangat penting sebagai pembentuk pemikiran kita yang berimbas pada karakter seseorang.
Target musuh Islam adalah akidah, karena itu adalah fondasi keimanan. Jika akidah goyah akan lebih mudah diremukkan. Sedemikian rupa dijauhkan dengan Al-Quran didekatkan dengan kesenangan. Diadu domba dengan sesama muslim agar tercerai berai, oleh karena itu fokus kita adalah merangkul saudara-saudara kita. Menurut saya jika kita bersatu maka akan tercipta keindahan maka dengan begitu semoga umat lain tercerahkan.
Q4. Dijelaskan ada 3 tantangan (kaum musyrikin, kaum yahudi, kaum nasrani), apakah ketiganya dapat dihadapi bersamaan atau bertahap, tantangan 1, lalu 2, baru 3?
Answer:
Secara bertahap, karena kita selalu diingatkan untuk menuntaskan amanah domestik dahulu sebelum berkiprah di luar. Jadi sebisa mungkin urusan pribadi selesai dulu. Dan sepertinya kalau kita sendiri masih berjuang di level 1, mungkin kita inilah yang perlu dikuatkan oleh saudara-saudara yang sedang berjuang di level 2 dan 3.
Menurut pendapat saya, dakwah itu keharusan bagi setiap muslim, karena setiap muslim hendaklah untuk menyeru dalam kebaikan agar bersama-sama saling mengingatkan di jalan Allah. Bahkan sekecil apapun.
Dakwah tidak harus menuntut kepada golongan mana kita berdakwah. tapi kepada siapa saja. Terutama dengan orang terdekat kita. Memulai dengan pelan-pelan. Sehingga suatu hari Allah akan menjadikannya besar. Mulai saja dulu dengan orang-orang di sekitar kita, seperti apa yang dicontohkan oleh nabi.
Manusia dikatakan rugi kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Berarti di sini jika kita ingin tidak termasuk ke dalam golongan yang rugi hendaklah untuk saling mengingatkan (dakwah).
KOMUNITAS DAKWAH
Q5. Bagaimana cara menemukan komunitas dakwah yang tepat?
Answer:
Cara yang dapat dilakukan tentu dengan berdoa, karena doa adalah senjata utama seorang muslim, kemudian bisa dengan bertanya pada orang-orang yang tepat.
Hanya saja, konteks pertanyaan nomor 5 ini sifatnya subjektif, karena komunitas dakwah yang tepat akan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.
Rasa tepat tersebut hubungannya dengan “rasa” kita terhadap komunitas tersebut. Adakalanya saat ini kita merasa tepat di komunitas tersebut, namun tidak menutup kemungkinan di lain waktu perasaan kita berubah. Jadi untuk memberikan batasan yang jelas bagi diri kita sendiri, bisa digunakan parameter kebaikan dalam dakwah tersebut, jika sekiranya komunitas tersebut adalah komunitas yang membawa nilai kebaikan dan mengajak manusia di jalan Allah, kenapa tidak kita ikut sertakan diri kita di dalamnya.
Seperti doa Nabi Ibrahim عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ yang diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Mukminun ayat 29:
Robbi anzilni munzalan mubaarokan wa anta khoirul munzilin.
Selama ahlussunah wal jama’ah, selama 1 akidah, selama Allah tujuan dakwahnya, Al Quran pedomannya, Nabi Muhammad ﷺ teladannya, mengajarkan kebaikan, tidak sikut-sikutan, tidak mengapa mengikutinya, dengan harapan bisa menjadi ladang kebaikan dan keberkahan.
Q6. Ketika di daerah yang sebetulnya muslim adalah minoritas terlanjur banyak komunitas muslim yang berlomba-lomba mengadakan proyek dakwah sejenis, bagaimana sebaiknya kita bersikap? Karena betul kata Ustadz Nouman, sebagai minoritas, terasa sekali adanya keterbatasan tenaga dan finansial.
Answer:
Sikapnya biasa aja, ikut senang karena semakin banyak yang memeriahkan agenda-agenda dakwah, semakin banyak yang aware dan mau membuat kegiatan baik dalam rangka mensyiarkan agamanya Allah. Alhamdulillah.
Kalau sudah punya komunitas/organisasi, pasti agendanya membuat event syiar yang menarik. Maunya di-support bersama, barengan, apalagi kalau agenda serupa, kalau bersama-sama sepertinya akan masif dan maksimal.
Tetapi memang tidak bisa dipungkiri, komunitas/lembaga dakwah yang ada sekarang ini bervariasi karena memang basisnya juga berbeda dan bervariasi; ada yang basisnya remaja masjid, komunitas hijab, komunitas hijrah, atau study club ini itu, sehingga semuanya mengeluarkan varian produk yang berbeda.
Mungkin seperti itu juga kalau di tempat minoritas, mereka membuat komunitas dakwah, karena basis yang berbeda-beda, contoh komunitas anak Jawa membuat event syiar sendiri, komunitas literasi membuat lagi sendiri, akhirnya muncul berbagai produk dakwah di masyarakat. Namun khawatirnya terkesan kompetitif, kalau ini ranahnya sudah hati masing-masing orang, sedikit susah dikendalikannya. Selama baik dan masih “on the track” kita support dan apresiasi.
Q7. Bagaimana dengan lembaga lain yang memanfaatkan kinerja kita untuk kepentingan dirinya sendiri? Bahkan cenderung menjadi manipulatif. Misal ormas “nebeng” lembaga netral untuk menarik simpati publik. Dimana kita meletakkan sisi waspada dengan sisi berbaik sangka? Bagaimana sikap kita seharusnya?
Answer:
Misal ada ormas yang mengusung dakwah namun butuh wajiha atau organisasi lain karena tidak bisa bila mengatasnamakan dirinya. Apalagi jika terang-terangan dakwah bisa membahayakan. Itu bagian dari syiasah. Dakwah juga butuh syiasah apalagi di ranah publik.
Sisi waspada dan berbaik sangka apabila kita paham apa yang ormas tersebut bawa. Kalau muatannya dakwah bil hikmah ya tidak boleh kita tentang.
Tapi kalau muatan atau paham yang dibawa adalah paham yang bertentangan dalam Islam seperti komunis ya musti kita waspadai.
Q8. Teman saya bilang, kalau nanti di akhirat akan ditanya dan dikumpulkan berdasarkan manhaj-nya. Sependek saya belajar agama, saya tidak pernah dengar tentang ini. Saya juga tidak nanya lebih lanjut ke dia saat itu. Apa ada yang tau mengenai hal ini? Jika memang nanti tidak ditanyakan, bagaimana cara yang baik untuk mengingatkan dia yang begitu yakin dengan hal tersebut?
Answer:
Lebih tepatnya setiap umat akan ditanya dan dikumpulkan berdasarkan imam/pemimpinnya. Maksud imam di sini adalah para nabi/rasul yang diutus pada mereka. Dan manhaj di sini istilah lebih tepatnya yaitu ajaran yang dibawa oleh para utusan.
“(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” [al-Isrâ`/17:71-72]
Syaikh ‘Abdur-Rahmân as-Sa’di rahimahullah menjelaskan, berdasarkan ayat di atas setiap umat akan dipanggil bersama dengan imam dan pemberi petunjuk mereka, yaitu para rasul dan penerus-penerusnya. Kemudian setiap umat maju dengan dihadiri oleh rasul yang pernah menyerunya. Amalan mereka kemudian dicocokkan dengan kitab yang pernah diserukan oleh rasul, apakah sesuai atau (justru) bertentangan.
Pendapat ini –seperti yang dipaparkan oleh asy-Syinqîthi rahimahullah [3] – sesuai dengan oleh firman Allah سبحانه و تعالى:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا
“Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad ﷺ) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” [an-Nisâ`/4:41].
Setiap rasul menjadi saksi atas umatnya sendiri dan ajaran yang dibawanya. Begitu juga ajaran rasul ini akan diteruskan lagi oleh para ulama. Dan setiap orang akan ditanyai dan diminta pertanggungjawaban atas amal dan perannya masing-masing kelak di akhirat. Jadi untuk penanya mungkin bisa dijelaskan lagi padanya jika maksud manhaj lebih merujuk pada ajaran nabi untuk umatnya masing-masing.
Referensi: https://almanhaj.or.id/2644-tatkala-manusia-dipanggil-bersama-imamnya.html
Q9. Setujukah teman-teman dengan pendapat beberapa ustadz muda kita bahwa Reuni 212 adalah momentum yang paling tepat dalam konteks persatuan umat?
Answer:
Kalau saya kebetulan bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman yang ikut 212 itu kebanyakan konsep tentang Islam dan keinginan untuk kontribusi di level 3 (pemikiran) dalam dirinya sudah cukup baik.
Manusia beragam berkumpul, bisa sampai 4-7 juta orang, dan semua tertib. Komando di media sosial pun cenderung rapi untuk kategori banyaknya kepala. Sehingga wajar kalau disebut persatuan umat. Tidak mudah untuk mengumpulkan jutaan orang dengan kesadaran dan usaha untuk kontribusi di level 3 itu.
Q10. Di Indonesia, ada beberapa kelompok yang mendakwahkan Islam. Sayangnya, karakter organisasi, karakter sebagian ustadznya, dan karakter anggota jamaahnya sering saling menyalahkan bahkan membahas kekurangan kelompok dakwah lain, dengan cara yang berpotensi menyebabkan kebencian dan permusuhan di antara sesama muslim dan sesama organisasi. Pertanyaan:
(1) Bagaimana sikap yang seimbang (tawazun) menyikapi fenomena ini?
(2) Bagaimana cara membagikan (share) kajian mereka yang bermanfaat, tapi tetap bisa menghindarkan diri dari karakter mereka yang suka menjelek-jelekkan saudara sesama muslimnya yang lain?
(3) Pernahkah Ustadz Nouman membahas masalah ini? Kalau ada mohon di-share linknya yah.
Answer:
(1)
Tidak ikut saling menyalahkan.
Tidak ikut melabel.
Anggap saja sebagai pengingat bagi diri dan jamaah/organisasi, pengingat dari sesama muslim.
Kalau sangkaan itu tidak sesuai dengan yang dituduhkan, bisa diklarifikasi. Terkadang waktu yang akan menjawab.
Contohnya:
Saat suatu jamaah melakukam ijtihad.. lalu dikatakan ijtihannya itu tidak baik.. atau tidak dicontohkan nabi.. kita bisa jelaskan dasar hukum (Al Quran dan sunnah) ijtihad tersebut, kaidah apa yang dipakai dsb.. kalau salah, ijtihad dapat 1 pahala kalau betul dapat 2. Kemudian ternyata ijtihad itu diaplikasikan oleh banyak orang di dunia… ya itu kebaikan dari Allah.
Saya beberapa kali lihat fenomena ini yang dijawab oleh Allah dengan waktu..
Jadi akan rugi di kitanya juga ketika di awal waktu menganggap nasehat saudara sebagai ejekan walaupun waktu berlalu akhirnya ijtihad kita yang benar… jadi sabar aja.. biarkan waktu yang menjawab.
(2)
Mengambil nasehat yang baik-baik dari ustadznya dan hanya menyebarkannya kepada orang terdekat saja.
(3)
Sangat terasa hikmah-hikmahnya pas dijelaskan detail sama Ustadz Nouman, misalnya kisah Nabi Yusuf عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ yang masih belum beres-beres di Channel YouTube Bayyinah.
MENYIKAPI MASALAH PERBEDAAN
Q11. Bagaimana cara mengatasi sebuah perbedaan di mana masing-masing pihak menganggap dirinya paling benar menurut penafsiran kelompok masing-masing walaupun mereka tetap saling menghormati? Apakah hal tersebut dapat disatukan agar mencapai manfaat yang lebih besar?
Answer:
Sepertinya harus diketahui dulu perbedaannya dalam hal furu’iyah atau bukan.
Menukil 2 kajian dari Ust. Nuzul yang bisa diambil pesannya:
- Kajian 1, tentang cadar. Ada sebagian ulama berpendapat wajib dan sebagian sunnah. Kemudian ada seorang istri bertanya kepada ustadz karena beliau diminta suaminya untuk membuka cadar jika sedang bersama keluarga. Ust. Nuzul mengembalikan ke ilmu yang dipahami oleh sang istri, jika memang menganggap wajib maka tetap dipertahankan, tapi jika menganggap sunnah maka bisa menanggalkan cadar karena perintah untuk menaati suami adalah wajib.
- Kajian 2, menyikapi khilaf. Dalam memutuskan sikap terhadap khilaf agar dikedepankan meminta bantuan dulu kepada Allah, bukan mengandalkan akal dan mengomparasi dalil. Nabi ﷺ mencontohkan ketika menghadapi khilaf yang dilakukan pertama kali adalah istikharah, solat 2 rakaat, berdoa.
Jadi, untuk pertanyaan no 11 ini harus dilihat case by case perbedaan apa yang dimaksud. Dapat disatukan atau tidak serta sikap kedua kelompok hendaknya sesuai dengan sikap yang bijak sesuai dengan contoh Rasulullah.
Q12. Bagaimana jika teman remaja masjid melakukan seperti apa yang Ustad Nouman katakan (merasa seperti bersaing dengan organisasi lain)? Ada sarankah?
Answer:
Menasehati dengan baik. Bahwa muslim itu harus bersatu, bersama-sama menebar kebaikan. Karena dengan bersama muslim akan menjadi kokoh. Menjelaskan tujuan dari adanya remaja masjid adalah mensejahterakan dan menghidupkan masjid dengan mengharap ridho Allah. Jadi, mengapa harus bersaing. Mungkin malah bisa berkolaborasi dengan organisasi lain untuk menciptakan kebermanfaatan yang lebih
Dalam konteks remaja masjid, yang bisa jadi remaja masjid terdiri atas pemuda-pemuda yang bergelora aktif beramal sholeh dalam wadah tersebut dan terkadang ketika mereka sangat aktif di sana kadang kali melihat organisasi lain bersaing. Merupakan suatu hal yang lumrah namun di sisi yang lain dalam persaingan ini haruslah dibarengi dengan semangat fastabiqul khairat (berlomba lomba dalam kebaikan) sehingga output-nya adalah bagaimana ketika berkompetisi tidak saling menjatuhkan antara satu organisasi remaja masjid dengan organisasi yang lain, namun bisa bersinergi untuk membangun program-program bersama.
Q13. Masih tidak mengerti di bagian “saling membantu dengan serius” jika ada kebaikan yang dikerjakan umat muslim lain meski berbeda interpretasi? Ada yang punya pendapat mengenai ini?
Answer:
Mungkin maksudnya “saling membantu meskipun berbeda interpretasi” ini adalah tetap saling bantu dan support apapun bentuk aktivitas kebaikan sesama umat Muslim yang meskipun terdapat perbedaan bentuk kebaikan dari apa yang kita lakukan, selagi masih sesuai tuntunan dan tidak perkara yang diharamkan oleh agama.
Karena bentuk kebaikan dan aksi membangun agama itu berbeda sesuai dengan peran dan bidang masing-masing. Jika ada hal yang dilakukan sesama muslim dan kita tidak sependapat dengannya maka bukanlah hal yang membuat umat Muslim berpecah belah dan tidak saling bantu. Ust. NAK di sini menekankan masalah kerjasama dan kolaborasi dalam kebaikan dan menegakkan agama, serta saling menghargai perbedaan. Dengan analogi membangun agama itu ibarat mendirikan sebuah bangunan yang setiap Muslim memiliki peran di berbagai sisinya.
Jika kebaikan itu bermanfaat bagi sesama muslim maka harus didukung. Meskipun kita berbeda kelompok. intinya berbuat baiklah kepada siapa pun. Karena perbuatan baik akan kembali kepada kita. dan Allah سبحانه و تعالى sendiri yang menyuruh kita utk berbuat baik kepada siapa saja. seperti dalam video kajian.
Q14. Kita harus menghargai keragaman dalam keislaman. Tapi bukan berarti kita membenarkan yang akidahnya keliru, bukan? Seperti halnya syiah. Bagaimana pendapat teman-teman?
Answer:
Setuju, persatuan itu ada pada tali ikatan agama Allah سبحانه و تعالى.
Surah Ali Imran ayat 103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
Jika sudah menyimpang/keluar dari akidah/ikatan yang lurus, seperti syiah maka perintah ini tidak berlaku.
– https://rumaysho.com/2106-apakah-syiah-itu-kafir.html
Dari artikel tersebut dikatakan bahwa syiah itu bermacam-macam. tidak semua kafir.
Menurut saya juga tergantung dengan pribadi orangnya bukan menilai itu syiah atau bukan, tapi apakah dia benar meyakini dan menyembah hanya kepada Allah saja dan apakah membenarkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah. dan tidak menyimpang dari apa yang Allah perintahkan. Karena banyak yang mengaku Islam tapi masih berbuat syirik dan menyembah yang lain. Mungkin harus menilai tentang ini kepada diri pribadi.
Seperti halnya Islam, ketika satu orang berbuat salah bukan berarti islam itu semuanya buruk. tapi orang tersebut yang harus dihukumi buruk bukan islamnya.
Q15. Kira-kira apa yang menyebabkan seseorang menganggap dirinya dan kelompoknya adalah Islam yang paling benar, sementara yang lainnya salah atau yang lainnya tidak nyunnah?
Answer:
Mungkin satu sama lain masih belum memahami sehingga menyebabkan dan merasa bahwa apa yang dikerjakan kelompoknya adalah benar padahal kelompok lain juga dalam hal benar juga.
Atau bisa jadi masih kurangnya mempelajari ilmu yang mana seseorang yang mempelajari satu mazhab saja dan lain mempelajari madzhab yang berbeda. Sehingga ketika ada perbedaan menganggap yang satunya adalah salah 🙏🏻
Nah, untuk memperbaikinya mungkin kita harus berprasangka baik dulu ketika memang belum paham ketika kelompok lain melakukan suatu kebaikan yang mana kita belum tahu ilmunya.
Karena kelompok tertentu itu membahas Islam dengan guru yang salah, banyak mengajak kesesatan. dan tujuan mereka hanya untuk kepentingan tertentu. misalnya untuk membangun sebuah organisasi masyarakat yang ingin menentang Islam yang benar.
PANDANGAN PESERTA
Q16. Saya akhir-akhir ini lagi sering mendengar ceramahnya Ustadz Oemar Mita tentang fitnah akhir zaman. Yang saya tangkap, fitnah (ujian) akhir jaman ini adalah sulit membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang salah (bathil). Bagaimana pandangan teman-teman tentang hal ini?
Answer:
Saya rasa sulit membedakan yang haq dan yang batil di akhir zaman ini, lebih karena kita tidak tahu ilmunya.
Saya ingat sekali waktu SD dulu ada kampanye menabung di bank dengan iming-iming supaya mendapat bunga. Tidak ada yang meng-counter juga. Terlihat seolah bunga itu tidak ada hubungannya sama riba. Sedih sekali masih kecil sudah disuruh berakrab dengan riba.
Jadi iya, zaman sekarang susah membedakan yang haq yang bathil. Yang bathil seringkali dikemas menyerupai kewajaran. Dan untuk membedakannya, kita butuh memahami ilmunya.
Memang betul salah satu dari fitnah akhir zaman adalah sulitnya membedakan yang haq dan yang bathil. Yang dianggap kebatilan bisa jadi dianggap sesuatu yang biasa saja.
Contoh kecil, (mudah-mudahan ada yang mengoreksi jika pendapat saya ini kurang tepat) beberapa tahun ini ada pengobatan yang mengklaim bisa menghilangkan pengaruh sihir, bisa menyembuhkan berbagai penyakit, tapi bukan dengan cara ruqyah. Banyak yang datang berikhtiar mencari kesembuhan karena yang mengobatinya dipanggil ‘ustadz’.
Contoh lainnya adalah (saya tidak tahu juga ini relate atau tidak) semakin banyaknya anak-anak remaja yang menggemari K-pop, mereka akrab dengan simbol-simbol yang dibawa oleh idolanya, yang belakangan ramai juga bahwa simbol-simbol tersebut adalah simbol-simbol satanic.
Mungkin bagi kita hal tersebut bisa dibedakan dengan mudah. Tapi bagi teman-teman yang sudah terlanjur mencintai idolanya, hal itu biasa-biasa saja. Sehingga ketika diberitahu bahwa simbol-simbol itu seharusnya dihindari, mereka akan menyangkalnya. Wallaahu a’lam.
Kondisi dunia akhir zaman akan banyak terjadi ghazwul fikri atau perang pemikiran. Seperti banyaknya paham-paham/ideologi keliru yang berkembang seolah-seolah terlihat benar, perkara bid’ah dan syubhat yang belum muncul seiring perkembangan zaman. Kesulitan membedakan antara yang haq dan bathil karena umat Islam semakin jauh dari Al Furqan (pembeda) yakni Al Quran itu sendiri. Ketika Al Quran mulai ditinggalkan, manusia akan kebingungan menentukan antara yang haq dan bathil sehingga hanya bisa mengira-ngira dan menjustifikasi sesuai ilmu dan pemikirannya yang terbatas.
Dalam Islam perkara benar-salah bisa dibedakan dengan jelas tapi umat Islam saat ini lalai terhadap agamanya sehingga petunjuk itu tidak bisa mereka rasakan.
Q17. Saya mendapat kesan bahwa perpecahan umat itu seolah-olah sudah menjadi sunnatullah? Apakah ada yang punya pandangan yang sama?
Answer:
Memang betul itu sudah sunatullah, sama seperti adanya kemungkaran di dunia ini. Namun kita mau berada di pihak yang mana? Itu adalah pilihan kita. Mau dimasukkan ke golongan orang yang menyebabkan perpecahan, diam terhadap perpecahan, atau mau termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menyelamatkan diri dari perpecahan.
Betul bahwa nanti yang mempersatukan juga, seandainya usaha orang-orang yang mempersatukan berhasil, pada hakikatnya adalah Allah.
Firman Allah Surah Al-Anfal, Verse 62:
وَإِن يُرِيدُوا أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ
“Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin,“
Surah Al-Anfal, Verse 63:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”
Kita bisa memilih menjadi semut yang menyelamatkan Nabi ibrahim عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ. Kurang lebih redaksinya ketika dia diremehkan gagak.
Semut :
Pertama. Aku memastikan dimana posisi aku berada saat ini. Aku bukan makhluk yang tidak mempunyai kepedulian hingga membiarkan keburukan terjadi begitu saja bahkan dihadapanku. Aku harus melakukan sesuatu untuk menegakkan kebenaran sebisa dan sekuat tenagaku.
Kedua. Agar aku punya alasan yang benar ketika kelak ditanya oleh Rabb-Ku. Aku mengetahui kekasih Allah hendak dibakar, maka aku melakukan sesuatu untuk menolongnya meski itu tidak mungkin namun Allah tahu aku telah melakukan sekuat kemampuanku” keberpihakan kita juga akan dinilai kelak sama Allah.
Adapun dalil yang menjelaskan bawa umat Islam pada akhir zaman pasti berpecah-belah diantaranya adalah hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ.
إِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اِفْتَرَقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً؛ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Sesungguhnya bani Israil berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu, dan sesungguhnya umat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua, semuanya di neraka kecuali satu, dan dia adalah jama’ah” [HR Ibnu Majah ; 3983] Dishahihkan Al-Albani Shahih Ibnu Majah 2/364.
Dalam hal ini saya sependapat dengan penanya. Perpecahan umat di akhir zaman merupakan takdir dan ujian bagi umat akhir zaman terutama bagi orang-orang beriman. Tapi bukan berarti kita membiarkan dan mewajarkan keadaan ini. Sejak dahulu masa Jahiliyyah pun umat sudah terpecah-pecah, itulah kenapa Allah berfirman,
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” [Ali-Imran ; 103]
Referensi: https://almanhaj.or.id/2332-umat-islam-pasti-berpecah-belah-akan-tetapi-wajib-bersatu.html
Q18. Ustadz Nouman kan nyaranin, kalau perlu kita lakukan konsultasi karir (ke ustadz atau mentor) buat nentuin fokus kita mau dakwah dimana, mau jadi ‘batu bata’ di dinding yang mana. Mau dong dengar cerita teman-teman di sini. Apakah teman-teman sudah menentukan fokusnya masing-masing bakal dakwah seperti apa dan gimana perjalanannya sampai yakin mau dakwah atau iqomatudin di “bagian/topik itu” dengan “cara itu” ?
Answer:
Sebetulnya belum terbayang dan belum terkonsep akan dakwah dengan cara apa, karena sampai sekarang masih mencari pola ternyaman. Hanya sejauh ini saya rasa fokus saya adalah ke Al-Quran.
Berawal dari mengikuti halaqoh-halaqoh Al Quran, bertemu guru-guru yang mengajarkan Al Quran, hingga mungkin sedikit banyak tertular semangat untuk juga mensyiarkan Al-Quran. Banyak mengikuti kelas-kelas tadabbur dan sedikit-sedikit mulai belajar bahasa Arab. Wallaahu a’lam bagaimana kedepannya. Tapi itulah yang sedang saya dalami saat ini in syaa Allaah.
Kalau cara menentukan bidang karir yang cocok dan fokus untuk dakwah bisa melalui bidang/pekerjaan yang sedang dijalani saat ini, karena dakwah tidak harus selalu melalui lembaga/organisasi tertentu. Kita bisa berdakwah melalui tindakan-tindakan/hal-hal rutinitas yang dilakukan.
Sejauh ini saya baru kepikiran untuk dakwah bagaimana bisa sedikit demi sedikit mempengaruhi dan mengubah kebiasaan di lingkungan aktivitas bisa lebih menerapkan nilai-nilai Islam. Seperti dari hal-hal sederhana, mengingatkan sholat tepat waktu, jaga lisan yang baik, dll. Kalau ingin kontribusi lebih dalam dakwah bisa lewat passion, hobi dan mulai dari hal-hal yang suka dilakukan.
Q19. Bagaimana cara teman-teman menemukan kelebihan mana yang cocok untuk digunakan dalam berdakwah? Bagaimana cara teman-teman menemukan passion dakwah masing-masing?
Answer:
Dengan mencoba sepertinya. Pekerjaan apa yang kita mudah dan senang melakukannya dengan hasil yang tetap baik. Hasil ini sebaiknya dikonfirmasi oleh orang lain, bukan klaim pribadi. Pada dasarnya semua keterampilan bisa menjadi sarana berdakwah.
Kalau berbicara kondisi lapangan dengan objek dakwah beraneka ragam, acapkali da’i dituntut untuk menyesuaikan pendekatan yang sesuai dengan medan dakwahnya masing-masing dan untuk menemukan kelebihan terhadap metodologi yang cocok, maka peningkatan jam terbang menjadi kunci untuk bisa menemukan metode yang paling tepat, semakin sering terjun ke medan dakwah makan da’i akan semakin merasakan dinamika medan dakwah dan semakin terasah memilih metodologi yang tepat untuk objek dakwahnya masing-masing.
Memang ringan rasanya kalau melakukan sesuatu yang sesuai dengan kesukaan dan kemampuan kita. Tapi karena dakwah ini bahasa cinta, jadi harus memperhatikan siapa yang jadi objeknya. Ada yang suka didekati dengan satu cara tertentu, tapi belum tentu cara itu juga cocok untuk objek dakwah lainnya.
Ketika yang dibutuhkan oleh objek dakwah bukan passion kita, tidak masalah, tetap saja kerjakan sebaik-baiknya. Karena kita tidak tahu benih mana yang kita tanam yang nantinya akan tumbuh menjadi pohon yang berbuah manis, meneduhkan, dan kuat untuk dijadikan tempat bersandar.
Dan bagaimana untuk membangkitkan passion dakwah ini maka, recharge keilmuan dan motivasi diri (tarbiah) perlu diseimbangkan dalam perjalanan menyampaikan risalah ini. Karena hakikatnya tidak ada pergerakan yang produktif tanpa tarbiah, tiada tarbiah yang progresif tanpa dakwah.
Di samping itu, tetap manfaatkan apa yang menjadi kesukaan kita, untuk berdakwah. Karena kalau kita istiqomah berdakwah disitu, pada akhirnya insya Allah akan ketemu dengan yang hatinya klik dengan apa yang kita kerjakan.
Berdakwah sesuai passion itu Alhamdulillah, kalau tidak sesuai pun tidak mengapa, asal jangan berhenti berdakwah.
Berdasarkan pengalaman saya, dengan cara mengenali diri sendiri, mencoba banyak kegiatan kemudian berpikir dan refleksi, bicara pada diri sendiri, kegiatan apa yang saya lakukan yang bermanfaat bagi orang lain tetapi saya tidak pernah/jarang merasa bosan, selalu menyenangkan bagi saya.
Saat berdiskusi dengan teman mengenai menemukan passion untuk berdakwah, teman saya pernah mencoba tes personaliti dan multiple intelligence test dan di situ hasilnya ada arahan mana kelebihan kita yang bisa kita fokus pelajari dan tingkatkan untuk kemudian dijadikan media berdakwah
Kalau saya lebih ke menikmati hobi. Dan mengarahkan hobi saya ke arah dakwah. Misalkan karena kesenangan saya adalah membuat prakarya, maka di kepanitiaan saya selalu mendapat tugas dekorasi, atau karena senang menulis maka saya jadikan kesenangan saya itu sebagai sarana dakwah di media sosial.
Untuk menemukan bidang yang pas dalam berdakwah bisa dengan mengetahui minat dan bakat kita dimana. Buat list minat-bakat pribadi, kemudian seleksi yang mana kira-kira yang bisa digunakan dan lebih dikuasai, sebagai cara dakwah kita. Karena tidak semua minat-bakat yang bisa digunakan untuk berdakwah, hal ini kita kembalikan pada bagaimana hukum syariahnya.
Kalau masih ragu dan bingung, kita bisa ikut berbagai aktivitas dakwah melalui komunitas atau lembaga dakwah dulu untuk membantu kita menemukan bidang dan passion yang pas buat pribadi.
PERKARA KETAKWAAN
Q20. Bagaimana cara agar kita mengetahui hal itu benar-benar baik untuk diri kita sendiri sehingga kita dapat menghindari hal buruk yang akan terjadi?
Answer:
Tentu kita tidak pernah tahu apakah sesuatu itu benar-benar baik untuk diri kita. Tapi Allah sudah memberikan panduan, ada sholat hajat, ada sholat istikharah, doa, dzikir pagi petang.
Yang bisa kita lakukan sebelum melakukan sesuatu adalah mohon pertolongan sama Allah, diberi petunjuk, dan berprasangka baik sama Allah. Yang perlu terus dijemput ilmunya adalah bagaimana hati tetap bisa ridho pada semua ketetapan Allah.
Jika sesuatu itu semakin membuat kita takut sama Allah, semakin membuat kita ingat Allah, ingin lebih mengenal dan dekat dengan Allah, semoga itu baik buat kita. Wallahu alam bishawab.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216).
Jika hal tersebut mampu membuat kita dekat dengan Allah. Sesuatu yang mampu membuat kita terus berada di jalan Allah. Menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Bukan hanya menurut penilaian kita tapi juga menurut penilaian sesuai dengan Al-Qur’an dan hadist. Atau juga memang belum memahami, meminta pendapat dengan orang yang paham hal tersebut. Sehingga kita tidak menilai ini dengan perspektif diri sendiri.
Q21. Di video dibahas bahwa kita harus saling mendorong dalam kebaikan. Akan tetapi, bagaimana jika orang tersebut menyerah untuk berjuang?
Answer:
Memang di suatu titik ada kecenderungan setiap orang untuk menyerah terhadap perjuangan hal ini bisa disebabkan banyak faktor, namun di sisi yang sikap menyerah dekat sekali dengan sikap berputus asa dan tentu saja bisa berefek domino kepada hal yang lainnya.
Agar jangan sampai ke titik ini bisa jadi kita bisa melakukan treatment sebagai berikut:
- Hakikatnya setiap orang yang beriman akan diuji, dan ketika seseorang diuji maka hal tersebut sesuai dengan kadar kemampuannya QS. 2:286. Sehingga perlu ada motivasi ke dirinya, bahwa dirinya mampu melewati hal tersebut.
- Bersama-sama dirinya untuk memohon pertolongan dari Allah, sehingga Allah memberikan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi.
- Menanamkan cara pandang ke dirinya, bahwa Allah hendak meningkatkan profil dirinya dengan ujian dalam pelaksanaannya.
- Berhenti sejenak bisa jadi opsi namun tugas kita untuk mengingatkannya untuk kembali sesegera mungkin agar bisa terbentuk habits yang baik.
Tugas seorang teman untuk mengingat. Apalagi jika dia telah menyerah dalam sebuah kebaikan. Mungkin ini adalah sebuah tantangan. Dengan berusaha mengingatkan sebaik mungkin tanpa membuat dia sakit hati. Ingatkanlah tujuan awal mengapa dia berjuang. Mungkin dapat mengembalikan semangat.
Jika dia menyerah mungkin kita bisa mencoba lebih memahami kondisinya, dengan cara mencari tahu alasan dia menyerah sehingga bisa memberikan bantuan yang lebih tepat. Kita tetap memberikan support dengan cara yang berbeda. Seandainya dia menyerah karena berpikir kalau apa yang dilakukan bukan hal yang tepat untuknya saat itu, atau dia memiliki alternatif kebaikan lain yang lebih baik maka kita bisa mendukung pilihannya. Karena membantu itu banyak caranya bisa physical support maupun emotional support.
Q22. Karena taqwa sifatnya personal, bagaimana batasan saling membantu dalam taqwa agar tidak terkesan judgemental atau mengurusi urusan personal orang lain?
Answer:
- Sebelum mengingatkan orang lain, ada baiknya kita mengingatkan diri sendiri. Bersikap tawadhu’ dan tidak merasa lebih baik dari orang lain, siapa pun itu.
- Membantu dalam takwa tetap diniatkan hanya Lillaahi ta’ala. Tidak semata berorientasi pada hasil. Apapun hasilnya, diserahkan saja pada Allah. Tidak usah ikutan kebawa dalam masalahnya. Kewajiban kita sudah gugur saat kita memberi tahu apa yang kita tahu.
Menurut saya tidak ada batasan dalam mengingat jika itu adalah sebuah kebaikan. tapi mengingatnya dengan tidak membuat dia sakit hati. Membicarakan dengan baik.
Tapi harus ada tahapan-tahapan. Misal seseorang yang baru mengenal Islam, mungkin diterangkan Islam itu begini-begini, tidak menjelaskan bahwa nanti kalau kamu tidak melakukan ini kamu akan disiksa dan masuk neraka, ini dapat membuat seseorang tertekan. Mungkin dari cara yang halus dulu sesuai dengan pemahaman orang yang ingin dinasehati sudah sampai mana. Baru nanti ditingkatkan sedikit demi sedikit 🙏🏻.
Dalam membantu ini perhatikan juga bagaimana respon orang tersebut seandainya dia merasa kurang nyaman dengan cara ataupun hal-hal yang kita bantu tersebut. Kita bisa memberi bantuan dari “luar” saja tanpa terlalu terlibat hal-hal yang lebih personal tergantung masalahnya apa. Seperti jika yang dibutuhkannya adalah pemahaman lebih, kita bisa mengajaknya kajian bareng ke majelis ilmu tertentu, merekomendasikan buku bacaan, maupun hal lainnya yang bisa membantunya. Jadi tidak harus selalu kita secara langsung terlibat.
TOPIK LAINNYA
Q23. Ust. Nouman berkata bahwa manusia saat ini sangat senang membahas masalah. Masalah apa itu yang dimaksud? Apakah Islam yang berbeda-beda?
Answer:
Semua masalah sepertinya maksud beliau. Tidak harus tentang variasi dalam Islam. Masalah kesehatan dibahas. Masalah ekonomi dibahas. Masalah pemerintah dibahas. Sepertinya selalu saja masalah yang jadi topik pembicaraan ketika orang-orang saling bertemu.
Sepertinya maksud ustaz kita harus fokus pada solusinya. Masalah umat itu banyak sekali. Tidak akan selesai kalau hanya dibahas saja. Lebih baik kita mulai berusaha menyelesaikannya.
Dengan cara apa? “Syammiru an sawa’idil jidd” Singsingkan lengan baju dan mulailah bekerja—pepatah Arab yang disebut ustaz. Bersatu, kerja sama. Mungkin itu maksud ustaz menyinggung soal senangnya orang-orang membahas masalah.
Permasalahan kaum muslimin.
Intinya jangan berfokus pada masalah ini dan itu terjadi dan yang mereka lakukan yang ini dan itu kita gemar akan masalah. Kita hebohkan seluruh hidup. Bisa juga permasalahan yang mematahkan semangat. Bisa juga masalah kepribadian. Kompetisi yang sehat adalah dalam beramal bukan dalam menggembosi upaya yang lain
Masalah dalam konteks umum.
Setiap duduk bersama, pasti ada saja yang dibahas. Dan yang selalu menarik untuk dibahas adalah masalah. Apapun itu yang bernama masalah.
Q24. Apa kira-kira project keislaman bersama yang bisa kita (para peserta) lakukan setelah Matrikulasi Batch 3 ini selesai?
Answer:
Yang kebayang selama 8 pekan ini melaksanakan tugas di sini dan berinteraksi dengan ikhwah fillah di grup ini, salah satu project bersama yang bisa dibangun adalah bagaimana menyusun materi ajar dalam melakukan dakwah dan bisa jadi dijadikan buku bisa menjadi amal jariyah bagi kita bersama ketika materi ajar yang disusun ini digunakan oleh saudara-saudara kita lainnya.
Mungkin kita bisa sharing terus dan diskusi online mengenai isu-isu saat ini di masyarakat. Terus bikin project tahfidz quran online, kajian live online, bikin komunitas alumni matrikulasi NAK hehe 😅 soalnya biar bisa saling mengingatkan :”) dan tetap silaturahmi dalam grup WA
Tetap dilakukan sharing-sharing kajian ustadz Nouman di group.
Couldn’t agree more.
Tambahan membuat donasi online bagi yang membutuhkan, dan kegiatan positif lainnya.
Saran di atas udah mantap sih cuma mau sedikit nambahin mungkin bisa nih kumpulin orang yang minatnya sejenis terus disatuin dan bisa bikin projekan bareng-bareng. Misal yang suka nulis bikin: buku or ebook yang suka bikin video atau paham cinematography bisa bikin kompilasi video atau apapun itu. Memaksimalkan potensi di tiap bidang gitu sih kak ^^.
Quotes Diskusi Pekan Kedelapan
We have to cooperate in all good things. We have to forget our labels. Ber-Islam sama sekali bukan untuk saling berkompetisi, tapi untuk saling berkolaborasi. (Indah Wati Dewi Yusman)
Dakwah itu adalah cinta, dan cinta akan meminta semua yang ada pada dirimu. Sampai pikiranmu, berjalanmu, dudukmu, tidur lelapmu, bahkan isi mimpimu adalah dakwah. Dakwah akan menggerogoti tenagamu, waktu, pikiran, harta, keluarga dan orang-orang tercinta. Saking besar dan beratnya beban ini, makanya tidak semua orang sanggup memikulnya. (Marina Fauzia)
Hijrah sendiri itu berat, hijrah harus berjamaah, saling menyemangati, saling menguatkan, saling mengingatkan, supaya terus muncul semangat. Tugas satu sama lain untuk saling menyemangati, karena manusia ini lemah, imannya naik turun. Bisa jadi hari ini kita menyemangati orang lain, esok hari kita butuh disemangati orang lain. (Alesha Iin Maylani)
Kebaikan-amal perbuatan yang kita berikan pada orang lain, benefitnya untuk kita. Benefit yang orang lain terima melalui kebaikan-amal perbuatan kita, itu teh sesungguhnya dari Allah. Bukan dari kita, bukan dari organisasi atau jamaah, dari Allah itu mah. Jadi ketika ijtihad kita ternyata benar, ya bukan kita yang baik, tapi itu semua kebaikan dari Allah. Kalau ternyata ijtihad kita salah, ya muhasabah, tidak berputus asa karena Allah akan tetap memberikan 1 pahala ijtihad. (Diana Kholifatul Qudsi)
Dakwah tidak harus menuntut kepada golongan mana kita berdakwah, tapi kepada siapa saja. Terutama dengan orang terdekat kita. Memulai dengan pelan-pelan. Sehingga suatu hari Allah akan menjadikannya besar. Mulai saja dulu dengan orang-orang disekitar kita, seperti apa yang dicontohkan oleh nabi ﷺ. (Sulthon Hanafi)
Cara menentukan bidang karir yang cocok dan fokus untuk dakwah adalah dengan bisa melalui bidang/pekerjaan yang sedang dijalani saat ini, karena dakwah tidak harus selalu melalui lembaga/organisasi tertentu. Kita bisa berdakwah melalui tindakan-tindakan/hal-hal rutinitas yang dilakukan. (Rifka Afwani)
Resume Diskusi Pekan Kedelapan
Dakwah adalah keharusan bagi setiap muslim untuk menyampaikan kebenaran agama Islam. dilakukan dalam berbagai bentuk dan tidak hanya dengan mimbar di depan banyak jamaah. Dakwah bisa dimulai dari diri sendiri berupa hal-hal kecil, misalnya berbuat baik ke anak kecil, mengucapkan salam ketika bertemu, tersenyum dan amal-amal sholih lainnya. Adalah saran yang baik juga ketika kita bisa memanfaatkan kelebihan diri masing-masing untuk berdakwah. Setiap orang punya kelebihan yang berbeda-beda, ada yang punya skill komunikasi, ada yang ahli di bidangnya, ada yang punya kelebihan dalam hal harta, ada yang punya posisi di pemerintahan untuk menetapkan hukum, dan lain sebagainya.
Jika dirunut ke belakang ke masa Rasulullah ﷺ, beliau berdakwah pada kaum-kaum yang heterogen, misalnya kaum quraisy, yahudi, dan nasrani. Rasulullah melakukan dakwah secara bertahap, dimulai dari lingkungan keluarganya dulu, kemudian secara terang-terangan berdakwah terbuka kepada kaum quraisy, hijrah ke madinah bertemu kaum yahudi, hingga melebarkan dakwah ke kaum nasrani non-arab di negeri yang jauh. Dakwah beliau sangat berat, dan apa yang kita hadapi sekarang meskipun berat tetapi tidak seberat tugas dakwah beliau.
Dakwah dihadapkan dengan beberapa tantangan yang semakin keras diarahkan kepada Islam dan orang yang menganut Islam. Perbedaan pendapat, dakwah dalam komunitas, hingga praktek islamophobia yang luas adalah contoh dari tantangan yang ada. Bagaimana kita sebagai umat Islam untuk menyikapinya? Apa seharusnya kontribusi kita dalam berdakwah?
Perbedaan Pendapat
Banyak ditemui dalam praktek dakwah yang dilakukan seorang atau kelompok muslim yang berdasarkan pada materi kemudian disampaikan dengan cara yang berbeda. Cara itu termasuk pada pendapat yang berbeda. Akibatnya muncul kesalahpahaman antar individu atau kelompok, dan yang lebih buruknya saling menyalahkan satu sama lain. Di tengah situasi seperti ini, jika kita ikut menyalahkan maka akan memperburuk keadaan, maka akan lebih baik jika kita tidak ikut melabeli benar atau salah.
Memahami mengapa perbedaan pendapat muncul juga bisa membantu. Ada kemungkinan satu sama lain masih belum memahami sehingga menyebabkan dan merasa bahwa apa yang dikerjakan kelompoknya adalah benar padahal kelompok lain juga bisa berdasar pada suatu dalil. Atau bisa jadi masih kurangnya mempelajari ilmu yang mana seseorang yang mempelajari satu mazhab saja dan lain mempelajari madzhab yang berbeda. Sehingga ketika ada perbedaan menganggap yang satunya adalah salah.
Dakwah dalam Komunitas
Saat ini sudah banyak bermunculan komunitas-komunitas dakwah. Mereka menyajikan konten-konten kreatif yang tidak hanya menarik tetapi juga penuh pengetahuan dan menjadi pemicu kita untuk mengingat Allah. Kemudahan mengakses informasi juga membantu kita untuk lebih dekat dengan komunitas-komunitas tersebut.
Hingga pada akhirnya, karena banyaknya komunitas dan informasi yang ada, kita bisa menjadi overloaded dengan semua itu dan semakin tidak mengerti arah dakwah yang ingin kita jalani. Cara yang dapat dilakukan tentu dengan berdoa agar diberikan petunjuk, karena doa adalah senjata utama seorang muslim, kemudian bisa dengan bertanya pada orang-orang yang tepat.
Rasa tepat tersebut hubungannya dengan “rasa” kita terhadap komunitas tersebut. Adakalanya saat ini kita merasa tepat di komunitas tersebut, namun tidak menutup kemungkinan di lain waktu perasaan kita berubah. Jadi untuk memberikan batasan yang jelas bagi diri kita sendiri, bisa digunakan parameter kebaikan dalam dakwah tersebut, jika sekiranya komunitas tersebut adalah komunitas yang membawa nilai kebaikan dan mengajak manusia di jalan Allah, kita bisa ikut sertakan diri kita di dalamnya.
Islamophobia
Ini mengharuskan kita sebagai agen penyampai agama untuk tidak membenci mereka yang mendeklarasikan ketakutannya pada Islam, tetapi tetap melakukan dakwah yang sebaik-baiknya untuk memahamkan nilai-nilai keislaman yang sesungguhnya.
Islamophobia menjadi fenomena yang tidak bisa lepas dari tantang umat islam saat ini. Meskipun tidak secara terang-terangan mengatakan ketakutan pada Islam, kebencian mereka menjadi bukti nyata akan ketakutan mereka itu.
Berdakwah kepada penakut Islam bukan dengan menyampaikan “begini lho Islam”, melainkan dengan bersikap dan menjalankan aturan Islam. Contohnya seperti melaksanakan ibadah ritual, menjaga finansial dari hal-hal haram, dan mengimplementasikan keimanan semampu kita di hadapannya.
Wallahu a’lam bish-shawabi
-Tim Panitia Matrikulasi NAK-ID Batch 3-